[ 2 ] Dead! Hahaha

1.9K 212 42
                                    

"Mark please, jangan bunuh mereka." Mark hanya berjalan lurus ke depan tidak peduli dengan kakak lelakinya yang sedang memohon sedari tadi. "Aku tidak peduli. Aku akan tetap mengikuti perintah Papa," kata Mark. "Tapi jangan keluarga Bhuwakul, please." Jaebum masih memohon sambil menarik lengan adiknya itu. Mark kesal dan menghentikan langkahnya. Ia memandang Jaebum dengan tatapan yang sangat tajam. "Siapa mereka sampai kau repot-repot untuk melarangku, huh?" tanya Mark pada Jaebum. Jaebum sedikit menunduk dan kemudian kembali menatap adiknya. "Ada kekasih ku disana." Mark membulatkan matanya tidak percaya. Tapi kemudian dia bersikap tidak peduli dan melanjutkan langkahnya. "Mark." Jaebum memanggil nama Mark dengan keras. Dia berlari menyusul Mark dan menahan lengannya. "Please."

"Maaf hyung, aku tidak bisa." Kata Mark seraya melepas pegangan tangan Jaebum. "Kalau kau ingin menghentikan ini semua. Proteslah pada Papa." Kemudian Mark berjalan menuju kamarnya meninggalkan Jaebum yang berlutut dan mengacak rambutnya yang membuat semakin berantakan.

***

Di malam hari saat tiba pada misi mereka. Mark bersiap-siap di kamarnya. Dia menyiapkan senjata apa yang akan di bawa malam ini. Membunuh tujuh kepala tidak begitu banyak. Tapi mengetahui kalau target dia adalah keluarga Bhuwakul yang super kaya. Tentu saja mark harus lebih hati-hati. Ia sedikit hawatir jika penjagaan di sana ketat dan banyak pengawal yang menjaganya. Mark memilah milih senjatanya dengan teliti. Setelah selesai, dia hendak keluar dari kamarnya hingga ketukan pintu mengangetkan dirinya.

"Masuk," kata Mark.

"Kakak," Seorang wanita cantik masuk begitu saja dan menghambur ke pelukan Mark. Mark yang belum siap dengan pelukan itu hampir terjatuh ke belakang. Tapi ia berhasil mengimbangi tubuhnya. Si wanita cantik berambut panjang dengan pakaian serba pink itu mencium pipi Mark bertubi-tubi membuat Mark mendorongnya.

"Kau ini. Hei, hentikan." Mark yang merasa dirinya sudah tidak perjaka lagi akibat ciuman buas itu mendorong si wanita dengan cukup keras membuat wanita itu menjauh beberapa senti dari tubuhnya. Wanita tersebut hanya menyengir pada mark sambil mengibaskan rambut panjangnya.

"Kenapa sih kak. Aku kan kangen," kata wanita cantik itu sambil mengerucutkan bibirnya. Mark memutar bola matanya malas. Jujur, dia juga kangen dengan wanita yang umurnya sedikit di bawahnya itu. Tapi setidaknya dia sedang ada tugas penting dan wanita itu dengan santai nya mengganggu semua aktifitasnya.

Mark mengusap rambut adik wanitanya dengan gemas. "Mina, jangan seperti itu lagi. Aku tahu kau rindu. Tapi tidak usah berkebihan seperti itu."

Seseorang yang di sebut Mina menunduk kesal. Ia cemberut. "Hei, jangan cemberut seperti itu," kata Mark seraya mengangkat dagu Mina ntuk mendongak menatapnya. Mina tersenyum dan mengecup pipi Mark sekali lagi. Adik kecil nya itu memang sangat manja padanya. "kapan kau kesini, hmm? Kenapa tidak memberitahu kakak?" Tanya Mark seraya duduk di tepian ranjanggnya. Mina mengekor dan ikut duduk di sebelah Mark. "Baru saja sampai," jawab Mina dengan senyuman manisnya. Mark mencubit pipi adiknya gemas.

Adik wanita dan Ibu nya Mark memang pergi ke LA sekitar seminggu yang lalu. Mereka ada urusan disana. Dan sekarang, mereka baru saja pulang. Mark merindukannya. Tapi mark harus menyelesaikan tugasnya malam ini juga.

"Kak, mau bunuh siapa kali ini? Aku ikut, ya." Mina memang seorang pembunuh seperti Mark. Bedanya, dia hanya menggunakan pistol jarak jauh tanpa suara yang membuat siapapun akan mati di tembaknya. Mina merupakan penembak jitu. Mark saja kalah dengan kehebatan adiknya itu.

"Tidak-tidak. Kau kan baru pulang. Istirahat saja." Mark menolak dengan keras. Mina menghentakkan kakinya sebal dan keluar dari kamar Mark begitu saja. Dia rindu menembak. Dia ingin melatih skillnya agar lebih baik dari sebelumnya. Dengan apa? Jelas dengan membunuh orang. Dia rindu membunuh.

The Killers [ MarkBam ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang