[KAISTAL] We Broke Up

By aeriwills

18.7K 1.5K 151

"The love that began on spring, ended on spring too." - Jung Soojung "We broke up on April Fool's Day and i t... More

First
Third
Fourth
Fifth
Sixth
Seventh
Eighth
Ninth
Tenth

Second

2.2K 175 13
By aeriwills

Duk..duk..duk..!

Aku mendrible bola basket di tanganku dengan kasar.
Jangan tanya apapun padaku. Hatiku sedang panas kali ini.

Kacau!

Itu yang mungkin akan orang lain katakan saat melihat kondisiku saat ini.
Dan memang seperti itu kenyataannya.

Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya gadis itu memutuskan hubungan secara sepihak.
Bahkan selama 3 tahun menjalin hubungan, tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiranku untuk mengakhiri semuanya.

Slap!

Bola basket yang sedetik lalu aku shoot ke arah ring, kini menghantam papan di depannya. Lalu menggelinding manis di bibir ring. Alih-alih bolanya masuk, dia lebih memilih untuk jatuh ke arah luar.

Shit!! Aku mengumpat geram.

Aku mengepalkan kedua tanganku.
Dan sekarang kau bisa melihat tanganku yang mulai memutih dan menunjukkan buku-bukunya.
Kakiku menendang balik bola yang kini menggelinding di depanku.

Brak!!

Amarahku tidak bisa lagi dibendung.
Aku pikir setelah ini aku harus segera minta maaf pada bola itu karena sudah membuatnya kesakitan akibat dari pelampiasan amarahku.

Apa boleh buat? Karena memang dialah yang cocok menjadi objekku kali ini.
Tidak mungkin kan kalau aku memukuli Oh Sehun yang menyebalkan itu sebagai gantinya?

Aku menyeringai,
"Aku pikir kau hanya bercanda Jung." Desisku.

"Katakan kalau itu karna April Mob!"

Miris sekali, aku makin terlihat benar-benar frustasi berbicara dengan gedung kosong.

Aku mengambil kembali bola basketku. Mendriblenya lagi dan lagi.
Tidak peduli dengan keringatku yang mulai bercucuran.
Napasku tersengal.

"Katakan kau bercanda, Jung!" Ucapku geram.
Kau bisa mendengar gigiku gemeretak kali ini.
Panas di hatiku tidak kunjung reda.

"Katakan Jung katakan!!!"

"Aarrghhh!" Aku mengerang frustasi.
Teriakanku menggema di seluruh penjuru ruang olahraga, memecahkan kesunyian.

Sudah kubilang, gedung ini kosong. Hanya ada aku. Dan bola. Dan ring.
Semua siswa mungkin sudah memilih melangkahkan kakinya menuju rumah, atau mungkin pergi berkencan ke suatu tempat dengan kekasihnya setelah hampir 11 jam penuh mendekam di sekolah dengan suguhan berbagai pelajaran yang tak pernah membiarkan otakmu beristirahat.

Bertanya kenapa aku disini? Cih!

Kriekk! Bam!

Terdengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali.
Aku menoleh kebelakang. Masih dengan napasku yang tersengal.

"Seperti dugaanku, kau berada di sini."
Suara cempreng Oh Sehun memasuki gendang telingaku.

Aku memalingkan wajahku kembali menghadap ring.

Memusatkan pandanganku di satu titik di depan sana.
Kedua tanganku terangkat ke udara dengan memegang bola. Mengambil ancang-ancang untuk kembali melakukan shooting.

Slap! Brak!

Binggo! Kali ini tepat sasaran. Masuk!

"Mau sampai kapan kau seperti ini, Jong?" Sehun melewatiku.

Hap!

Aku menangkap sebotol air mineral yang sempat dia lemparkan padaku.
Aku mengikuti langkahnya yang berjalan ketepi lapangan.

Amarahku sedikit mereda sekarang. Walau api di hatiku masih belum padam sepenuhnya.
Ku posisikan diriku di sebelah Sehun yang kini telah menghempaskan pantatnya di lantai.

Aku lebih memilih membaringkan tubuhku setelah meneguk hampir setengah botol air ditanganku.
Membiarkan sensasi dingin lantai lapangan menusuk tulang punggungku.

"Bukankah tadi kau sudah pulang, Hun?" Suaraku merendah.

"Dan meninggalkan sahabatku mati konyol karena frustasi? Yang benar saja, aku tak mau dicincang habis oleh noonamu yang super galak itu." Balasnya ketus.
Aku tertawa mendengarnya.

Noonaku itu benar-benar.

"Berhentilah menguntitku, aku sudah terlalu tua untuk itu." Kataku sambil menjotos lengan kanannya. Lalu mengubah posisiku menjadi duduk.

"Asal kau tau saja, aku melakukannya demi menyelamatkan diriku sendiri dari masalah yang mengancam nyawaku, kau pikir aku melakukannya karena aku perhatian padamu?! Tsk!" Sehun berdecak.

"Wahh~ manis sekali tuan Oh." Godaku sambil menyenggol lengannya.

"Hentikan itu Jong, menjijikkan!" Sehun mendelik.

"Baiklah Sehunku sayang, haha!"

"Ya!!" Sehun sudah mengepalkan tangannya di udara untuk meninju wajahku sebelum aku menangkisnya.

"Oh! Dilarang menggunakan kekerasan tuan!"

"Ya Tuhan, Kenapa harus kau yang jadi sahabatku sejak kecil, huh?! Menyebalkan sekali!"

"Jangan salahkan aku, kau sendiri yang menguntitku!" Aku mencibir.

Hening beberapa saat setelah candaan kami yang tak berbobot itu.

Kami berdua hanya menatap kosong ke arah depan.

"Kau tak pulang?" Pertanyaan sehun membuyarkan lamunanku.

"Tidak sekarang." Jawabku sekenanya.

"Kenapa kau terus menghindarinya, Jong? Bersikaplah dewasa."

"Aku tidak menghindarinya, aku hanya tak mau satu bus dengannya untuk saat ini, itu saja. Bahkan kau tidak lebih dewasa dariku, Hun. Menyimpan perasaan pada seorang gadis selama 2 tahun? Ayolah, kemana sisi manly mu?" Ledekku.

"Kenapa jadi kau yang menceramahiku?!" Sehun mendelik kesal.

Aku hanya bisa tertawa menanggapinya, sambil menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.

Sehun kembali menatap ke depan.

"Ayahmu kembali malam ini."

"Hmm.. benarkah?" Jawabku getir.

"Hyoyeon noona mengirimiku pesan tadi siang. Apa kau mematikan ponselmu lagi? Dia bilang tak bisa menghubungimu."

"Lowbath." Jawabku singkat. Datar.

Sehun menghela napas.

"Pulang bersamaku? Ayahmu mungkin sedang menunggumu..Kai."

Aku menatap tajam kearahnya. Dia tau aku benci nama itu.

"Yeah! Kau benar. Tenang saja, aku sudah bebal dengan semua itu." Akhirnya aku menjawab.

Aku menarik tubuhku berdiri, merapikan seragamku yang lusuh dan basah di bagian punggungnya karena keringat.

Sehun juga berdiri, dia mendahului langkahku.
Tidak lama, Sehun berbalik dengan tatapan cemasnya.
Aku menepuk bahu kanannya meyakinkan.

"Aku akan baik-baik saja."

***

'Lihatlah mukanya babak belur!'

'Tsk! Tidak kusangka dia seperti itu.'

'Ya Tuhan, wajah tampannya kini penuh dengan luka.'

Soojung mengerjap sejenak.
Apa yang mereka lakukan? Batinnya.

Matanya menatap sekeliling. Hampir semua murid berbisik satu sama lain.
Soojung tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Yang Soojung tangkap hanya kata babak belur dan tampan.

Siapa? Apa ada yang berkelahi?
Soojung celingukan di tengah-tengah langkahnya.

Soojung melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti barusan. Menuju lokernya di lorong sebelah kiri.
Dia tidak mau ambil pusing dengan apa yang sedang teman-temannya bicarakan.

'Wajahnya boleh saja tampan, otaknya juga mungkin cerdas, tapi siapa yang mengira jika sikapnya seperti gangster?!'

Kali ini pendengaran Soojung menangkap jelas apa yang sedang dibicarakan dua gadis di depannya itu.
Langkahnya terhanti untuk yang kedua kalinya, rasa penasarannya tidak bisa lagi di tolerir.

Soojung mengikuti arah pandang kedua gadis itu. Tatapannya tertuju pada lorong sebelah kanan.

Itu adalah loker siswa laki-laki.
Ya, di sekolah ini loker siswa laki-laki dan perempuan di pisah di dua lorong.

Mata Soojung memicing. Dan kini langsung terbelalak saat satu loker di ujung pandangannya mulai menutup dan memperlihatkan si empunya.

Tidak lagi berpikir panjang, Soojung segera berlari menghampirinya.
Dahinya mengkerut, menunjukkan betapa khawatirnya dia.

"Jongin!"

Merasa namanya di panggil, laki-laki si pemilik loker itu menoleh kearah Soojung.
Dan seketika ekspresinya berubah dingin setelah mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tangan kanan Soojung reflek menyentuh wajah Jongin yang kini penuh dengan plester, goresan di pipi kanannya, juga beberapa lebam di pelipis dan ujung bibirnya.

"Bukan urusanmu!" Jongin menepis kasar tangan Soojung.

Dingin! Mengintimidasi!

Itu yang ditangkap Soojung dari suaranya.

Soojung tidak menyerah. Ia tidak peduli dengan sikap kasar Jongin padanya.
Yang Soojung pikirkan saat ini adalah kondisi laki-laki yang berdiri di hadapannya ini.

"Kau berkelahi?" Soojung menarik lembut pergelangan tangan Jongin saat dia hendak berpaling meninggalkannya.
Jongin melepaskannya dengan satu gerakan cepat.

"Apa pedulimu?" Jongin berbalik dengan tatapan tajamnya.

"K-kai.." suara Soojung bergetar. Matanya hampir memerah menatap cemas ke arahnya.

"Bisa kau tidak mengungkitnya sekarang? Aku mengkhawatirkan keadaanmu." Tidak ada yang berubah dari suara Soojung. Tetap sama. Bergetar.
Soojung menghela napas panjang.

Seberapa banyak dia meyakinkan bahwa kali ini dia benar-benar peduli dengannya, tetap tidak meluluhkan hati seorang Kim Jongin. Ah! Bukan, dia Kim Kai.

Bedanya? Mereka tetap orang yang sama, hanya saja Kim Kai adalah sisi lain dari Kim Jongin yang ramah dan bersahabat menjadi dingin dan kasar.
Ayahnya sendiri yang memberi nama lain itu. Entah apa alasannya.

"Ah.. benarkah? Mengkhawatirkanku?!"
Kai menyeringai tajam, menunjukkan senyum miringnya.

"Bercandamu tidak lucu, nona!" Lanjut Kai dengan menekankan suaranya pada bagian 'tidak lucu'.
Kai mengatupkan rahangnya keras dan pergi meninggalkan Soojung mematung sendirian.

"Kau benar, ini bukan lagi urusanku." Balas Soojung lirih. Lebih tepatnya dia berbicara pada dirinya sendiri.

Soojung mengalihkan pandangannya ke samping. Matanya yang sedari tadi memerah kini meneteskan butiran bening di pipinya. Tidak sanggup lagi menahan sakit yang teramat di dadanya.

Tbc...

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 331K 17
"Ayang pelukkk" "Yang kenceng meluknya" "Ayang mau makannn" "Ayangg ciummm" "Ayanggg ikutt" "Ayanggggg" Pertamanya sok-sok an nolak.. Ujung-ujun...
78.5K 9.4K 30
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
56.4K 5.2K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
61.9K 183 4
FEM HYUCK! KARYAKARSA ONLY! JOROK BANGET! MINOR DNI! MARKHYUCK AREA "Kisah aca dan selingkuhannya, sopir angkot langganan aca ke pasar, abang malik"