Part 4

49.1K 3K 53
                                    

Dimitri menghempaskan file-file yang tersusun rapi diatas mejanya. Ia memerlukan satu truk balok es untuk mendinginkan tubuh dan kepalanya yang panas. ia marah sangat marah pada Syna bagaimana mungkin ada seorang peremuan yang menolak Dimitri Nolan. Syna perempuan bodoh yang tidak mau menikmati kehidupan mewah, Syna perempuan munafik. Tapi mengapa disaat yang sama ia juga marah pada dirinya sendiri, marah karena ia sadar ia sudah menyakiti perasaan wanita itu. marah karena harus lepas kendali pada Syna. ketika ia merenungi kata-katanya kembali, Dimitri sangat amat teramat malu.

"kau sibuk kakakku tersayang." Gadis kecil itu muncul dari balik pintu, Dimitri tersenyum, ia merentangkan tangannya dan gadis itu punl loncat ke pangkuannya. "kau terlihat cantik." Dimitri mendaratkan sebuah kecupan di puncak kepalanya. "jangan katakan kau mempunyai seorang kekasih, aku belum siap sekarang."

"jangan memperlakukanku seperti anak kecil." Scarla mengerucutkan bibirnya. Jarak usia mereka memang jauh, Dimitri 35 tahun dan Scarla baru 22 tahun. "kau akan selalu menjadi gadis kecilku."

"Tapi tidak jika kau sudah mempunyai istri, aku yakin kau akan lebih memperhatikan istrimu dibanding adikmu." Scarla bangkit dari pangkuan Dimitri, ia kemudian duduk di sofa. Mengangkat kakinya ke meja."tapi itu bukan masalah untukku, memang seperti itulah yang seharusnya terjadi."

"turunkan kakimu Scarla, dan bertindaklah seperti Lady." Scarla tumbuh menjadi gadis tomboy. Dimitri sedikit khawatir Scarla menyukai sesama jenis. Untungnya Scarla masih mempunyai sifat manja seorang perempuan.

"Aku mendengar syarat dari Mom dan Dad. Kau tidak perlu pusing kakak." Scarla mengindahkan ucapan Dimitri. "aku tidak perlu warisan itu. aku bisa bekerja."

"tidak sesederhana itu."

"sederhana kakak, kau berpikir terlalu rumit. Jangan biarkan mom dan Dad menang."

"Aku tahu, tapi aku tidak ingin warisan itu jatuh ke tangan Dylan."

"Dylan tidak seburuk itu, dia masih muda. Wajar dia masih suka bersenang-senang." Dylan dan Scarla seusia. Dan seperti anak orang kaya yang manja pada umumya Dylan selalu saja berfoya-foya. Hal yang paling Dimitri benci. Pada usia itu, Dimitri justru sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi orang sukses, selain menempuh gelar magisternya, Dimitri bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya. "jangan membelanya."

"kau bisa menempuh jalur hukum untuk warisan itu."

"Aku tidak mau menjadi sorotan media. Itu membuat keluarga kita terlihat buruk. Aku bisa membayangkan kakek akan bangkit dari kuburnya dan mencekikku."

"itu tidak mungkin. kakek dikremasi, dia tidak mempunyai kuburan." Ungkap Scarla serius.

"ah apapun itu." sahut Dimitri kesal.

"ada tamu untuk anda sir." suara Eva di intercom menyela pembicaraan mereka. "aku sedang tidak ingin menemui siapapun eva."

"dia bersikeras sir, saya sudah katakan anda sibuk, tapi Nona Giovani memaksa ingin bertemu bahkan dia bersedia menunggu anda."

"katakan aku sibuk!" bentak Dimitri. Ia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Tapi tunggu dulu, tadi Eva mengatakan Gio..Gio..

"Tunggu Eva!"

"ya sir."

"siapa namanya?"

"Nona Syrina Giovani, sir." Seulas senyum tipis menghiasi wajah Dimitri.

"mengapa tidak kau katakan sejak tadi!"

"aku sudah katakan sejak tadi sir!" terdengar gagang telepon ditutup kasar oleh Eva, Dimitri terlonjak. Ia menggeleng, Eva memang karyawannya yang lain daripada yang lain.

Stupid WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang