Stupid Wedding

By Chantiqe

938K 49.6K 1.4K

Ketika orangtuanya mengancam untuk mencoret namanya dan nama Adiknya dari daftar warisan, Dimitri terpaksa me... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16

Part 7

56.6K 2.9K 60
By Chantiqe

Syna tidak mengerti untuk apa Dimitri mengusik karirnya, bukankah pria itu berjanji akan meningkatkan karirnya. Jika seperti ini Dimitri sama saja membunuh karirnya pelan-pelan. Dan setelah bercerai dengan Dimitri, ia akan kembali menjadi miskin. Syna putus asa akan hidupnya. Dan kini ia harus menghadapi Dimitri. Ia tahu emosinya kini siap meledak dan menghancurkan apartemen. Tapi ia juga lelah. Bukan karena pekerjaannya yang kini tidak seberapa, lebih kepada emosinya.

Syna memasuki apartemen dan menemukan suaminya duduk tenang di mini bar. Syna memilih untuk tidak memperdulikannnya dan bergegas menuju kamarnya.

"Syna," panggil suaminya. Syna menghela nafas sepertinya ia memang tidak bisa menghindari Dimitri. Syna berbalik dan menatap Dimitri.

Dimitri bersiap-siap untuk menerima kemarahan Syna, tapi wanita itu hanya memberikan tatapan sinis.

"Kau tidak mau mengatakan sesuatu?" Dimitri salah tingkah, Syna bersumpah kalau ia memang benar. Hanya saja susah untuk mempercayainya.

"Aku sedang tidak ingin bertengkar, aku lelah," sahutnya.

"Baiklah, aku tahu." Dimitri mengangguk. "Hanya saja kau harus percaya, aku pasti akan meningkatkan karirmu." Syna baru akan melangkah kata-kata itu menghentikannya. Meningkatkan? Rasa panas itu menjalar dari telinga menuju kepalanya.

"kau bisa menjadi produser Syna tidak hanya pembawa acara," lanjut Dimitri. Ia lebih baik menerima makian Syna daripada kebisuan istrinya. Tapi dengan menjadi produser, justru Syna akan semakin sibuk. Dimitri berharap ia mempunyai jalan keluar nanti.

"Semua yang kau lakukan menunjukkan sebaliknya!" Syna mencoba menahan emosi tapi gagal. "Kau membunuh karirku. Kau memangkas setengah penghasilanku!"

"Apakah yang ada di dalam pikiranmu hanya uang?!"

"Aku bukan sosialita yang terlahir dari keluarga kaya raya sepertimu. aku mengandalkan pekerjaan untuk hidupku." Semuanya tidak semata-mata hanya uang, ini hanya harga dirinya. harga dirinya yang konyol yang tidak akan mau merendahkan diri lagi di Dimitri.

"Aku sudah mengirimkan sejumlah uang ke dalam rekeningmu, dan anggap itu sebagai kompensasi atas pekerjaanmu."

"Sampai kapan kau akan menopang hidupku? Aku yakin usia pernikahan kita tidak akan sampai 2 tahun. Dan setelah itu apa?"

"Aku tahu, saat ini aku hanya berharap kau fokus pada tujuan kita menikah. setelah itu aku akan menaikkan karirmu. Aku berjanji."

"Kita sudah berhubungan sesuai dengan petunjuk dokter, yang perlu kita lakukan hanya menunggu. Dan selama waktu menunggu itu, jangan ikut campur urusanku," geram Syna.

"Kau harus mematuhiku Syna! itu tertuang dalam perjanjian kita. Aku berhak ikut campur dalam urusanmu!" bentak Dimitri. Ia harus tahu apa yang dikerjakan dan dilakukan Syna. Apapun tentang istrinya ia harus tahu.

"Baiklah aku tahu," mata Syna berkaca-kaca. "Selama aku terikat perjanjian denganmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kau mengendalikan hidupku. Tapi aku akan menagih janjimu setelah kita sudah bercerai," sahutnya kemudian bergegas pergi menuju kamarnya sebelum pertahannya runtuh.

Kata cerai seakan menusuk otak Dimitri. Dimitri tidak yakin bisa menjalankan rencananya dengan mulus. Syna terlalu indah untuk diabaikan dan terlalu berharga untuk dilepas. Dimitri merasa kepalanya pecah. Apalagi melihat mata Syna yang berkaca-kaca. Ia sadar, ia sudah memperlakukan Syna dengan buruk. Menyamakan istrinya dengan boneka yang bisa ia mainkan sesukanya, dan itu disebabkan hanya oleh harta. Sejak awal Syna tidak menginginkan pertengkaran, dan disinilah ia menyiram kesabaran Syna dengan emosi.

Dimitri menemukan Syna tidur membelakanginya. Istrinya meringkuk bagai bayi malang tak berdosa. Tidak ada isak tangis. Hanya keheningan yang mencekam hati Dimitri. Dimitri ikut merebahkan diri di sebelah Syna. Tangannya membelai rambut halus Syna. Kemudian mendekatkan dirinya dan menenggelamkan wajahnya pada harum rambut Syna, sementara tangannya memeluk tubuh Syna dari belakang.

"Tolong biarkan aku pergi, aku tidak bisa melanjutkannya lagi. aku akan mengabarimu jika aku hamil." Seperti yang sudah bisa Dimitri tebak, Syna menangis dalam diam. Suaranya serak dan itu lebih menyakitkan. Dimitri semakin mengeratkan pelukannya. Walaupun Syna benar, mereka hanya tinggal menunggu sampai bulan depan, Dimitri tidak menyukainya. Syna istrinya dan tempat seorang istri adalah di sebelah suaminya.

"Kau pikir aku bisa membiarkannya? Selama kau menjadi istriku kau akan tinggal bersamaku."

"Aku hanya istri kontrak untukmu, dan tugasku hanyalah memberikanmu anak, biarkan aku tinggal di apartemenku sendiri. Aku akan memohon bila perlu berlutut padamu," Syna membalikkan tubuhnya dan Dimitri bisa melihat bagaimana airmata menggores kecantikannya. Betapa ia memang pria brengsek.

"Oh Syna," Dimitri selalu melihat Syna adalah perempuan kuat dan percaya diri. Tapi saat ini, Syna terlihat serapuh bayi kucing. "Aku minta maaf sudah berlaku kasar padamu. Tapi Syna aku tidak bisa membiarkanmu pergi." Dimitri mencium mata Syna yang basah.

"Tapi kenapa? Kita sudah berhubungan dan aku tidak ada gunanya lagi untukmu."

Tidak ada gunanya, Syna mengatakan seolah-olah dirinya hanya barang yang akan dihempaskan jika sudah dipakai. Tapi Dimitri tidak bisa menyalahkan Syna atas pemikirannya. Bukankah ia memperlakukan Syna seperti itu? Andaikan Syna tahu, perempuan itu sudah menguasai setiap sel tubuh Dimitri, apa yang yang akan ia katakan.

"Kau istriku bukan barang yang akan dibuang jika sudah terpakai?"

"Bukankah memang seperti itu hubungan kita sejak awal!" Jika Syna pernah bertemu dengan orang yang paling membingungkan, Syna yakin dia tidak ada apanya dibandingkan Dimitri.

"Aku suamimu, apapun yang mendasari aku adalah suamimu Syna."

"Aku tahu tapi hubungan kita tidak pernah seperti suami istri."

"Syna," Dimitri menangkupkan wajah Syna, tubuhnya menindih Syna."Kita bisa mengubahnya, aku memang brengsek. Tapi kita bisa berteman baby." Dimitri kemudian mengcup bibirnya. Dan mengubah kecupan itu menjadi ciuman manis.

"Dim."

"Sshh... kita bisa mencoba berteman baby, jangan katakan hal-hal untuk pergi dariku," potong Dimitri.

"Aku benar-benar tidak mengerti akan dirimu."

"katakan kau mau mencoba."

Syna terdiam, kata berteman itu menggiurkan untuknya. mungkin berteman jalan yang terbaik saat ini daripada saling mengumbar emosi setiap hari.

Syna mengangguk,"aku rasa itu lebih baik."

"Syna," Dimitri mencium bibir istrinya."Aku senang mendengarnya," ungkapnya. Dimitri kembali melumat bibir Syna, menyapukan lidahnya pada bibir Syna. Pinggulnya menekan pinggul Syna. Kedekatan mereka dan ditambah rasa haus Dimitri akan Syna yang tidak pernah terpuaskan melesatkan gairah Dimitri.

Syna mendelik ketika ada sesuatu yang keras menusuk perutnya. Apalagi kemudian Dimitri menciumnya dengan panas. Tangan Dimitri meremas sebelah payudaranya sementara tangannya yang lain menelusup kebalik celananya.

"Dim, saat ini... saat ini bukan jadwal kita." Syna mendadak gugup. Tapi suara hampir mirip desahan. Dimitri selalu membuat otaknya tidak bisa berpikir. Dan ketika Dimitri meminta, Syna selalu susah mengatakan tidak.

"Aku suamimu dan aku berhak," suara Dimitri serak. Dimitri mengalihkan bibirnya pada pundak Syna. Nafas Dimitri menggelitik leher Syna. Tubuh Syna bergetar ketika tangan Dimitri menyentuh bagiannya yang panas dan lembab. Hanya Dimitri yang mampu membuat kacau seperti ini. Ketika Dimitri beralih untuk mencium bibirnya lagi akal sehat Syna menguap, ia mengalungkan lengannya di leher Dimitri, atau menariknya lebih tepat.

Dimitri memperdalam ciumannya. Bibir Syna begitu lezat dan Dimitri bisa bertahan hidup hanya dengan menciumnya. Awalnya sangat lembut tapi semakin lama semakin panas dan menuntut. Hanya terdengar suara mulut mereka yang saling beradu. Lidah bertemu dengan lidah. Dan ketika lidah Dimitri membelai puncak payudaranya, Syna memekik. Ia tidak bisa berpikir. Ia menginginkan suaminya memasukinya.

"aku tidak tahan Dim." Keluhnya. Syna frustasi, Dimitri terus saja menyiksanya.

"Belum saatnya sayang." Dimitri menatap wajah Syna yang memerah. Memerah karena malu dan gairahnya yang berapi-api. Dan Dimitri sedang berusaha menjadi suami pengertian. Ia membuka paha Syna, menemukan pusat sensitive Syna yang lembab dan panas. Dimitri membelai dengan lidahnya. Ia bisa merasakan Syna bergerak tidak menentu diatasnya. Tidak lama setelahnya Syna berteriak, penuh kepuasan. Dimitri menyukainya, ia senang dirinya mampu memuaskan Syna.

Lagi-lagi Dimitri memberikannya kepuasan yang tidak bisa ia gambarkan. Memberikan kelembutan di setiap sentuhannya. Tapi tetap saja Syna merasa kurang, ia juga perlu menyentuh Dimitri, ia ingin merasakan Dimitri dalam belaiannya. Syna mempunyai kesempatan ketika Dimitri bangkit dan menindihnya dengan satu sikunya sebagai tumpuan, sementara tangannya yang lain menyibak rambut yang menutupi wajah Syna.

"Kau selalu menggiurkan," bisik Dimitri kemudian mendaratkan kecupan lembut di bibirnya. Syna menarik kepala Dimitri untuk lebih mendekatkannya. Dan seperti biasa Syna tidak mampu melepaskan ciuman Dimitri. "aku ingin menyentuhmu," kata Syna di sela ciuman mereka.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan padaku." Sahut Dimitri parau. Kali ini Syna menelungkup diatas tubuh Dimitri.

Syna menelusuri jarinya menyntuh otot dada Dimitri yang seksi. Ia pun membelai kulit Dimitri dengan ciumannya. Memainkan putting Dimitri. Sementara tangannya mengelus pangkal Dimitri. Dimitri mengerang.

Dimitri terlentang pasrah dibawah Syna. Ciumannya Syna semakin lama semakin turun. Ketika mulut Syna melingkupinya. Dimitri menggeram frustasi. Berkali-kali ia memanggil nama Syna. Seolah-olah Syna sedang mengendalikan hidupnya. Bahkan Dimitri bisa merasakan Syna tersenyum ketika membelainya. Dimitri yakin sebentar lagi ia akan meledak. Tapi ia ingin meledak di dalam Syna.

"cukup." Dimitri berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari Syna. Ia mengubah posisi mereka dan langsung memasuki Syna dengan keras. Ia tidak bisa memperlambat gerakannya. Untungnya Syna mampu mengimbanginya Tubuh mereka pas, bergerak saling memahami satu sama lain. Syna memang tercipta untuk dirinya. Dimitri menggumamkan itu berkali-kali.

Tidak butuh waktu yang terlalu lama bagi mereka untuk mencapai klimaks. Ketika Dimitri menyemburkan rasa hangat di pangkal pahanya. Syna seakan-akan melayang ke langit dan terjatuh pada gumpalan awan putih yang selembut salju. Tubuhnya ringan tapi nafasnya memburu.

Diakhir percintan mereka, Dimitri memberikan kecupan di seluruh wajahnya. Dan tidak seperti biasanya. Dimitri menggendongnya dan menempatkan Syna pada bathup yang berisi air hangat, membersihkan tubuh Syna dengan lembut. Syna tidak berani untuk bertanya, ia membiarkan Dimitri memperlakukannya dengan lembut. karena ia yakin kejadian ini adalah kejadian langka. Bahkan Syna tidak bisa menolak ketika Dimitri tidur diranjangnya.

"sleep baby," bisik Dimitri sambil memeluknya, saat itu juga Syna tahu ia tidak bisa melepaskan diri dari Dimitri. Dimitri sudah mengambil kendali atas hidupnya dan hanya keajaiban Tuhan yang bisa membantunya untuk tidak menderita karena mencintai Dimitri.

***

Dimitri memasuki kantornya dengan senyum secerah mentari. Menanyakan Sarah, kapan anaknya akan lahir. Mengungkapkan rasa simpati pada Ryan ketika mengetahui ibunya tengah sakit. Bahkan mengucapkan selamat pagi pada setiap orang yang berpapasan dengannya. Semua pegawai Law firm Dimitri Nolan and Patners bingung dibuatnya. Atasan mereka bisa masuk dalam Guinness book of record atas tingkahnya yang 180 derajat berubah.

Dimitri tidak pernah merasa lebih bahagia daripada sekarang. Hubunganya dengan Syna sedikit membaik. Semalam mereka seakan-akan menjadi suami istri yang seutuhnya. Bangun dengan tubuh saling berpelukan. Apakah seperti ini rasanya mempunyai istri? Syna bersikap sangat manis. Bahkan membuatkannya sarapan sementara mereka membicarakan banyak hal. Syna tidak hanya cantik, tapi ia pintar dan berwawasan luas. Dimitri juga baru mengetahui Syna penerima beasiswa oxford untuk gelar magister di bidang seni liberal.

"Kau seperti model pasta gigi," sapaan sinis Eva justru mengundang senyuman lebih lebar dari Dimitri. "Hidup harus ceria Eva." Dimitri mendaratkan kecupan di pipi sekretarisnya."Apakah aku sudah mengatakan kau terlihat sangat cantik Eva?" Dimitri mengerling lalu berjalan menuju ruangannya. Sebelum membuka laptop dan file-filenya, Dimitri mengambil smartphonenya, ia seperti remaja labil yang tengah mabuk asmara. Mengirimkan pesan pada istrinya.

D : Kau sibuk?

S : Hanya menyiapkan bahan untuk acara live sejam lagi.

D : Baiklah aku tidak akan mengganggu, tapi nanti siang aku akan menjemputmu. Kita makan siang bersama.

S : tentu saja.

Hanya pesan itu sudah sanggup membuat Dimitri bahagia. Dimitri menyerah dengan harga dirinya, menyerah dengan topeng yang selama ini ia pasang untuk Syna. Dan kualitas hidupnya meningkat, ia mulai nyaman dengan pernikahannya. Dimitri tidak ingin segera berakhir.

"jangan perlihatkan wajah bodoh seperti itu." Tiba-tiba saja Eva sudah berdiri di depannya. Ia meletakkan beberapa amplop di meja Dimitri. "rekening koranmu." Ucapnya kemudian bergegas. Dimitri mengedikkan bahunya. Ia tidak memerlukan rekening Koran itu samasekali, bukankah sudah ada internet banking. Untuk apa menambah penderitaan bumi dengan sesuatu yang tidak perlu. Tapi tetap saja ia mengambilnya dan memilah-milah. Dan rekening yang ia buatkan untuk Syna ada diantaranya. Sebenarnya ia tidak peduli berapa yang akan Syna habiskan karena itu bukan masalah besar. Ia hanya ingin tahu apa saja yang dibeli oleh istrinya. Ketika membuka, Dimitri merasa ia bertindak curang. Tapi ia mengeyahkan pemikiran itu. Bukankan syna istrinya.

Dimitri yakin akan ada banyak mutasi. Tapi mulut Dimitri terbuka, ia terkejut mendapati saldo rekening istrinya tidak mengalami perubahan yang besar, hanya ada mutasi pendebetan biaya dan bunga bank. Ada apa dengan istrinya yang gemar berbelanja. Dan untuk kebutuhan sehari-hari uang apa yang dipakai oleh Syna. Jangan katakan selama ini ia memakan sarapan dari uang istrinya. Memikirkan itu Dimitri merasa muak pada dirinya. Ia terdiam cukup lama, sampai pintu ruangannya membuka. Ibunya datang.

"itu wajah paling jelek darimu." Ibunya mendekat lalu mengecup pipinya.

"hari ini sudah dua orang yang menghinaku."

"Apa yang menyebabkan kau dihina anakku tersayang." Julia Nolan mengambil kursi di depan meja Dimitri.

"tidak ada." Sahut Dimitri tapi pikirannya melayang pada Syna. "dan apa yang membuat Ibuku tersayang mengunjungiku."

"kau belum mengenalkan istrimu pada kami." Julia menyilangkan kakinya diatas paha. Julia adalah perempuan cantik dengan postur tubuh tinggi. Dulunya Julia adalah seorang Peragawati. Lahir dari keluarga kaya raya, kehidupan Julia sangat beruntung, ia tidak pernah merasakan hidup susah. Dari penampilannya Julia suka berpenampilan Glamor. Sangat berbeda dengan kedua anaknya. Mungkin karena Dimitri dan Scarla lebih sering diasuh oleh kakek dan neneknya.

"Sebenarnya aku tidak ingin mengenalkannya pada kalian. Aku yakin mom dan dad akan merendahkannya."

"Apakah kau menyewa seorang pelacur untuk kau jadikan istri?"

"Tidak, ia perempuan pintar. Kami sempat berkencan tapi berpisah. Dan sekarang ia bersedia menjadi istriku. Bukankah aku beruntung Mom."

"jika seperti itu, kau tidak punya alasan untuk menyembunyikannya. Kami akan menyelenggarakan pesta akhir pekan ini. Aku sengaja membuatnya untuk mengenalkan istrimu pada teman dan kolega keluarga Nolan."

"Secepat itu? Kau bahkan belum menanyakannya padaku." Dimitri tidak suka jika orangtuanya masih saja mengambil alih hidupnya. Sejak dulu Dimitri selalu memberontak. Ia ingin menunjukkan kalau ia mampu berdiri sendiri dengan begitu orangtuanya tidak akan ikut campur dalam urusannya. Karena itulah dia tidak ingin melanjutkan usaha kakeknya.

"Kau akan menjawab tidak seperti sekarang," sahut Ibunya acuh tak acuh. "dan jangan mempermalukan keluarga Nolan, dia harus tampil sebaik mungkin." Ibunya kemudian bangkit berkata "sampai nanti sayang." Sambil berjalan menuju pintu. Dimitri menggeram. Ia masih belum ingin membagi Syna dengan orangtuanya.

Dengan enggan, Dimitri menekan intercom, meminta Eva memesan sebuah gaun mewah untuk istrinya. Dan Berharap semuanya baik-baik saja.


Continue Reading

You'll Also Like

32.2M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
233K 3.6K 4
Beberapa kali #1 horor. #1 horror Februari 2022 Versi lengkap Bisa di baca di Dreame/Innovel. Jangan lupa tap Love untuk dukung Author. Sebelum baca...
13.8M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...