Part 7

56.6K 2.9K 60
                                    

Syna tidak mengerti untuk apa Dimitri mengusik karirnya, bukankah pria itu berjanji akan meningkatkan karirnya. Jika seperti ini Dimitri sama saja membunuh karirnya pelan-pelan. Dan setelah bercerai dengan Dimitri, ia akan kembali menjadi miskin. Syna putus asa akan hidupnya. Dan kini ia harus menghadapi Dimitri. Ia tahu emosinya kini siap meledak dan menghancurkan apartemen. Tapi ia juga lelah. Bukan karena pekerjaannya yang kini tidak seberapa, lebih kepada emosinya.

Syna memasuki apartemen dan menemukan suaminya duduk tenang di mini bar. Syna memilih untuk tidak memperdulikannnya dan bergegas menuju kamarnya.

"Syna," panggil suaminya. Syna menghela nafas sepertinya ia memang tidak bisa menghindari Dimitri. Syna berbalik dan menatap Dimitri.

Dimitri bersiap-siap untuk menerima kemarahan Syna, tapi wanita itu hanya memberikan tatapan sinis.

"Kau tidak mau mengatakan sesuatu?" Dimitri salah tingkah, Syna bersumpah kalau ia memang benar. Hanya saja susah untuk mempercayainya.

"Aku sedang tidak ingin bertengkar, aku lelah," sahutnya.

"Baiklah, aku tahu." Dimitri mengangguk. "Hanya saja kau harus percaya, aku pasti akan meningkatkan karirmu." Syna baru akan melangkah kata-kata itu menghentikannya. Meningkatkan? Rasa panas itu menjalar dari telinga menuju kepalanya.

"kau bisa menjadi produser Syna tidak hanya pembawa acara," lanjut Dimitri. Ia lebih baik menerima makian Syna daripada kebisuan istrinya. Tapi dengan menjadi produser, justru Syna akan semakin sibuk. Dimitri berharap ia mempunyai jalan keluar nanti.

"Semua yang kau lakukan menunjukkan sebaliknya!" Syna mencoba menahan emosi tapi gagal. "Kau membunuh karirku. Kau memangkas setengah penghasilanku!"

"Apakah yang ada di dalam pikiranmu hanya uang?!"

"Aku bukan sosialita yang terlahir dari keluarga kaya raya sepertimu. aku mengandalkan pekerjaan untuk hidupku." Semuanya tidak semata-mata hanya uang, ini hanya harga dirinya. harga dirinya yang konyol yang tidak akan mau merendahkan diri lagi di Dimitri.

"Aku sudah mengirimkan sejumlah uang ke dalam rekeningmu, dan anggap itu sebagai kompensasi atas pekerjaanmu."

"Sampai kapan kau akan menopang hidupku? Aku yakin usia pernikahan kita tidak akan sampai 2 tahun. Dan setelah itu apa?"

"Aku tahu, saat ini aku hanya berharap kau fokus pada tujuan kita menikah. setelah itu aku akan menaikkan karirmu. Aku berjanji."

"Kita sudah berhubungan sesuai dengan petunjuk dokter, yang perlu kita lakukan hanya menunggu. Dan selama waktu menunggu itu, jangan ikut campur urusanku," geram Syna.

"Kau harus mematuhiku Syna! itu tertuang dalam perjanjian kita. Aku berhak ikut campur dalam urusanmu!" bentak Dimitri. Ia harus tahu apa yang dikerjakan dan dilakukan Syna. Apapun tentang istrinya ia harus tahu.

"Baiklah aku tahu," mata Syna berkaca-kaca. "Selama aku terikat perjanjian denganmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kau mengendalikan hidupku. Tapi aku akan menagih janjimu setelah kita sudah bercerai," sahutnya kemudian bergegas pergi menuju kamarnya sebelum pertahannya runtuh.

Kata cerai seakan menusuk otak Dimitri. Dimitri tidak yakin bisa menjalankan rencananya dengan mulus. Syna terlalu indah untuk diabaikan dan terlalu berharga untuk dilepas. Dimitri merasa kepalanya pecah. Apalagi melihat mata Syna yang berkaca-kaca. Ia sadar, ia sudah memperlakukan Syna dengan buruk. Menyamakan istrinya dengan boneka yang bisa ia mainkan sesukanya, dan itu disebabkan hanya oleh harta. Sejak awal Syna tidak menginginkan pertengkaran, dan disinilah ia menyiram kesabaran Syna dengan emosi.

Stupid WeddingWhere stories live. Discover now