Affair of Me

By pandekata

518K 23.3K 2K

Ini untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya. More

Prolog
BAB 1: Teman Baik
Bab 2: A New Game
Bab 3: Big Fish
Bab 4: The Tapes
Bab 5: Makan Malam
Bab 6: Bersua Dua Kali
Bab 7: Memilih Sepakat
Bab 8: Meraba Aral
Bab 9: Paket Berbilah Dua
Bab 10: Hampir Seperti Dulu
Bab 11: Klub Tarung
bukan update
Bab 12: Omong Kosong Pinggir Kolam Dingin
Bab 13: Mari Berkenalan
Bab 14: Si Pasangan Baru
Bab 15: The Mommies
Bab 16: Dulu Sekarang
Bab 17: Hari Itu
Bab 18: Folder Hitam
Bab 20: A Void
Bab 21: Salah Langkah
Bab 22: I Just Want To Be A Good Girl
Bab 23: Selangkah Lebih Maju
Bab 24: Janji
Bab 25: Penjemputan
Bab 26: Memori Lamur
Bab 27: Membidik Fokus
Bab 28: Terjebak
Bab 29: Clear!
Bab 30: Cursor
Bab 32: Riding
Bab 31: Not A Bond Lady
Bab 33: Aghastya Rani
Bab 34: Lost
Epilog

Bab 19: Karatnya Van Cleef and Arpels

6.1K 512 51
By pandekata



Kalau saja Adhalia tidak penasaran, ia tidak akan di sini. Duduk memandangi Myanna yang sibuk dengan segala hal. Dia sedang kesal sejujurnya, karena Daud tidak bisa dihubungi sama sekali. Padahal Adhalia sudah mewanti-wanti agar Daud mengunjunginya kemarin. Menurut Adhalia, pasti akan menyenangkan mencuri waktu berduaan di pantai sepi bersama Daud. Di telepon, Daud terdengar stress. Adhalia bermaksud mengajaknya melepas penat. Tapi sayangnya Daud tidak muncul, bahkan tidak bisa dihubungi sama sekali.

Memang Daud sudah memberinya pengertian untuk bersiap tidak rewel saat mendapati keadaaan ini. Daud sudah bilang ada saat-saat dirinya teramat sangat sibuk dan tidak bisa diganggu gugat.

Masalahnya Adhalia sedang tidak enak hati. Ada rumor yang sayup-sayup sampai ke telinganya, bahwa sebenarnya Daud sudah memiliki tunangan. Katanya tunangan Daud adalah sahabatnya. Katanya perempuan itu bernama Myanna.

Yang langsung membuat Adhalia terbang ke Bandung.

Sepanjang jalan kepalanya sudah dipenuhi teori-teori konspirasi yang dirasa masuk akal. Adhalia sesekali mengutuki dirinya sendiri, terkejut karena termakan perasaan. Bukannya dengan jelas Daud mengatakan bahwa ketertarikannya terhadap Adhalia bukanlah cinta tapi gairah yang berujung rasa nyaman? Memang, Daud berkata tidak keberatan dengan perkembangan hubungan mereka yang mungkin saja bisa menjadi lebih nyata dan realistis. Adhalia yakin pasti Daud adalah seorang yang teguh pada janjinya dan ia selalu suka lelaki yang seperti itu. Masa depan tampak tidak berkabut tiap kali yakin bahwa mereka memang dua orang dewasa yang benar-benar berusaha dewasa.

Mengusahakan hubungan yang mengedepankan logika, Adhalia pikir ia sedang dalam relationship terbaiknya.

Tapi rumor itu membuat Adhalia berang. Ia tidak suka dengan kemungkinan Daud menjadikannya pelarian. Harga dirinya yang tinggi bisa remuk redam jika sampai Daud begitu.Lihatlah, pikiran buruk membuat Adhalia yang biasanya pintar mengendalikan diri jadi emosional. Bahkan dia sempat berpikir Daud sedang berduaan Myanna tadi. Padahal, nyatanya, Myanna sedang sangat sibuk dengan urusannya.

Myanna selesai memberi arahan pada pekerjanya tentang cat-cat yang harus dibeli. Adhalia mencibir sewaktu mendengar begitu spesifik Myanna mengarahkan. Jumlah kaleng, merk sampai nama warna yang dia minta memakai nama tonal Pantone Colors. Seakan belum cukup, Myanna menuliskan angka presisi takaran jumlah masing-masing warna dalam mode CMYK.

Desainer, selalu gila. Begitu batin Adhalia tepat saat Myanna berbalik dan menghampirinya. Adhalia mengakui diam-diam selera berbusana Myanna luar biasa, ekspresif sekaligus high-end. Komplikasi yang jarang bisa menjadi fashionable kecuali memang si persona itu sendiri punya kemampuan menakar selera. Sial, Chloé dan Shourouk dipakai sekaligus sweater ready-to-wear Kenzo dengan Zanotti di kaki sementara ia berkeliaran dengan sampel cat? Adhalia kembali membatin, Myanna ini utuh-utuh gila menyenangkan. Fashionable itu bukan cuma tentang label mahal yang melekat. Attitude, itu intinya. Bersenang-senang dengan penampilan untuk tampil menarik sesuai selera dan situasi kondisi. Kau baru bisa dibilang begitu kalau tidak mati keberatan label. Myanna ternyata beyond the edge. Jaket DSquared yang tergeletak di meja itu memang cocok untuknya. Juga Hermes itu. Bukan Birkin, itu terlalu formal dan biasa. Adhalia tertegun, ini seri kulit buaya dengan punk-style yang ornamennya adalah banyak studs itu. Sialan, dia masuk daftar the house rupanya. Bahkan gadis ini membunuh mati eksistensi cincin Folie des Prés Van Cleef and Arpels saat memasukkan tangannya dalam larutan cat, entah apa maksudnya! Gila! Itu Van Cleef, demi Tuhan!

"Maaf, lama."katanya meraih kain kering di atas meja.

Adhalia tersenyum, mengedarkan pandang menelisik penjuru ruang karena tetiba niatnya melemah untuk bertanya langsung perihal hubungan Daud dengan gadis yang duduk di depannya kini.

"Ada apa ya?"

Adhalia menggeleng, "Iseng."

Alis Myanna menyatu sejenak lalu senyumnya terukir,

"Mau habiskan quality time sama aku gitu? Enggak mungkin."

Adhalia menatapnya. Menyebalkan. Seringkali ia tidak berkutik, saat menghadapi orang-orang manajemen Magnifique Trois. Bukan karena kedudukan tinggi mereka, tapi karena kemampuan mereka membaca dirinya. Percaya deh, ada jenis orang macam itu di dunia ini. Mahir menilai sejatinya manusia hanya dalam sekali temu. Entah karena kebanyakan belajar psikologi, entah itu berkah mereka, Adhalia tidak ambil pusing. Masalahnya orang-orang macam ini sering membuatnya merasa tak berarti lewat senyum dan sikap ramahnya.

Dan Myanna rupanya jenis orang macam ini.

Adhalia merengut, mati gaya di depan Myanna.

"Memang Daud kenapa?"

Adhalia menahan diri untuk seketika menumpahkan kegelisahannya. Dia kemari bukan untuk mengisahkan kerinduannya. Dia memang mau berkonfrontasi dengan Myanna! Mengumpat dalam hati Adhalia menobatkan dirinya sendiri sebagai tokoh jahat. Dia sebal, tapi urusan lelaki itu hal krusial. Serius, sungguh. Apalagi kalau lelaki ini memang sah mau jadi milikmu.

Myanna menahan senyum gelinya. Adhalia memicing kesal,

"Ada yang bilang, kamu tunangan Daud."

Adhalia mengutuk sendiri dirinya. Bisa-bisanya dia tanpa basa basi bicara begitu, mempermalukan diri sendiri. Sekarang Adhalia menghela nafas, terlanjur basah, mulai sekarang Adhalia putuskan akan berseteru dengan Myanna saja. Mengukuhkannya sebagai antagonis di kehidupan Myanna.

"Kamu percaya?"

Adhalia menatap tajam,

"Dari sisi mana aku bisa salah kalau nanyain langsung ke kamu lepas dari aku percaya atau tidak?"

Myanna tertawa ringan dan mengangguk. Dia beranjak menuju pintu,

"Well, kamu jujur. Aku suka."

Adhalia menelisik, biasanya dia mendapati lawan bicaranya seketika meradang jika dia sudah bersikap bitchy begini. Tersinggung atau mungkin kesal merasa tersisihkan. Tak lama dengusan nafas Adhalia menyertai sikap defensifnya yang kentara, bersandar kasar dan menyilangkan kaki dengan tangan terlipat di depan dada. Dia tahu Myanna berbeda, malahan dia yang uring-uringan tak jelas kini. Myanna sungguh masalah yang potensial.

"Kamu mau fake Bellini?"

Adhalia menoleh, lihat saja. Seperti tidak ada masalah saja. Ia memandang Myanna sejenak kemudian membuang muka.

"Boleh."

Tawa Myanna terdengar sebelum bicara pada orang kepercayaannya lalu kembali, duduk di hadapan Adhalia. Cukup lama sebelum akhirnya Myanna menghela nafas.

"Siapa yang bilang?"

Adhalia menatap Myanna,
"Orang."

"Okay."

Pintu diketuk meski tak tertutup, seorang perempuan masuk dengan nampan. Wangi buah peach segar tercium mendekat. Adhalia kembali merutuk, Myanna sungguh punya gaya. Sentuhan elegan di bengkel kerja yang berantakan tapi stylist.

"Teh Mia, tadi ada telepon. Bang Rumi."

Myanna menoleh, "Oh ya? Baru aja atawa udah dari tadi?"

"Baru aja."

"Makasih, Neng. Tolong ya, anak-anak diurus sebentar."

Orang kepercayaan Myanna itu mengangguk kemudian surut keluar dengan tidak lupa menutup pintu sesuai pesan. Membuat kembali Adhalia dan Myanna berdua.

"Eh tapi, enggak masalah sama diet kamu?"

Adhalia melirik, mendapati Myanna meraih gelas tinggi yang indah.

"Enggak, lagian cuma soda kan? Fake Bellini? Hm, you kid me!"

"Cicip aja dulu."

Adhalia meraih gelasnya, menyesap sedikit lalu membeliak.

"Apa aku bilang juga. Meski ga sehebat rasa di Cipriani atau Club 80, si Neng Dedeh bisa bikin peach mocktail serasa Bellini."

Adhalia mengangguk, terdistraksi oleh rasa minumannya. Penjelasan Myanna memberikan pengertian yang melebar, bahwa Myanna pernah hadir di rumah minum termahal di dunia.

Myanna mengerjap, menilai Adhalia sudah lebih rileks. Kekasih Daud itu sudah bicara dengan nada yang antusias, tidak berlagak sok otoriter seperti tadi. Adhalia menoleh dan memicingkan mata. Myanna mengulum senyum.

"Apa?"

Myanna menahan diri tidak tertawa,

"Kamu cemburu ke aku."katanya.

Adhalia menelengkan kepala, "Kita perlu meluruskan sesuatu."

"Yaitu?"

Adhalia melempar senyum sempurna yang oh-so-adorable. Myanna masih tetap mengulum senyum memandangnya.

"Kayaknya kamu harus tahu bentuk hubungan aku sama Daud."

Myanna mengangguk padahal dalam hati dia mulai tak sabar dengan kekonyolan Adhalia ini. Sudah tak terhitung ia kedatangan perempuan yang berniat memaki karena cemburu dengan kedekatannya dengan Daud.Tapi memang, Myanna akui, Adhalia berbeda. Paling serius sekaligus logis. Myanna mengaku kagum.

"Aku dan Daud jelas bukan jatuh cinta karena, apa itu, saling tatap yang bikin katanya perut penuh kupu-kupu. Jujur, aku benci penggambaran cinta sejati macam itu."

Myanna mengangguk, "Aku paham. Daud bilang gitu juga, serius dengan kamu."

Adhalia menatap sebal Myanna,
"Nah, jelas memang kamu dekat dengan dia. Jadi gosip itu makin ganggu aku, Myanna."

Myanna tertawa pelan, "Karena masuk akal, gitu?"

"Ya. Daud bilang kami akan santai aja dengan kedekatan kami. Biarin berjalan alami. Kalau ternyata kami memang cinta, ya itu lebih baik. Tapi, aku jelas enggak mau kalau ternyata memulai hubungan serius dengan laki-laki yang punya perempuan lain. Atau dijadikan pelarian."tutur Adhalia, menajam di akhir kata.

Myanna menggeleng, "Aku bukan perempuan lain yang kamu takutkan."

"Oh tidak. Kamu adalah perempuan yang selalu akan aku takutkan ada di antara kami."

Myanna tertawa renyah, "Kamu manis sekali ternyata. Aku paham ketakutan kamu. Asal kamu tahu aja, orang- orang sekitar kami banyak yang yakin kalau kami akan menikah."

Adhalia mematung. Myanna tersenyum. Adhalia mulai tak merasa pembicaraan fokus dalam kendalinya. Myanna mencoba membuat Adhalia sepenuhnya paham bahwa ia sungguh-sungguh mengerti maksudnya.

"Kita tidak bicara bisa saja dan andai-andai bukan?"

Adhalia menggeleng.

"Jadi jelas kau hanya ingin tahu kebenaran saja kan? Baik. Ini mudah, aku bukan tunangan Daud sama sekali."

Adhalia mengangguk, paham tapi belum lega karena ada yang mengganjal hatinya. Ketakutan jika ternyata ada perasaan-perasaan tersembunyi yang ditenggelamkan baik oleh Myanna maupun Daud.

"Kamu masih punya pikiran yang mau ditanyain?"

Adhalia menghela nafas, "Aku sama Daud enggak bermain perasaan. Tapi, keseriusan kami mungkin berakhir ke pernikahan."

"Aku tahu itu, dan aku ga sabar. Daud terlalu senang bermain-main, jd syukurlah kalau dengan kamu dia serius."

Adhalia tersenyum kaku, lalu;
"Aku tak mau terkacaukan perasaan. Kamu dan dia."

Myanna mengangkat alis, terkejut dengan apa yang dikatakan Adhalia.

"Sebuah komitmen adalah sebuah komitmen. Butuh kerja keras dan tentu aja melelahkan. Kalau kamu dan dia lebih dari sahabat, itu jelas akan menganggu aku dan keseriusanku sama Daud."

Myanna tersenyum penuh simpati. Pantas saja Daud memilih Adhalia, sangat wajar. Ternyata perempuan di depannya ini realistis dan logis. Sangat logis.

"Aku paham, Adhalia. Aku juga pasti akan berpikir sama sepertimu. Tapi aku bukan orang yang membiarkan perasaan muncul ke permukaan. Daud apalagi, kau pasti tahu. Aku lebih menghargai sebuah komitmen ketimbang perasaan siapapun."

Adhalia masih memainkan gelas di tangan, mencermati Myanna sambil mencerna baik-baik apa yang barusan Myanna tuturkan. Pemahamannya berbisik betapa bersayapnya pernyataan Myanna. Ia tajam menatap Myanna. Perempuan di depannya itu tersenyum,

"Kalau belum jelas, begini saja, perasaanku adalah urusanku. Yang jelas keputusanku tidak pernah sembarangan."

Adhalia masih tetap memandang Myanna, mencoba menangkap tiap gerak minor dari Myanna.Berharap bisa menyimpulkan kejujuran. Myanna meneruskan,

"Sekarang, siapa yang Daud pilih untuk menjajaki hubungan yang bermuara pada komitmen serius?"

Adhalia bergerak gelisah memandang Myanna yang sekarang tersenyum lembut.

"Kamu sangat bisa memegang omongan Daud. Dia sudah memilihmu, itu artinya kamu berharga."

Adhalia meneguk minumnya. Menyebalkan saat ingin marah-marah tanpa alasan malahan mendapat pencerahan yang tenang dan masuk akal. Egonya terbunuh perlahan.

"Tapi enggak lucu juga kalau ternyata perasaan Daud --"

Myanna memotong cepat, "Siapa yang diajak Daud berkomitmen?"

Adhalia mematung.

"Perasaan itu biasanya cuma sejenak, Adhal. Tapi komitmen dan memperjuangkannya itu sesuatu."

Tawa kering Adhalia terdengar, entah kenapa.

"Memang, harus diakui, kalau sudah punya perasaan terlebih dahulu, cinta akan mempermudah komitmenmu."

Mata Adhalia tertuju pada jemari Myanna. Dari semua cincin yang nyaris memenuhi jemarinya, dia memainkan cincin Van Cleef di jari tengahnya yang sebelah kanan.

"Ini bukan dari kekasihku."kata Myanna yang tahu arah pandang Adhalia.

"Betulan? Tapi itu kan Van Cleef and Arpels!"desis Adhalia yang meraih tangan Myanna.

"3.2 karat, belum 4 karat kan?"seloroh Myanna.

Adhalia ternganga, "Jadi kamu mengharapkan 4 karat untuk engagement, dan yang lebih dari itu buat wedding-ring kamu?"

Myanna tergelak sambil memasang tampang culas sementara Adhalia berkelakar. Tak seberapa lama mereka berbicara seru. Mengomentari tren terbaru Eropa dan membandingkannya dengan Jakarta. Saling bertukar informasi mengenai diri mereka masing-masing layaknya kenalan baru. Meski, tentu saja, Adhalia terus saja merutuk dalam hati. Kesal karena dirinya mudah terdistraksi gara-gara kilau rentetan berlian aneka ukuran di jari Myanna yang berharga nyaris €50,000.

Lelaki mana yang begitu bodoh memberikan cincin semahal itu bukan untuk pertunangan?

*****

song Best Friend was singing by Foster The People.

a.n._______________________________

berhubung, ternyata, banyak typos di bab yang lalu, aku berniat merapikannya. jadi maaf kalau tetiba terganggu notifikasi.





Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 326K 63
Azzura Thalassa Adicandra atau dipanggil Zura, gadis berusia 16 tahun yang bergabung dalam agen rahasia dalam mengusut kasus kejahatan bernama THUNDE...
1.4M 32.8K 4
Reyn tidak pernah menyangka jika kakak tirinya yang dingin ternyata adalah laki-laki yang pernah mengajaknya menikah ketika ia duduk di bangku SMP. S...
603K 53.2K 41
𝓑𝓾𝓷𝓰𝓪 𝓪𝓫𝓪𝓭𝓲𝓴𝓾,𝒟𝒶𝒾𝓈𝓎𑁍 ©SeungyeonKeceh2021 🚫Untuk usia 15+ (Terdapat adegan kekerasan, Kiss scene, bahasa kasar, skinsip, posesif, o...
1.8M 49.3K 62
((21+)) (COMPLETED) Cantik, menarik dan pintar tak membuat Sola terlihat baik-baik saja. Namun dibalik itu, Ia gadis yang menyenangkan, berpendidika...