[ 5 ] How can?

1.3K 181 13
                                    

31 Desember 2015

~~~~~:*~~~~~

Happy Reading ^^

~~~~~:*~~~~~

"Kau sudah bangun?"

Mark merasakan tubuh nya kaku tidak bisa di gerakkan. Ia membuka mata nya perlahan. Sedikit memejamkan nya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam. Ia ingin duduk, namun rasa sakit di perut nya menggagalkan niat nya.

"Ow."

Lelaki yang menyelamatkan Mark menahan tubuh si pria tampan itu agar tidak banyak bergerak. "Jangan di gerakkan dulu. Luka mu belum sembuh benar." Mark ingat betul suara itu. Suara pria berkaca mata. Dengan susah payah, Mark membuka mata nya. Dan benar saja. Melihat si lelaki berambut merah sedang memandang nya lekat membuat Mark terkejut dan membulatkan mata nya tidak percaya. Ia berpikir, kenapa takdir sangat suka mempermainkan nya.

"Siapa kau?" Hanya itu yang keluar dari mulut si pria tampan. Lelaki manis yang duduk di dekat tempat tidur Mark itu pun tersenyum kaku pada nya. "Istirahat lah dulu." Ia beranjak dan berniat meninggalkan Mark. Namun langsung di tahan begitu saja oleh nya. "Jawab aku." Laki-laki berambut merah itu melepas genggaman Mark perlahan. "Aku ambil kan minum," kata nya seraya berjalan ke arah dapur rumah nya. Ia mengambil segelas air dan menyodorkan nya pada Mark.

Dengan susah payah, Mark mengangkat bagian atas tubuh nya. Pemuda berkaca mata membantu Mark meminumkan air ke dalam mulut nya. Mark mengusap pelan bibir nya dengan punggung tangan nya. "Cukup. Siapa kau?" Menaruh gelas di atas nakas, lelaki manis itu kembali duduk di samping Mark. "Aku?" Sontak kata yang keluar dari mulut laki-laki berambut merah itu membuat Mark kesal dan naik darah. Kalu saja perut nya tidak terluka, ia akan memukul pria manis itu habis-habisan.

"Ah, seperti nya kita belum kenalan, iya kan?"

Mark hanya menatap tajam lelaki manis di depan nya. "Kau menyeramkan." Ini keterlaluan. Mark mengengam erat selimut di samping nya membuat benda itu kusut dan berantakan. "Siapa kau?" Teriak Mark kesal. Lelaki berkaca mata itu bahkan hanya tersenyum tidak peduli. "Apa kita pernah kenal sebelum nya?"

"Aku tanya. Siapa kau? Sialan! Brengsek!"

"Kau memang tidak tahu berterimakasih, ya. Sudah bagus kau ku tolong. Kalau tahu kau akan tidak sopan pada ku seperti ini. Aku tidak akan mau menolongmu. Kan ku biarkan kau mati di tempat gelap itu."

"Kau siapa??! Aaaaaa."

Perut nya terasa sangat sakit seiring teriakan yang ia lontarkan pada si pria manis. "Sudah ku bilang. kau belum sembuh benar. Istirahatlah."

***

Di lain tempat. Mr. Tuan mendapatkan panggilan dari nomor tidak di kenal. Entah kenapa perasaan nya terasa tidak enak untuk saat ini. Ia pun mengangkat telepon tersebut. "Hallo." Sapa nya pertama kali.

"Hahaha." Bukan jawaban yang ia terima. Namun suara tawa seseorang di seberang sana. Mr. Tuan mengerutkan dahi merasa bingung. "Bagaimana kabar mu, Ray?" Detik itu juga Mr. Tuan tahu siapa orang yang berbicara dengan nya itu. Siapa lagi kalau bukan musuh nya 'Fran Carter'. "Luar biasa baik lebih dari yang kau kira, Fran." Pria paruh baya itu berdiri dan berjalan ke arah jendela. Ia melihat pemandangan kota dari lantai tiga tempat nya berdiri.

"Senang sekali mendengar nya."

"Bagaimana dengan mu Mr. Carter?"

"Oh, ini adalah keadaan terbaik di sepanjang hidupku."

"I see."

"How about your son, Ray? What's his name? Oh iya, Mark. Bagaimana dengan nya, hmm?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Killers [ MarkBam ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang