The Crazy Wedding

By unniga

796K 33.1K 663

Menikah diumur 25 tahun siapa yang tidak mau? Apalagi seorang wanita, umur 25 tahun adalah umur yang matang d... More

Bagian Pertama : Pernikahan Gila
Bagian Dua : Sebelumnya
Bagian Tiga : Hari Pertama Kembali
Bagian Empat : Sisi Gelap Adam
Bagian Lima : Quality Time
Bagian Enam : Si Brengsek dan ... Leo?
Bagian Tujuh : Leo Kau Membuatku Gila! Dasar Si Busuk yang Tengik!!
Bagian Delapan : AKU MERINDUKANMU, LEO 'SI BUSUK YANG TENGIK'!
Bagian Sembilan : She is COMEBACK!!!
Bagian Sepuluh : UGH!!
Bagian Sebelas : Leo oh Leo...
Bagian Duabelas : Apa?
Bagian Tigabelas : Inikah?
Bagian Empatbelas : Perih
Bagian Limabelas : Berakhir ?
Sekuel

Bagian Enambelas : Benar-benar Berakhir !

58.7K 2.2K 191
By unniga

Author POV

Dengan menumpangkan kaki kanannya pada kaki kiri, Adam duduk di sofa berwarna putih. Sebuah sofa yang hangat dan nyaman. Pergelangan kaki kanannya ia goyang-goyangkan dan matanya meneliti setiap sudut-sudut apartermen Leo.

Dan Leo, jangan tanyakan pria itu. Dia duduk di hadapan Adam dengan wajah yang menahan marah dan tentu saja dia belum memakai baju sampai sekarang ini.

"Tempat tinggal yang bagus." Ujar Adam sambil berdecak kagum. "Yah—tidak salah tentunya jika kau seorang arsitek." Lanjutnya.

Leo hanya mendengus menjawab ucapan kekaguman dari Adam.

"Ah, dimana Ristaya? Kudengar dia sedang tidak enak badan." Adam menoleh kekanan dan kekiri mencari Ristaya yang sampai sekarang belum muncul.

Tetapi tiba-tiba seorang yang dicari Adam muncul dari salah satu pintu. Ristaya, dia membuka pintu dengan wajah yang memerah padan dan baju yang seakan-akan baru saja dia benarkan, walau memang kenyataanya baju itu sedang dia benarkan setelah kegiatannya bersama Leo dan ditangannya terdapat sebuah kaos berwarna biru navy milik Leo.

"Wow—sepertinya aku benar-benar salah waktu." Kicau Adam. Pria itu terkekeh kemudian dan memandangi wajah Leo dan Ristaya bergantian. "Ah—aku hampir lupa, aku membawakan ayam goreng kesukaanmu, my girl. Dan kau bisa mengambilnya di mobil."

Adam melemparkan kunci mobilnya pada Ristaya dan dengan tanpa gerakan tidak sengaja Ristaya berhasil mendapatkan kunci Adam di tangannya.

"Kenapa tidak kau bawa kesini?" Ristaya menggerutu kesal.

Adam tertawa dan menjawab, "Sengaja."

Tapi mau tidak mau Ristaya memang harus mengambilnya karena itu tidak mudah untuk ditolak. Setelah mendapatkan kunci mobil Adam, Ristaya berjalan menuju Leo dan memberikan kaos milik Leo untuk di pakai suaminya agar tidak menjadi santapan Adam, nantinya.

Leo menerima kaos itu dengan tersenyum penuh arti pada Ristaya dan wanita itu juga membalasnya demikian.

Setelah memberikan kaos pada Leo, wanita itu berjalan keluar untuk mengambil ayam goreng yang Adam bawakan padanya.

Namun, tiba-tiba Adam bangkit dan memanggil Ristaya saat dia kurang dua langkah lagi membuka pintu. Ristaya menoleh dan menunggu Adam berjalan ke arahnya. Adam melepas jaket yang dia pakai, memakaikannya pada Ristya.

"Akan sangat memalukan jika kau keluar dengan 'tanda' di lehermu, my girl." Adam menarik resleting jaketnya hingga menutupi leher Ristaya yang terdapat kiss mark yang dibuat oleh Leo.

Setelah memakaikan jaket pada Ristaya, Adam kembali ketempat duduk dan berhadapan dengan Leo yang memandangnya dengan tatapan tidak suka.

"Baiklah, aku tidak akan basa-basi lagi denganmu." Kata Adam dengan tatapan yang serius.

Leo memincingkan matanya, tidak mengerti arah dimana maksud dari perkataan Adam.

"Ristaya adalah sahabatku, dia wanitaku. Dan kau harus mengerti apa arti wanitaku." Ucapan Adam menekan pada saat dia berkata bahwa Ristaya adalah wanitanya dan itu membuat Leo menggeram tertahan.

"Dia isteriku, jika kau lupa."

Adam tersenyum sumbang, "Aku tidak akan melupakan fakta itu, man." Adam terdiam sejenak, begitupun Leo yang tidak ingin membalas perkataan Adam. "Tapi, jika kau mengartikan hal yang lebih kau salah."

"Apa maksudmu?"

"Ristaya dan aku, kami saling memiliki. Bukan seperti sepasang kekasih tetapi lebih karena Ristaya adalah sahabatku, adikku dan juga wanitaku. Kau mengerti maksudku?"

Leo memandang Adam dengan tidak suka, beberapa kali kata Adam yang mengatakan Ristaya adalah wanitanya membuatnya marah seketika.

"Aku tidak mengerti maksudmu dan kau bilang tidak ingin berbasa-basi, lalu sekarang kau berbasa-basi. Apa maksudmu?" tanya Leo sekali lagi.

Adam tertawa, "Jika Ristaya sakit maka aku juga akan sakit, aku memang tidak tahu seratus persen tentang hubungan kalian tetapi, aku bisa merebut Ristaya jika aku mau."

Leo mengeras, kepalan tangannya sudah sempurna untuk menghajar pria yang sedang duduk di depannya.

"Semalam Ristaya ketempatku." Ujar Adam.

"Apa?" Rahang Leo semakin mengeras dan dia benar-benar ingin melayangkan kepalan tangannya ke wajah Adam saat ini.

"Ristaya ketempatku dan jika kau mau tau dia basah kuyup. Kemarin kudengar dia akan makan malam denganmu dan entah bagaimana dia berakhir di tempatku dengan tubuh yang mengenaskan." Decak Adam kesal.

Leo terdiam. Satu fakta yang dia tidak tahu adalah Ristaya yang setia menunggunya hingga tiga jam.

"Jadi, kau makan malam dengan siapa, semalam?" tanya Adam langsung dan sukses menghentak jantung Leo. "Kurasa bukan Ristaya karena wanita itu makan dengan lahap di tempatku."

Sial!

Leo berfikir sejenak, semalam dia mengantar Helena pulang dulu sebelum menghampiri Ristaya.

"Terakhir aku akan bilang padamu, jika kau ingin mempermainkan hati Ristaya kuakui kau cukup berhasil. Sekarang, jika kau sudah berhasil, aku mohon lepaskan Ristaya dan biarkan dia bahagia dengan dunianya."

Ucapan terakhir Adam selesai bertepatan dengan Ristaya yang masuk dengan membawa dua kantong plastik yang berisikan box-box ayam goreng.

"Uh—sepertinya kau kesulitan, my girl." Adam berjalan dan menghampiri Ristaya lalu mengambil salah satu kantong plastik itu.

Adam mengikuti Ristaya yang meletakkan kantong plastik itu di atas meja makan.

"Makan yang banyak, my girl. Semua khusus untukmu." Mata Adam melirik kearah Leo yang tidak berkutik di tempatnya. "Baiklah—aku sudah selesai, aku akan pulang."

Ristaya yang sedang mengelurkan box-box ayam goreng melihat Adam dengan bingung, "Kenapa cepat sekali? Tidak mau makan ini dulu?" tunjuknya pada beberap a box yang sudah ia keluarkan.

Adam menggeleng, "Sudah kubilang itu untukmu semua." Ucapnya dengan tersenyum.

Setelah keluar dari apartemen Leo dan Ristaya, Adam hanya berharap sebuah 'pukulan' yang dia layangkan pada Leo akan membuat pasangan itu menemukan kebahagiannya. Entah, sad ending ataupun happy ending.

**

"Jadi malam itu kau datang ke tempat Adam?" Ristaya yang sedang memakan ayam goreng hampir tersedak karena pertanyaan Leo yang tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" tanya Ristaya tak mengerti.

Leo berdeham, "Aku cuma ingin kau berkata jujur padaku, kau berada di apartermen Adam semalam?"

Ristaya meletakkan ayam gorengnya dan menjawab, "Ya, aku memang kesana."

Leo tersenyum miris, "Kenapa? Kenapa kau harus ketempat Adam? Kenapa tidak menungguku?" Leo sedikit berteriak pada Ristaya karena dia kesal, Ristaya selalu memilih berada di samping Adam.

"Aku sudah menunggumu. Menunggu selama tiga jam dan itu menurutmu kurang?" Ristaya mendengus kesal, "Apa aku harus menunggumu ketika kau sedang bersama dengan Helena? Aku tidak bisa, Leo."

Leo tersentak kaget, bagaimana Ristaya tau jika dia bersama Helena malam itu?

"Bagaimana kau—"

"Ya, aku tau. Sebenarnya itu karena tidak sengaja kau melihat kalian."

Leo terdiam. "Kenapa kau tidak menghampiriku?"

Ristaya melotot tak percaya, "Menghampirimu? Untuk mempermalukan diriku sendiri? Aku bukan orang bodoh jika kau ingin tahu."

"Yah—benar kau tidak bodoh." lirih Leo. "Jadi karena itu kau ingin mengakhiri semua ini?"

Ristaya menatap Leo dan dia menjawab, "Ya. Akhiri sekarang dan kau bisa bersama Helena. Tentu saja tidak akan ada yang terluka lagi."

"Apa kau bahagia jika kau berpisah denganku?" tanya Leo.

Dengan mantap Ristaya menjawab, "Tentu saja. Selama aku hidup, aku selalu bahagia jadi berpisah denganmu tidak akan merubah segalanya."

Tentu saja itu adalah kebohongan yang keluar dari mulut Ristaya karena bagi Ristaya sekarang hidupnya tanpa Leo akan terasa tidak berarti.

Leo mendesah pelan, "Baiklah, aku akan mengurusnya. Kau hanya tinggal menunggu persidangan."

**

Tidak segampang mengetok palu untuk memasang paku pada tembok, perceraian Leo dan Ristaya berjalan dengan sangat lambat. Beberapa kali mereka ditemukan untuk proses mediasi ataupun perdaiaman untuk menyelamatkan pernikahan mereka tetapi nyatanya mereka berdua tetap pada pendiriannya masing-masing.

Terlebih Ristaya.

Hampir satu bulan mereka menjalani sidang perceraian dan tentu saja tidak ada pihak keluarga yang tahu karena mereka memang tidak ingin memberi tahu keluarga masing-masing.

Selama proses perceraian masih berlangsung, Leo dan Ristaya masih tinggal dalam satu atap tetapi sejak hari dimana Ristaya meminta Leo menceraikannya, mereka jarang berbicara lagi dan hanya berbicara jika memang itu penting.

Keadaan begitu terasa canggung bagi mereka berdua tetapi mereka mempu melewatinya hingga sekarang.

Dan sekarang adalah final dari persidangan mereka. Palu hakim sudah menjatuhkan bahwa pernikahan mereka telah berakhir.

Ada sesuatu yang sakit di hati Ristaya setelah mendengar ketukan palu yang berada ditangan hakim.

Persidangan terakhir kali ini juga begitu dramatis karena hujan diluar yang begitu lebat dengan suara petir yang menggelegar.

Leo dan Ristaya keluar dari ruang persidangan dengan status baru mereka, kedua orang yang telah berpisah secara hukum.

"Terima kasih." Ujar Ristaya dengan menahan tangis yang akan mengalir. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan terakhir dengan Leo.

Leo memandang tangan Ristaya dengan getir, tetapi pria itu tetap membalas jabatan tangan Ristaya. ini adalah kesempatan terakhir kalinya untuk Leo menggenggam tangan Ristaya.

Perlahan tapi pasti, Ristaya melepas jabatan tangannya dengan tersenyum. "Semoga kau bahagia." Jika boleh jujur, Ristaya merasa lidahnya kelu karena mengatakan itu.

"Kau juga." Begitupun dengan Leo.

Ristaya hanya tersenyum dan dia berjalan keluar menuju taksi yang sudah menunggunya sejak tadi. Dia akan pergi, pergi dari tempat ini dan pergi dari dunia Leonardo Chandrajaya.

Dibalik lebatnya hujan yang turun, Leo memandang taksi yang mengantar Ristaya pergi darinya. Pandangannya mengabur karena air mata sudah menggenang di kedua bola matanya.

Kata terakhir Leo yang mungkin jika dia ucapkan beberapa bulan yang lalu mempu menyelamatkan pernikahan mereka.

Di tengah hujan yang semakin deras di siang hari, dengan lirih Leo berkata, "Aku mencintaimu, Ristaya Gunawan."

END?

The Crazy Wedding berakhir disini mungkin cerita ini udah menjamur~ bahkan banyak~ walau begitu saya mengucapkan terima kasih untuk reader yang setia membaca cerita saya yg jauh dari kata sempurna :)

Sekali lagi saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih ^^

love from,

unni-ga

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 214 13
Berawal dari ketika aku mencintaimu, kisah rumit ini akan dimulai. Lisa yang begitu teramat mencintai Geovan. Geovan yang begitu enggan melepaskan ke...
6.1M 318K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
696K 49.7K 40
(Completed) Delapan tahun menikah, delapan tahun menanti buah hati, tiga kali kehilangan mereka satu persatu, Aimee tidak pernah berpikir ada yang sa...
1.4M 120K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...