Riddle House [HIATUS]

By chiku-neko

12.6K 785 122

Sembilan remaja yang berniat berlibur dengan petualangan seru. Justru terjebak dalam rumah menyeramkan penuh... More

Prolog
[1] - Planning
[2] - Villa
[3] A Girl
[4] - (Riddle) House
[5] - Mocchi
[6] - Explanation
[8] - Disinfectant
[9] - What Happened?
[10] - Teror
[11] - Lost
[12] - Lost (2)
[13] - Trap
[14] - Jessie
[15] - Rescue
[16] - Rescue.b
[17] - The Door
[18] - Begin (again)
Pengumuman Remake
Info!!
[19] - The Left Person
[19] - The Left Person.b
Helo

[7] - Book

460 36 0
By chiku-neko

Bum

Pintu itu menimbulkan bunyi debaman yang kencang. Para remaja ini menghela nafas tanda terkejut dan mulai mengedarkan pandangan ke segala arah di ruangan yang mereka masuki.

Tes tes

Bunyi tetesan-yang tampaknya darah-menyambut kedatangan mereka. Bau anyir yang menyeruak memasuki hidung mereka menguatkan pemikiran bahwa itu adalah darah. Tepatnya, darah Adhan.

Tak mau membuang waktu, para remaja ini mulai mengarahkan obor maupun senter menerangi interior ruangan, yang dikatakan perpustakaan. Para remaja ini menghela nafas lega ketika melihat tiga rak buku panjang nan tinggi yang berbaris. Rak buku itu tampak reyot dan penuh debu serta sarang laba-laba. Di dalamnya penuh buku tebal yang tersusun rapi memenuhi rak.

Di perpustakaan itu juga banyak peta, poster mengenai ilmu pengetahuan yang sudah koyak dan tak berbentuk. Meja serta kursi yang acak-acakan dan terdampar sana-sini. Ruangan itu gelap, dan benar-benar tidak terawat.

"Kita mencar," celetuk Eza memecah keheningan, masih mengarahkan obornya ke segala arah. "Cari buku yang sekiranya berguna, oke?" lanjut Eza lagi yang diangguki yang lain.

"Gue sama Fanny, Nesya sama Vania, dan lo sama Revan, oke?" sahut Daffa sambil menoleh ke Eza yang diangguki Eza.

"Kita ketemu di sini lagi, 5 menit lagi, oke?" ucap Nesya yang diangguki yang lain.

Setelah bertukar pandang dan mengangguk saling meyakinkan, para remaja ini memencar menuju rak-rak buku itu. Daffa-Fanny ke rak sebelah kanan, Nesya-Vania ke rak tengah, dan Eza-Revan ke rak sebelah kiri.

Keenamnya tampak sibuk mencari buku yang sekiranya mungkin berguna. Bahkan saking gencarnya Daffa mencari, pria ini menjatuhkan segala buku yang tidak berguna dari rak.

"Daffa! Hati-hati!" pekik Fanny yang hampir tersandung buku yang dijatuhkan Daffa.

Daffa menoleh dan menggeram. "Lo cari di sebelah sana, dan jangan ganggu gue! Buat diri lo berguna!"

Fanny menggigit bawah bibirnya dan segera berlari ke sebelah utara. Gadis ini melongo sana-sini, memilah-milah buku dan mencari judul buku yang berhubungan dengan Riddle House.

"Huh, kayanya ga ada di sini." rutuk Fanny yang mulai menyerah sambil mengelap keringat yang mengalir dari pelipisnya.

"Dapet ga dapet, cepet kembali! Kita udah ga punya cukup waktu lagi!" Pekikan Eza menyadarkan Fanny dari keputusasaannya. Fanny bergerak menyusul Daffa yang juga sudah memanggilnya untuk bergerak cepat.

Fanny bergerak gesit namun hati-hati melewati tumpukan buku yang dijatuhkan Daffa. Kedua matanya menangkap benda-yang tampaknya buku-yang bersinar. Bergerak mendekat, Fanny bisa memastikan bahwa itu adalah buku yang cukup tebal, bersampul kulit hitam dengan tepian emas.

Fanny bergerak mengusapnya beberapa kali. Keningnya berkerut ketika sampul buku itu beriak dan bergerak membentuk ukiran.

Death Note

Begitulah tulisannya.

"Fanny! Lo dimana?! Pintunya mau ketutup!" Fanny tersadar dari lamunannya akan pekikan dari Nesya. Fanny buru-buru menyimpan death note itu ke dalam sweater-nya dan berlari meloncati beberapa tumpukan buku. Gadis ini semakin mempercepat larinya ketika melihat pintu sudah setengah menutup.

"Fanny cepet!" pekik Daffa sambil mengibas-ibaskan tangannya.

Fanny bergerak meloncat dari tempatnya melewati pintu. Pintu itu menutup menimbulkan bunyi debaman yang keras bersamaan dengan Fanny yang jatuh tengkurap dan terdorong beberapa centimeter dari pintu.

Gadis ini mengatur deru nafasnya sambil memejamkan matanya. Ia merasa benar-benar penat, padahal hanya berlari seperti itu.

"Fan, bangun. Lo selamat kok." ucap Vania sambil berjongkok dan mengulurkan tangannya ke arah Fanny.

Fanny membuka matanya perlahan dan tersenyum tipis ketika mendapatkan wajah Vania yang mengulurkan tangan ke arahnya. Gadis ini menyambut uluran tangan itu dan bergerak bangkit. "Makasih Van."

Vania melepaskan uluran tangannya dan menggedikkan bahunya. Fanny menghembuskan nafasnya kasar dan mengedarkan pandangan ke sekeliling, gadis ini mendapati Jessie yang menangis tersedu-sedu di bahu Nesya.

"Jessie kenapa?" tanya Fanny melirik Vania.

Vania memasang raut wajah iba. "Jasad Adhan hilang." lirih Vania.

Fanny menoleh dan membulatkan kedua matanya. "Hi--hilang?" seru Fanny terbata-bata yang hanya diangguki Vania.

Fanny bergerak mendekati Jessie dan mengelus bahu Jessie perlahan. "Gimana bisa terjadi Jes?"

Jessie menutup mulut serta memejamkan matanya. "Di--dia hilang tiba-tiba...be--berubah jadi angin dan melayang." jawab Jessie dan mulai terisak lagi. Fanny bergerak memeluknya menggantikan Nesya.

Daffa memijat pelipisnya. "Please, berhenti main drama. Kita lagi dalam darurat, dan ga punya banyak waktu buat drama kaya gini." ketus Daffa.

"Daffa! Jangan ngomong kaya gitu, gimana kalau lo di posisi dia? Ini juga gara-gara lo 'kan?" seru Fanny memelototi Daffa.

Daffa mendecih. "Jadi lo nyalahin gue, sekarang?"

"Kalau iya, kenapa?!"

"Stop this bullshit drama!" pekik Nesya menatap Fanny, Daffa dan Jessie yang terisak bergantian.

Daffa mendengus dan memutar bola matanya, pria ini memilih bersender di dinding dan menyerahkan urusan ini ke Nesya atau Eza bahkan Vania, yang jago banget dalam adu mulut.

Nesya berjongkok mendekati Jessie. "Jes, gue tau lo sedih. Kita juga sedih. Tapi apa gunanya sedih? Mengembalikan Adhan atau Chika? Apa sedih bisa mengeluarkan kita dari rumah ini? Ngga." tutur Nesya dengan suara lantang yang menghentikan isak tangis Jessie. "Gue ga bisa ngomong lembut tapi, stop that bullshit cry. 'Cause cry, do nothing. Understand pretty girl?"

Jessie mengangguk. "Thanks, Nesy. I promise that I will never cry again."

Nesya berdiri dan menggedikkan bahunya. "Save that bullshit promise, 'Cause I'll never believe that."

Jessie tertawa pelan dan mengangguk-angguk, membuat Fanny ikut tersenyum.

"So, what we will do next?" tanya Revan memecah keheningan, sambil menengadahkan kedua tangannya.

"First, where is Mocchi?" tanya Vania balik menyahuti pertanyaan Revan.

Para remaja ini melirik Jessie. Gadis itu masih sesegukan karena tangis yang berkepanjangan. Jessie menghela nafasnya sebelum membuka suara. "Tadi, waktu Adhan menghilang. Mocchi langsung pergi. Dan dia sama sekali ga bilang apa-apa waktu pergi." jawab Jessie seadanya.

Daffa menghembuskan nafasnya kasar dan mengacak-acak rambutnya geram. "Terus sekarang apa? Kenapa juga itu hantu mesti ngilang sih?" rutuk Daffa kesal.

"Yaudah lah, kita juga ga harus bergantung sama dia 'kan? Kita juga dari awal cuma bersembilan, yaudah kita jalanin aja sendiri. Ga usah bergantung sama dia." tutur Vania sambil menggedikkan bahunya.

"Yaudah langsung aja, kalian dapet buku apa aja?" tanya Fanny mengedarkan pandangannya memandang teman-temannya yang kini sudah duduk melingkar.

"Gue dapet buku All About Riddle House." ucap Nesya mengeluarkan buku dengan panjang yang kira-kira setengah lengan dan dengan ketebalan yang tidak seberapa. Buku itu bersampul kulit berwarna cokelat dan terdapat sebuah pengait yang mengunci buku itu.

"Kalau gue nemu buku mystery. Mungkin aja berguna, 'kan?" tutur Revan sambil mengeluarkan buku seukuran novel yang sangat tebal. Buku itu bersampul kulit dengan warna ungu gelap dengan baja yang melapisi sudut-sudutnya.

"Gue nemu buku Riddle. Isinya teka-teki. Mungkin aja berguna buat kita jawab teka-teki." ucap Eza sambil mengeluarkan buku seukuran telapak tangan yang sampulnya dari karton yang sudah menguning.

"Kalian ga nemu?" tanya Fanny menatap Vania dan Daffa bergantian yang hanya dijawab gelengan.

"Lo nemu? Tadi lo 'kan paling lama." tanya Vania balik sambil menopang dagunya dan memilin rambutnya.

Fanny mengangguk dan bergerak mengeluarkan death note dari sweater-nya, namun tiupan angin kencang menghentikan pergerakannya. Angin itu makin lama menjadi pusaran dan memunculkan hantu yang tadi mereka cari menghilang-Mocchi. "Hai! Udah dapet bukunya?" sapa Mocchi sambil bergerak melayang dan berputar.

Nesya mengangguk dan mengangkat buku yang ia temukan. "Ini All About Riddle House. Ini buku yang tepat 'kan?"

Mocchi mengangguk. "Tepat. Kalau begitu, siapa yang mau baca?"

Daffa menyambar buku itu dari tangan Nesya. "Gue aja." ucap Daffa datar dan mencoba melepaskan pengait itu dari tempatnya. Namun, berulang kali pria ini mencoba, hasilnya sia-sia

"Kok susah sih? Jangan-jangan ada mantranya lagi." gerutu Daffa menghempaskan buku itu ke lantai.

"Betul sekali. Buku ini memerlukan kata kunci untuk melepaskan pengaitnya." tutur Mocchi.

"Terus kata kuncinya apa?"

"Cari sendiri."

"Hantu pelit." ejek Vania dan mulai berpikir. "Riddle House? Riddle? Teka-teki? Kutukan? Darah?" Vania mengucapkan segala kata yang berhubungan dengan Riddle House, namun lagi-lagi, sia-sia.

"Ini bener-bener buang waktu, bisa istirahat sebentar? Karena gue mulai lelah." ucap Revan sambil membenarkan kacamatanya dan memijat tulang hidungnya.

Eza menyetujui. "Dan gue mulai lapar."

Mocchi menggelengkan kepalanya. "Apa saya lupa memperingatkan kalian, bahwa waktu kalian hanya ada tiga hari untuk keluar dari rumah ini?"

"Ti--tiga hari? Itu terlalu cepat!" seru Jessie tidak percaya.

"Itu sudah jadi ketentuan."

Eza memijat pelipisnya. "Kalau gitu, lo bisa gak bantu kita buat cari kata kuncinya?"

Fanny tiba-tiba melambaikan tangannya. "Oh ya, gue belum nunjukin buku yang gue temuin!" seru Fanny dan merogoh death note dari dalam sweater-nya.

Para remaja ini bertukar pandang dan bergerak mengitari Fanny. Fanny tersenyum dan mengangkat bukunya tinggi-tinggi. "Death Note!"

Mocchi membulatkan matanya. "Apa?! Death note?!"

Bersamaan dengan itu, buku All About Riddle House bergetar, dan pengaitnya terlepas. Jessie yang tadinya ikut penasaran akan buku yang dibawa Fanny, kembali memfokuskan dirinya ke buku All About Riddle House.

"Bukunya terbuka! Terbuka!" pekik Jessie yang menarik perhatian yang lain dari death note yang dibawa Fanny.

Daffa langsung menyambar buku itu dan bergerak untuk membukanya. "Biar gue yang baca, oke?" ucap Daffa melirik teman-temannya bergantian.

Para remaja ini mengangguk. Baru saja Daffa akan membuka buku itu, teriakan Fanny mengejutkan mereka.

"Mocchi!"

Daffa menggertakkan giginya. "Kenapa sih Fan? Berisik." rutuk Daffa mencebik.

Fanny menunjuk Mocchi yang melayang-layang dengan buku yang diketahui adalah death note. "Death note diambil sama Mocchi!" seru Fanny.

Nesya berdecak. "Gue tau ini kekanakan tapi Mocch, kenapa lo ambil sih?"

Mocchi memeluk death note erat-erat. "Buku ini berbahaya. Kalian tidak boleh memilikinya."

Fanny mendengus. "Kita butuh buku itu Mocch. Kita juga belum tau isinya. Gue yang menemukan buku itu, jadi buku itu punya gue. Kembaliin." pinta Fanny menjulurkan tangannya.

Mocchi mengembalikan buku itu ke Fanny dengan tampang tidak rela. "Saya sudah memperingatkan ya."

"Lagian, isinya apaan sih?" tanya Daffa, yang penasaran mengapa buku itu dibilang berbahaya.

"Daftar kematian?"

Para remaja ini membelalakkan matanya, dan langsung menujukan pandangan ke arah death note. Dengan penasaran tingkat tinggi, Fanny langsung membuka buku itu. Gadis ini merasakan tenggorokannya tercekik lalu sedetik kemudian menghilang. Nafasnya mendadak memburu dan pelipisnya berkeringat. Bahkan, ia belum sempat membaca isi dari death note yang dibukanya.

"Ada nama Chika sama Adhan!" pekik Jessie yang menyadarkan lamunan Fanny.

Fanny langsung memfokuskan pandangannya ke buku. Di dalam salah satu halaman di buku itu, ada terdapat halaman yang berjudul, List of Death in Riddle House.

Di bawah judul itu, terdapat nama-nama-yang tampaknya daftar orang mati-, beserta identitas dan fotonya.

Yang paling atas dan paling mencolok, adalah orang yang bernama 'Freusium'. Dari identitasnya, diketahui bahwa dia adalah pembuat rumah ini, fotonya dipajang cukup besar. Menunjukkan seorang pria bergaris turunan Amerika yang bisa dibilang masih muda. Rambutnya cokelat terang pendek mencapai bawah telinga, raut wajahnya tampak tenang sekali.

Fanny mensorot matanya menuju deretan bawah, meloncati nama-nama orang yang ia tak kenali, dan berakhir pada dua nama milik orang yang ia-dan teman-temannya-sayangi.

"Ada nama Chika sama Adhan." lirih Jessie sambil menunjuk ke tempat dimana nama Chika dan Adhan tertera.

Fanny mengangguk pelan, serta tersenyum tipis. Foto Chika dan Adhan terpampang berurutan. Rasanya gadis ini ingin menangis melihat foto keduanya.

"Eh tunggu," Vania mendekatkan wajahnya ke buku, "Freus? Bukannya itu yang bikin artikel ajakan itu ya?" lanjut Vania menunjuk nama di atas Chika.

Para remaja ini melihat nama yang ditunjuk Vania. Mereka berpandangan akan keterkejutan mereka melihat identitas dan foto orang bernama Freus ini.

"Dia pengutuk rumah ini." celetuk Revan dengan nada lirih.

Nesya mengangguk. "Dan dia kayanya kembarannya si Freusium. Mirip banget 'kan?"

Para remaja ini menyetujui ucapan Nesya dalam hati. Freus memang mirip sekali dengan Freusium. Hanya saja, warna rambutnya hitam pekat, dan kulitnya sudah keriput.

"Daf, langsung baca aja deh. Gue tambah pusing, baca death note. Kebanyakan teka-teki." ucap Eza yang diangguki Fanny, yang segera menutup death note.

Daffa mengangguk dan menatap buku All About Riddle House di tangannya. Dengan hati-hati, pria ini membukanya. Seketika ia merasakan energinya terserap. Namun Daffa dengan cepat menggelengkan kepalanya, berprasangka bahwa ini hanya perasaannya saja.

"Gue baca ya," ucap Daffa sambil mencari halaman buku All About Riddle House.

"Riddle House adalah rumah teka-teki yang dibuat oleh ilmuwan bernama Freusium. Dia menciptakan teka-teki di setiap pintu untuk melatih kemampuan otak, serta menyembunyikan hartanya. Freusium memiliki saudara kembar yang bernama Freus. Freus sangat iri dengan Freusium dan ingin mengambil harta Freus, namun selalu gagal. Karena kedengkiannya, Freus mengutuk Riddle House dengan bantuan para hantu. Yang risikonya, hantu itu menetap di Riddle House, dan memerlukan tumbal. Freusium pun ikut terkena kutukan, ya, dia mati.
Tak lama, Freus membuat seolah-olah Riddle House adalah tempat wisata. Dia mengajak orang-orang lewat internet untuk datang ke Riddle House, bermaksud mencari tumbal.
Hal itu diketahui pemerintah, dan Riddle House ditutup. Hal ini menyebabkan perselisihan antara Freus dan para hantu. Namun tetap, Freus menang dan memimpin, namun meninggal saat persiteruan.
Ada satu cara untuk keluar dari Riddle House, yaitu melewati ujian pintu misteri. Pintu tempat dimana terdapat harta yang Freusium sembunyikan.
-unknown." Daffa mengakhiri bacaannya dan segera menutup bukunya. Pria ini memijat pelipisnya sambil menatap teman-temannya bergantian. "Gimana?"

"Gue rasa Freusium belum mati." celetuk Revan sambil mengelus dagunya. Pria ini menatap teman-temannya serta membetulkan letak kacamatanya. "Kalian pikir, siapa yang menulis buku ini? Freus? Ga mungkin. Mocchi? Dia hantu." ucap Revan memberikan alasan atas opininya.

"Gue setuju." ucap Jessie menyahut. "Freusium pasti bersembunyi di rumah ini. Bisa aja, dia mengawasi kita 'kan? Siapa tau dia jadi arwah gentayangan gitu?"

"Sama aja kaya hantu kalau gitu Jess. Berarti dia udah mati." sangkal Nesya sambil memutar bola matanya.

"Ya tapi intinya, Freusium belum mati. Bisa jadi, dia dikurung gitu 'kan?"

Para remaja ini terus bersiteru akan opini mereka, kecuali Fanny dan Daffa. Daffa terus-terusan memijat pelipisnya serta mengatur deru nafasnya. Ia merasa pusing sekali, dan sesak nafas.

Sedangkan Fanny, gadis ini terus-terusan mengucek matanya. Sedari tadi matanya menangkap hal yang tidak-tidak. Misalnya, mata merah, darah, bola mata, daging manusia, tengkorak dan sebagainya. Gadis ini juga merasakan kemarahan yang bergejolak di dalam tubuhnya, rasanya tubuhnya panas sekali.

"Menurut lo gimana, Daff, Fan, Mocch?" tanya Nesya menatap Daffa, Fanny dan langit-langit atap. Gadis ini mengerutkan keningnya melihat tingkah Daffa dan Fanny.

"Mocchi ga ada Nesy."

"Gue tau, tapi Daffa sama Fanny kenapa?"

Para remaja ini menatap Daffa dan Fanny dengan raut wajah khawatir. Eza dan Revan buru-buru menghampiri Daffa, sedangkan Nesya, Jessie dan Vania menghampiri Fanny.

"Daf, lo kenapa? Pusing? Mana yang sakit?" tanya Eza mengguncang bahu Daffa.

Daffa menoleh ke Eza dengan keadaan mata setengah tertutup. "Sakit." lirih Daffa dan tubuh pria itu langsung terkulai lemas, untunglah Revan segera menangkapnya.

"Weh Daf! Sadar! Jangan mainan kali! Waktu kita cuma tiga hari!" seru Revan menepuk-nepuki pipi Daffa, setelah membaringkan tubuhnya.

Daffa tetap tidak sadarkan diri. Eza dan Revan melengos pasrah dan menoleh ke arah Fanny yang terus-terusan berucap aneh-aneh dan bertingkah ketakutan.

"Ini gimana coba Ja?"

"Entah deh Rev--

"Rawr!" pekikan itu mengejutkan keduanya. Eza dan Revan menoleh ke arah Daffa yang kini mulai kejang-kejang, tangannya bergerak sembarang arah, dan mulutnya mulai berbusa.

"Daffa! Sadar woy!" seru Eza mengguncang tubuh Daffa.

Tak lama, kejangan Daffa berhenti. Baru saja keduanya ingin bernafas lega. Pekikan Nesya, Jessie serta Vania membuat mereka menoleh dan terkejut lagi.

"Fanny!"

Tbc!

Maaf ngga dilanjut2, gue udah kelas 9 dan minggu depan udah uas. Ga janji ngelanjut cepet. Tapi kalau vote sama komennya banyak, mungkin secepatnya wkk.

Arigato gozaimas!

28.11.15





Continue Reading

You'll Also Like

KENZOLIA By Alpanjii

Mystery / Thriller

11.7K 843 7
"Hidup lo, tubuh lo, cinta lo, itu semua milik gue." Ketika gadis bernama lengkap Lilia Armolla Zeidan itu sakit hati diputuskan oleh pacarnya...
3.8M 230K 52
"Satu langkah kakimu keluar dari rumah, aku tidak akan segan-segan memotong kakimu!" Memiliki suami mafia berjiwa psikopat itulah yang dialami wanita...
6M 474K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

6.9M 521K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...