The Killers [ MarkBam ]

By Chumybam

20K 1.2K 195

Ini duniaku. Melihat darah berceceran dimana-mana, dengan tanganku yang memegang pisaunya. Mendengar suara te... More

Prolog
[ 1 ] Kill them!
[ 2 ] Dead! Hahaha
[ 4 ] Dying
[ 5 ] How can?

[ 3 ] What??? Who???

1.7K 200 36
By Chumybam

Melihat Bambam yang bersimbah darah. Mark menyeringai dan tersenyum pada anggotanya. Mereka masih memperhatikan Bambam lamat-lamat. Jaebum menangis meraung-raung. Air matanya keluar dengan derasnya seraya berlutut memohon untuk dilepaskan. Baru kali ini hatinya merasa sangat teriris. Orang yang sangat ia cintai meregang nyawa di depan matanya. Bambam masih memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Badannya kejang tiba-tiba dengan mulut yang terus mengeluarkan darah segar. Bau amis mulai menyeruak di sekitar ruangan. Membuat Mark menampilkan senyum nya lagi dan lagi entah kenapa.

"Maarrkk! Sialan! Lepaskan aku!" Jaebum mencoba berontak dari pegangan Andrew. Mark memberikan kode pada Andrew untuk melepaskannya. Tangan Andrew pun melonggar. Seketika Jaebum langsung berlari ke arah Bambam. Di ambil nya kepala Bambam dan di taruh di pangkuannya. "Bam, bertahan, please." Jaebum mencoba menahan darah yang keluar dengan telapak tangannya. Tapi tidak berhasil. Bambam menatap Jaebum dengan sayu. Dia sangat lemas dan mulai kehabisan banyak darah. Kemudian, matanya mulai menutup. Jaebum tambah panic. Di guncang nya tubuh Bambam berkali-kali, tapi tidak ada respon. Dia menangis sambil teriak dengan histeris.

Mark yang melihat drama di depannya merasa muak. Dia menyuruh para anggotanya untuk keluar meninggalkan rumah yang seratus persen sudah tidak berpenghuni lagi. Mereka pun bergegas meninggalkan Jaebum bersama mayat-mayat di rumah besar tersebut.

***

Keesokan harinya hot news tentang keluarga Bhuwakul yang tewas tanpa menyisakan satu kepala pun tersiar dengan ramai nya. Orang-orang membicarakan siapa pembunuh kejam yang tega membunuh satu keluarga tanpa ampun seperti itu. Pria paruh baya yang sedang menajamkan matanya ke layar persegi itu pun menyeringai. Kemudian, ia matikan televisi yang penuh dengan berita Bhuwakul tersebut.

Di panggilnya seseorang lewat sambungan telepon. "Panggil Mark kesini." Tak lama kemudian, ketukan pintu terdengar. Laki-laki paruh baya itu menyuruhnya masuk. Lalu, seorang lelaki tampan bernama Mark masuk dengan wajah tanpa ekspresinya. Dia langsung duduk tanpa di perintah. Ayahnya berdiri dan mendekat ke arah Mark. Di tepuk nya bahu kanan Mark berkali-kali. "Aku sangat bangga padamu, Mark," katanya. Mark mendongak menatap pria tua itu, lalu dia tersenyum lembut padanya. "Aku akan melakukan apa pun yang Papa perintahkan."

***

"Dari mana saja kau?" Jaebum masih terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan konyol itu. Wajahnya gelap. Tidak ada kehidupan disana. Dia seakan kehilangan jiwa nya. Pria tua yang bertanya pada Jaebum menatap anak pertama nya itu dengan heran. "Kau tuli. Dari mana saja, hah?" ulang si pria tua itu. Jaebum menatap ayahnya dengan tatapan seperti es. Dia tertawa menyedihkan disana. "Berhentilah melakukan pekerjaan tidak berguna seperti ini!" Jaebum membentak tepat didepan muka ayahnya, membuat si pria paruh baya itu terkejut dan sangat marah.

BUKK

Jaebum jatuh tersungkur karena pukulan yang sangat keras mendarat di wajahnya. Dia memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Ayahnya mendekat dan berjongkok menatap Jaebum. "Kau memang tidak berguna. Berbeda dengan adikmu." Jaebum yang mendengarkan kata-kata ayahnya membuang ludah penuh darahnya ke samping. Dia tersenyum menentang ayahnya. Si pria tua beridiri, memilih untuk tidak membunuh anaknya di sini. Dia pun meninggalkan Jaebum yang masih tersungkur menahan sakit.

***

Uang yang lebih dari cukup, bahkan mungkin terlalu banyak sudah berhasil Mark genggam. Dia senang dan merasa hidup kembali. Dia mengajak sahabatnya untuk mengadakan pesta di markas mereka. Tentu saja dengan mengundang para wanita jalang di dalamnya.

"Kau persiapkan saja semuanya, Gyeom," perintahnya pada Yugyeom. Yugyeom tersenyum dan melompat lompat mendapat perintah dari tuan nya itu. "Yey, baiklah. Semuanya terserah ku, kan?" Mark hanya mengangguk. Kemudian dia menggeleng gelengkan kepala nya saat melihat Yugyeom yang berlari sambil melompat dan menghilang dari pandangannya.

Mark berjalan menelusuri pusat perkotaan. Dia melihat di layar beasr di pinggir jalan masih mmeberitakan tentang kematian keluarga Bhuwakul. Dia tersenyum jahat. Tentu saja polisi-polisi bodoh itu tidak akan pernah berhasil menemukan jejak nya. Ramuan Nayoen lah penyelamat misi mereka malam itu. Mark pun kembali melangkahkan kakinya.

***

Di dalam tempat mereka, para The Killers sedang di adakan pesta yang cukup besar. Apa lagi kalau bukan untuk merayakan keberhasilan mereka. Mark juga cukup andil dalam pesta tersebut. Dia mengeluarkan uang bayarannya untuk menyewa para wanita-wanita cantik yang sudah menjadi langganan mereka untuk mmenuaskan nafsu setiap anggotanya.

Mark sedang berdiri menatap keluar jendela sambil memegang segelas minuman beralkohol di tangannya. Hingga tiba-tiba tepukan dibahunya membuat Mark menolehkan kepalanya. Disana berdiri lah seorang wanita cantik seraya tersenyum pada Mark. Mark langsung memeluk wanita tersebut dengan sayang. "Ma," ucap Mark.

Wanita tersebut adalah Ibu nya Mark. Dia berdiri di samping Mark sambil menatap langit malam lewat kaca jendela. "Kenapa kau sendirian disini?" tanya wanita paruh baya yang masih cantik di umur nya. Mark menyesap air didalam gelas yang ia pegang. Kemudian, ia arahkan pandangannya ke luar. "Tidak apa-apa, Ma. Aku hanya ingin sendiri." Ibu nya Mark tentu tidak percaya begitu saja. Dengan lembut, ia membelai surai hitam anak kedua nya itu. "Kau harus bahagia, sayang."

***

"Mark." Suara teriakan seseorang membuat Mark menoleh. Dia tersenyum dengan sumringah saat melihat siapa orang yang memanggilnya itu. "Jackson, kapan kau kembali? Bodoh. Kenapa kau tidak bilang padaku?" kata Mark seraya memeluk orang yang di panggil Jackson tersebut. Mereka berpelukan. Orang-orang yang sedang menikmati pesta sedikit mengalihkan perhatiannya pada dua lelaki tampan tersebut. Tapi kemudian, mereka kembali sibuk dengan urusan nya masing-masing. Karena, mereka semua tahu kalau Mark dan Jackson sudah bersahabat sangat lama.

Jackson adalah anggota dari The Killers yang di latih pada waktu bersamaan dengan Mark. Tentu sjaa Mark sudah mengenalnya dari kecil. Mereka bersahabta sangat dekat. Sampai Jackson ijin sebentar untuk mengunjungi orang tua nya yang sedang sakit di negara kelahirannya, Hong Kong. Dan setelah beberapa minggu disana, akhirnya Jackson kembali. Membuat kebahgian Mark menyeruak begitu saja.

"Ku dengar, keluarga Bhuwakul mati terbunuh. Kau yang pimpin misi tersebut, kan?" tanya Jackson. Mereka sudah terduduk di bangku dengan gelas dan botol minuman beralkohol didepan mereka. "Begitulah," jawab Mark seraya memasukan air ke dalam masing-masing gelas mereka. Jackson mengambil gelas tersebut, begitu pula Mark. Kemudian kedua gelas yang mereka pegang beradu menimbulkan suara khas disana. Mereka meneguknya bersamaan dan saling melempar tawa setelah itu.

"Oh iya, Jaebum mana?" Mendengar nama Jaebum di sebut, membuat mood Mark buruk kembali. Ia saja tidak tahu keman apergi nya kakak laki-lakinya itu. Jackson menatap Mark bingung. "Kau kenapa?" tanya Jackson. Mark menatap sahabtanya itu dan menceritakan semua yang terjadi padanya.

"Sialan. Kakak mu itu benar-benar menyukai laki-laki, hmm?"

"Bukan hanya menyukai. Bahkan mereka adalah sepasang kekasih, Jack."

"Oh Tuhan. Bagaimana bisa. Aku masih tidak percaya."

"Terlebih lagi diriku."

Jackson merasa sangat terkejut, tentu saja. Ia mengenal Jaebum dari kecil. Sama seperti ia mengenal Mark. Hanya saja, Jackson lebih dekat dengan mark karena umur mereka tidak berbeda jauh. Mark dan Jackson masih mengobrol santai sambil tertawa menikmati pesta di malam itu yang cukup meriah.

***

Beberapa minggu semenjak kematian keluarga Bhuwakul. Di tempat lain, seorang pria tua nan tampan sedang menyeringai dengan jahatnya. Di putarnya sebuah pisau yang tergeletak di atas mejanya. "Bagaimana, hmm?" Suaranya yang berat saekan menggema memenuhi ruangan. Dia bertanya pada pemuda yang tak kalah tampan di depannya. "Lama aku tinggal disana. Aku mulai mengetahui dimana titik lemah mereka," sahut lelaki muda tersebut. "Bagus. The Killers akan mati di tangan kita." Dan mereka pun tertawa bersama-sama.

***

"Kak, ayo antar aku." Gadis cantik bersurai hitam panjang terus menarik-narik pria yang di sebut nya kakak tersebut. Mark menatap adik cantik nya itu sambil menghela nafas nya mencoba mmebuatnya lebih bersabar. "Oke-oke, tapi jangan tarik-tarik kakak seperti itu." Dan gadis cantik adiknya Mark itu langsung menyengir dengan polos nya seraya melepaskan pegangannya pada Mark.

Orang-orang di toko buku menatap Mark dan Mina seakan mereka adalah makanan lezat yang ingin mereka makan. Bagaimana tidak, dua manusia ciptaan Tuhan yang terlihat sangat sempurna berjalan bersamaan melihat-lihat koleksi buku disana. Mark dengan tatapan dingin nya saja masih bisa menghipnotis semua orang yang di temui nya. Bagaimana kalau ia menebarkan senyum di setiap tatap mata nya. Mungkin para wanita akan pingsan di tempat.

Sebenarnya, Mark tidak terlalu suka membaca buku. Ia lebih suka menonton film horror atau sekedar membaca cerita tentang senjata, pembunuhan, dan sebagainya yang masih sejenis buku-buku horror. Buktinya saja, ia sedang melihat-lihat buku tersebut yang tertumpuk rapi disana. Mina sedang asyik melihat-lihat komik di seberang sana. Dia memilah milih komik mana yang akan di belinya.

Mark berjalan menelusuri tiap-tiap rak di toko buku tersebut. Dia masih fokus menajamkan matanya pada setiap judul dan gambar yang terpampang di berbagai buku. Hingga tiba-tiba.

BUKK

Mark menabrak seseorang. Dia tidak tahu siapa karena orang yang di tabrak nya langsung berjongkok mengambil buku-buku yang terjatuh berserakan di lantai. Mark melihat dia seorang pria, memakai seragam sama seperti para pekerja di toko buku ini. Mark berpikir, mungkin ia telah menabrak salah satu pekerja disini. Karena merasa tidak enak, Mark ikut berjongkok mencoba membantu pria tersebut.

Tak lama, pria itu berdiri seraya membawa tumpukan buku-buku yang berhasil ia benahi. Mark ikut berdiri. Ia masih belum bisa melihat rupa pria tersebut. Lelaki tampan dengan buku-buku di tangannya itu membungkuk berkali kali pada Mark seraya merasa bersalah. "Maafkan saya, tuan. Maafkan saya."

Mark hanya melihatnya dingin. Tapi, saat mata mereka bertemu. Mark merasa sangat terkejut. Matanya membulat dengan sempurna. Ia melihat pemuda tampan memakai kaca mata yang membuatnya tampak sangat manis. Tunggu. Mark masih berpikir mencoba mengenali pemuda ini.

Bambam

Satu kata yang tersirat di pikirannya.

***

Maaf ya kalau sedikit.

Ini buat nya baru tiga jam yang lalu, beneran.

Kenapa? Karena di paksa sama si bocil @IggySandoro

Tapi gak apa apa deh, saya kan baik. Haha XD Soalnya, ini spesial buat dia di hari ulang tahunnya. Tepatnya 21 Desember, sih. Tapi saya udah duluan ngasih hadiah.. Dari mana saya tau ultahnya? Dia yang bilang. Dia yang minta hadiahnya pula. Apa hayo? Ya ini. Update cerita. Meh!

Spesial untuk Birthday Boy @IggySandoro ^^

HAPPY BIRTHDAY, yaaa ( Wish you all the best. Moga makin-makin baik deh pokoknya *peyyukk*

Jangan lupa kirimin kado nya ke rumah, okeh. Kan jaman sekarang, yang ultah yang ngasih kado. Iya nggak? Yang setuju angkat kaki *eehhh XD

Udah ah, DO NOT FORGET TO VOTE AND COMMENT

THANK YOUU YAAHHH

Lope lope chu chuu :*

Continue Reading

You'll Also Like

158K 25.4K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
595K 28.4K 36
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
45.2K 4.3K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
215K 17.6K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...