Part 5

55.2K 2.9K 65
                                    

Semua berjalan dengan begitu cepat. Tiba-tiba saja ia sudah resmi menikah dengan Dimitri. Tanpa baju pengantin, tanpa resepsi mewah dan tanpa pemuka agama. sungguh miris, bahkan Syna hanya mengenakan kemeja dan celana khaki. Mereka menikah di kantor Dimitri, mengundang catatan sipil dengan adik Dimitri, Scarla menjadi saksi dari pihak pria dan Eva, sekretaris Dimitri yang menakutkan menjadi saksi dari pihaknya.

Yang terburuk dari semuanya, di malam pengantinya, Syna harus tidur seorang diri. Walaupun tepat sepeti yang ia harapkan tapi Syna tetap saja menangis. Menyesali tingkah bodohnya dengan berfoya-foya menggunakan uang orang lain dan kini yang ia rasakan lebih dari itu. Harusnya ia sadar kemewahan adalah hal yang paling tidak mungkin ia raih. Jika saja ia tidak menggunakan uang David Edgar, jika saja ia tidak pernah Dimitri, jika saja ia memutuskan untuk tinggal di perkebunan, jika saja.... Syna merasa kepalanya pecah, percuma menyesali semua yang terjadi.

Syna bangun dengan kepala sakit luar biasa. Ia menuju pantry dan menemukan suaminya.suaminya. Dimitri Sudah duduk dengan pakaian rapi. Ini adalah hari pertama setelah mereka menjadi suami istri. Dimitri duduk santai membaca Koran dan ditemani secangkir kopi yang masih mengepul. Ketika Syna mendekat. Dimitri tidak menoleh sedikitpun. Syna juga memilih tidak memperdulikannya. Semua sudah diputuskan, bahwa ini hanyalah pernikahan pura-pura. 

"Uang yang kau kembalikan padaku, sudah aku masukkan ke dalam rekeningmu, anggap saja itu sebagai bonus dariku." Ucapan selamat pagi yang menggetarkan hati dari Dimitri. Syna hanya mengangguk tidak peduli Dimitri melihatnya atau tidak. Ia mengambil gelas dan menuangkan segelas jus jeruk dari lemari es.

"nanti malam kita akan mengunjungi spesialis ginekologi, aku perlu mengetahui kapan masa suburmu untuk berhubungan."

"tentu saja, lebih cepat lebih bagus." Sahut Syna sinis dan kembali ke kamarnya. Ini baru hari pertama menjadi istri ia sudah merasa tertekan. Syna yakin ketika cerai nanti ia sudah menjadi penghuni rumah sakit jiwa.

Syna memilih mengurung diri didalam kamar. menunggu dimitri pergi ke kantor. Ketika ia merasa dunianya sudah aman. Syna keluar dan mulai mengamati apartemen yang menjadi sarangnya kini. Apartemen modern dengan dinding kaca. perabotan tertata kaku dan dingin. mini bar penuh dengan minuman berkelas dan mahal. Syna menelusuri jejaknya menuju kamar dimitri. Tidak ada yang spesial kamarnya benar-benar pria. Didominasi oleh warna hitam dan putih.

Syna merebahkan diri di ranjang besar dimitri. Syna menghirup dalam-dalam aroma Dimitri yang tertinggal pada bantal dan ranjang Dimitri. Mengusapnya seakan-akan dimitri tidur disebelahnya. Syna tidak mau lebih tersiksa lagi. lebih baik ia segera pergi kekantor. Walaupun acaranya tayang live jam sembilan malam, tapi ia bisa mempersiapkan diri untuk acara yang lain.

Tidak ada yang tahu ia sudah menikah, semuanya tampak wajar. Mungkin hanya dikantor inilah ia merasa hidupnya normal. Quinn sang produser dengan wajah ditekuk seperti biasa menghampirinya.

"jadi kau sudah menikah?" Syna mengangguk, cukup terkejut seperti ia harus menarik kesimpulannya.

"aku ucapkan selamat."quinn mengulurkan tangannya. Syna meraihnya dengan bingung. Dan itu saja, quinn meninggalkannya, tidak bertanya kapan, dengan siapa dan dimana.

D : siang ini, kita bertemu di ginekologi yang sudah kukatakan padamu.

S : kau bilang malam nanti, aku sedang bekerja saat ini.

D : kau masih punya waktu 2 jam sebelum acaramu dimulai. Dan malam nanti adalah acara utamamu. Harusnya tadi pagi kau katakan padaku dan tidak hanya diam seperti orang bisu.

S : jika aku mengatakan bisa, aku pasti bisa.

D : aku tidak yakin kau mengorbankan acaramu.

Stupid WeddingOnde as histórias ganham vida. Descobre agora