Marriage With Benefits (Terbi...

By lalalatte85

4.5M 103K 2.4K

Pertemuan tidak terduga antara Arland dan Seanna membawa mereka kepada sebuah hubungan yang sulit terdefinisi... More

Prolog
Unwanted Guy
Wedding is A Competition
Something About the Invitation
Beginning
Responsibility
A Question?
Life After Marriage
Short Message Service (1)
Short Message Service (2)
Bukan Update
What If We Hate Each Other?
Why Didn't You Come?
The Call
Hey, You!
You, Yes You (1)
Kenapa Dihapus? (Bukan Update)
Untitled
Selingan
ASK AUTHOR
Just random thing
CANDY 🍭🍭🍭
GIVEAWAY MARRIAGE WITH BENEFITS
VOTE COVER
YOU'RE INVITED
Countdown PO H-8
H-5 Preorder
PRE ORDER
SUDAH PUNYA NOVEL MWB?
SEKUEL?

New Relationship?

100K 6.4K 64
By lalalatte85


                                                                                    New Relationship?




Kesialan terbesar ketika Seanna pulang ke rumah dan mendapati mobil milik Adit terparkir manis di halaman rumah. Seanna tidak sempat menghindarkan diri karena Adit menunggu kedatangannya di teras.

"Hai, Seanna."

Sapaan hangat dari suara Adit menghentikan langkah Seanna. Dia enggan membalas sapaan itu. Baginya, tidak ada lagi Adit dalam hidupnya. Rasanya sudah cukup Adit menjajah hidupnya selama dua tahun hubungan mereka. Adit yang semula bersikap manis, namun ketahuan belangnya sebagai laki-laki posesif.

"Aku nggak pernah bilang kamu boleh datang ke rumah lagi," kata Seanna ketus.

"Sayang, maaf kalau aku datang. Tapi aku mau ketemu kamu lagi. Aku kangen."

Seanna tertawa sinis. "Udah ya? Aku nggak mau berurusan lagi sama kamu. Udah cukup selama ini kamu dan semua kelakuan aneh kamu sama aku."

Semasa pacaran dulu, Adit memang tidak pernah bertindak kasar secara fisik. Tapi, sikap posesif Adit membuatnya tidak tahan lagi berlama-lama menjalin hubungan dengan laki-laki itu. Lagipula perempuan mana yang rela hidupnya dijajah oleh laki-laki yang merasa berhak memperlakukannya seperti barang? Barang yang ditandai sebagai hak miliknya.

Lagipula, dulu dia mau pacaran sama Adit sebagai pelarian dari perasaannya ke Ervan.

"Sayang, aku janji nggak bakal mengekang kamu lagi."

"Udahlah. Lebih baik kamu pergi. Lebih baik kita nggak sama-sama lagi."

Adit balik tertawa. "Nggak semudah itu."

"Maksud kamu?" Seanna melirik ke arah pintu. Mama berjalan tergesa menuju teras.

"Eh, Nak Adit. Seanna, udah dari tadi pulangnya?"

Seanna menjawab dengan suara tertekan. "Baru aja, Ma."

"Ini Adit dari tadi nungguin kamu."

Adit tersenyum. "Saya permisi dulu, Tante. Nggak bisa lama-lama. Abis ini ada meeting di kantor."

Jam memang masih menunjukkan pukul 4 sore. Jam kerja Seanna tidak terlalu padat hari itu. untuk wedding organizer kecil seperti Kirei yang belum banyak pelanggan, ada banyak waktu lowong, bahkan jika ingin pulang lebih cepat juga bisa.

"Wah kok buru-buru. Nggak sempat ngobrol banyak dong sama Seanna. Maaf ya, Tante tadi juga sibuk di dapur."

"Oh. Nggak pa-pa kok, Tan. Kalo gitu saya permisi dulu."

Sebelum pergi Adit sempat melemparkan senyum. Namun senyuman itu bukan senyuman biasa. Dia pasti memiliki rencana lain.

Seanna menelan ludah. Mama memang tidak mengetahui sifat asli Adit. Dia enggan memberitahu kepada mama, khawatir mama bereaksi berlebihan. Selama masih mampu diatasi, dia akan mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sampai sekarang mama masih terlihat respek setiap Adit datang ke rumah, sedangkan yang ingin dilakukan Seanna adalah meneriaki Adit untuk tidak lagi mengusik hidupnya.

Sampai di dalam kamar, Seanna melemparkan tas kecilnya di sisi tempat tidur. Tubuhnya direbahkan dalam posisi tengkurap.

Beberapa hari ini pikirannya lagi-lagi terganggu dengan segala ingatannya tentang Arland.

Jadi hanya segitu saja?

Maksudnya, Arland sudah mengakui bahwa tidak terjadi apa-apa di Bali. Ketika mendengar pernyataan Arland, separuh hatinya percaya, separuhnya lagi tidak. Dia ingin membuat Arland bersumpah dengan ucapannya. Tapi, entah mengapa dia malah memilih mempercayai, dan selesai.

Selesai karena dia memang tidak mau memperpanjang urusan dengan Arland lagi.

Seanna membalik badan, teringat dengan kartu nama yang diberikan Arland kepada Erika. Kartu nama berwarna abu-abu dengan motif abstrak membingkai identitas singkat Arland. Jujur saja, dia pun penasaran untuk membuktikan sendiri jika benar Arland tipe eksekutif muda yang tajir dan menjadi pilihan terbaik bagi perempuan-perempuan yang mendambakan pendamping hidup yang sempurna

Hmm. Ketimbang menebak-nebak, bukankah akan lebih baik jika dia melakukan investigasi sendiri?

***

Keesokan hari, pikiran konyolnya menghantarkan langkah kakinya menuju kantor pusat Ardiara Jewelry. Tapi langkahnya terhenti sejenak di depan lobi.

Jadi, alasan apa yang akan diberikan kepada resepsionis?

"Eh? Lo liat nggak sih pak manajer barusan?"

"Kenapa emangnya?"

"Nggak. Suka aja lihatnya."

"Ih dasar ganjen."

Seanna berjalan ragu menuju meja resepsionis.

"Permisi, Mbak."

Perempuan yang berdiri di belakang meja resepsionis tersenyum ramah.

"Iya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?"

Seanna mengeluarkan kartu nama dari dalam tas.

"Saya mau nanyain ini, Mbak. Ini, identitasnya benar kan?"

Resepsionis tersebut tersenyum. "Iya, Mbak. Pak Arland memang manajer pemasaran perusahaan ini. Mbak mau ketemu? Udah buat janji?"

"Oh, nggak. Saya hanya mau nanyain aja."

"Mbak mau melamar pekerjaan? Ada lowongan untuk posisi sekretaris."

Seanna hanya manggut-manggut mendengar ucapan resepsionis yang super ramah dan baik hati itu. Lumayan juga kalau bisa bekerja di perusahaan sebesar itu. Tapi, kedatangannya memang bukan untuk melamar pekerjaan. Pekerjaannya sekarang sudah sangat klop dengannya.

Jadi misi sudah selesai.

"Nggak, Mbak. Makasih. Kalo gitu, saya permisi dulu."

"Eh. Kartu namanya ketinggalan," kata resepsionis sambil menyerahkan kartu nama yang tadi diserahkan Seanna.

***

Arland mengayun langkah keluar dari dalam lift. Hari ini ada meeting di hotel Kempinski. Hanya meeting kemudian berlanjut dengan makan siang. Setelah itu, dia akan kembali lagi ke kantor. Meneliti beberapa transaksi besar selama enam bulan terakhir ini.

Sesosok tubuh langsing dalam balutan dress putih dan blazer hitam menarik perhatiannya. Sosok itu baru saja melangkah meninggalkan meja resepsionis.

Is that...

"Seanna."

***

Refleks Seanna berhenti berjalan. Ketika berbalik, Arland berdiri di hadapannya dalam setelan jas abu-abu sambil menenteng sebuah tas kerja. Tangan kirinya menggenggam sebuah ponsel Android.

Mendadak Seanna seolah kehilangan muka.

"Hei. Hai," balasnya gugup.

"Mencariku?"

"Cuma ingin memastikan kamu beneran kerja di sini. Jadi nggak tepat juga kalo dibilang nyari kamu."

Arland tertawa. "Jadi udah lengkap informasinya? Kenapa nggak bilang mau ke sini. Aku kan bisa sekalian ngajak kamu makan siang. Sayang hari ini aku udah ada janji makan siang dengan klien."

Seanna tersenyum salah tingkah. "Thanks. Aku duluan ya."

Baru beranjak beberapa langkah, Arland memanggilnya.

"Seanna."

Seanna kembali berbalik. Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat.

"Mau kuantar ke Kirei?"

"Nggak. Makasih. Duluan ya."

Arland tersenyum pada dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa yang salah pada dirinya hingga Seanna bersikap seolah-olah alergi padanya.

"Biasanya nggak ada perempuan yang nolak aku antar."

Seanna terus berjalan, kali ini dengan Arland yang juga berjalan di sampingnya.

"Kamu naik apa ke sini?"

"Naik gojek."

"Wih, keren. Balik ke sana naik gojek juga?"

Seanna berencana naik taksi saja.

"Naik taksi."

Arland menuruni undakan di depan lobi sebelum menuju tempat parkir khusus direksi.

"Aku bisa nganter kamu ke Kirei, abis itu aku ke Kempinski."

Seanna masih tidak mengerti mengapa Arland begitu berkeras mengantarnya ke tempat kerja. Hubungan di antara mereka begitu aneh. Tidak bisa dijelaskan dengan logika. Bahkan pertemuan dadakan pagi menjelang siang itu juga baginya tidak kalah aneh.

"Baiklah."

***

Selama perjalanan menuju Kirei, Arland sesekali mengajaknya mengobrol. Seanna begitu gugup untuk menanggapi setiap ucapan Arland.

Laki-laki itu cukup baik dan bersahabat. Tapi Seanna belum bisa menyimpulkan lebih jauh bagaimana kepribadian Arland sebenarnya. Dengan Adit dia bisa tertipu. Siapa yang tahu jika dia akan tertipu lagi?

Oke. Arland mungkin terlalu jauh dan tinggi untuk digapai. Lagipula, dia tidak mengetahui status hubungan Arland. Mungkin dia sudah punya pacar, atau tunangan. Atau malah sudah menikah?

"Oh ya. Aku lupa nanyain dari kemarin-kemarin. Kamu udah nikah?" Seanna memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa?"

"Ya, cuma mau tau aja, apa aku udah tidur sama suami orang atau nggak."

Jika ya, bukankah kenyataan itu terlalu mengerikan?

"Kamu benar-benar mau tau? Aku anggap kamu nggak pernah nanyain hal itu."

"Aku serius, Arland. Apa benar kita nggak ngapa-ngapain di Bali?"

Arland tidak bisa menahan tawanya.

"Aku kan sudah bilang nggak terjadi apa-apa."

"Apa aku bisa percaya?"

Arland mengerutkan kening. "Kupikir saat itu kamu percaya."

"Nggak semudah itu." Seanna memicingkan mata. "Kamu tau nggak? insiden itu masih bikin aku frustrasi sampai sekarang."

"Apa aku harus bertanggungjawab nikahin kamu?"

Seanna spontan menoleh ke arah Arland.

"Lupakan saja."

Seanna menarik napas dalam-dalam. Dia tidak yakin, sampai kapan bayangan tentang Bali, Arland, dan kebodohannya akan lenyap dari ingatannya. Mungkin tidak akan pernah.

Tidak akan pernah.

"Baiklah." Arland mengendurkan gas. "Aku masih single. Kamu?"

"Sama." Seanna menjawab dengan suara datar. "Tapi aku nggak yakin kamu single."

"Oh ya? Aku harus membuktikannya dengan cara gimana?"

"Ya nggak mungkin aja laki-laki dengan kualifikasi kayak kamu nggak punya pacar."

"Dulu pernah punya pacar. Sekarang lagi kosong." Arland menoleh sebentar kepada Seanna. "Kalau dilihat-lihat kamu boleh juga dijadiin pacar. Mau?"

"Apa begitu cara kamu kalo nembak cewek?"

"Nggak juga. Kebanyakan mereka yang nembak. Bukan aku."

Seanna mencibir. "Huu... pamer."

Keasyikan mengobrol, tidak terasa mobil sudah sampai di halaman Kirei.

"Atau jadi teman?"

***

Ketika menceritakan pertemuan dadakannya dengan Arland di kantornya, berujung Arland mengantar sampai Kirei, Erika tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak histeris.

"Ya ampuun. Pesat juga ya perkembangannya. Keren, keren. Dari teman kan bisa jadi pacar?"

"Nggak mungkinlah, Er. Ada-ada aja." Seanna mencomot donat bertabur kacang dari dalam boks.

"Ya mungkin aja dong. Aku makin percaya kalo Arland itu nggak cuma bakal jadi teman."




Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 449K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...
4.4M 32.3K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
1.3M 114K 26
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.3M 253K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...