Sixth Sense

By Yue_aoi

208K 16.8K 1.3K

(Highest Rank #429 in Fanfiction) Haruno Sakura adalah seorang siswi transfer dari sekolah khusus wanita yang... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Epilog
Bonus Chapter : Christmas Eve

Chapter 1

22.5K 949 57
By Yue_aoi

Seorang gadis duduk di pangkuan seorang pria berusia empat puluhan berambut pirang tua. Mereka berdua hanya berdiam diri sambil duduk di sofa dan sang pria yang menyesap kopi hitam serta menyandarkan tubuh di sofa melepaskan penat.

Bertahun-tahun telah berlalu sejak kali terakhir gadis itu duduk di pangkuan sang ayah dan menghabiskan sore dengan bermanja-manja bersama. Mereka berdua memiliki kesibukan masing-masing sehingga tak memiliki waktu untuk bermanja-manja seperti ini.

Kini, gadis berambut merah muda itu memutuskan untuk menghabiskan sore dengan duduk di pangkuan sang ayah seperti yang sering dilakukan nya dulu.

"Kau semakin berat, Sakura-chan. Kaki ku terasa mati rasa."Kizashi menyelipkan tawa di akhir kalimat dan tersenyum.

"Otou-san !"Sakura merengut dan menggembungkan pipi. Ia selalu merasa jengkel bila seseorang menyebut nya kelebihan berat badan. Padahal ia berusaha keras untuk mengurangi makan dan memperbanyak olahraga.

"Aku tidak gendut."Ujar Sakura dengan ketus.

"Haha... otou-san tidak serius."Kizashi mengelus rambut merah muda putri nya dengan lembut.

Sakura tersenyum diam-diam. Beginilah kepribadian ayah nya. Pria itu akan meledek anggota keluarga nya sendiri dan membuat ia serta ibu nya merasa jengkel.

"Sakura-chan. Otou-san ingin mengatakan sesuatu kepadamu."

Ekspresi wajah Kizashi tampak serius dan membuat Sakura penasaran. Tak biasanya sang ayah menampilkan ekspresi serius di wajah nya sehingga ia cukup yakin apa yang dikatakan ayah nya adalah hal yang penting.

"Apa yang ingin kau katakan, otou-san ?"

"Di usia tujuh belas tahun nanti kau akan dapat melihat mahluk halus."

Sakura meringis seketika dan memeluk sang ayah dengan erat. Ia sangat takut dengan hal-hal yang berkaitan dengan mahluk halus dan ia sungguh beruntung tak pernah memiliki pengalaman bertemu dengan mahluk halus.

"Tidak mau, otou-san. Apakah ada cara untuk menghilangkan nya ? Aku takut dengan mahluk halus."Sakura meringis dan mengeratkan pelukan pada ayah nya.

"Tidak bisa, Sakura-chan. Itu sudah takdir mu. Kau akan memiliki mewarisi kemampuan melihat mahluk halus dari otou-san."

"Aku tidak mau ! Kau pasti berbohong untuk menakut-nakutiku, otou-san." Pekik Sakura sambil melepaskan pelukan dari ayah nya dan memeluk tubuh nya sendiri. Ia memejamkan mata dan menggelengkan kepala kuat-kuat.

Kizashi tak menjawab apapun dan hal itu membuat Sakura merasa semakin takut. Dalam hati, ia berdoa agar ia dapat terus menjalankan kehidupan normal tanpa kemampuan melihat mahluk halus. Ia yakin bila sang ayah hanya berbohong.

Sixth Sense © Yue. Aoi

Naruto © Masashi Kishimoto

Character : Sasuke.U, Sakura.H, Ino.Y

Genre : Supernatural/Romance

Rate : T

Warning : OOC, Typo. DLDR

.

.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan gerbang bertuliskan Hibiya High School. Pintu mobil itu terbuka dan tampaklah seorang gadis berambut merah muda yang berlari menghampiri gadis berambut pirang.

"Forehead, kau terlambat. Aku menunggu tiga puluh menit di depan gerbang , tahu."

Sakura tersenyum kikuk dan merangkul sahabat nya. Hari ini merupakan hari pertama nya di Hibiya High School. Ia merupakan murid sekolah khusus wanita sebelumnya. Namun ia terpaksa pindah ke Hibiya High School setelah sekolah nya mengirimkan surat pengumuman yang menyatakan bila sekolah itu bangkrut dan murid-murid di sekolah tersebut akan di transfer ke beberapa sekolah yang ditunjuk pihak sekolah tanpa mengeluarkan uang.

Saat ini merupakan awal bulan februari sekaligus merupakan bulan terakhirnya duduk di kelas dua sekolah menengah atas. Ia berharap agar dapat berada di kelas yang sama dengan Yamanaka Ino, sahabatnya sejak sekolah dasar.

"Gomen ne, pig. Aku terlambat bangun."

"Huh.. kau merepotkan."Keluh Ino.

"Kau jahat, pig."Sakura menggembungkan pipi nya dan berjalan mengikuti Ino menuju elevator.

Sekolah dimulai pukul delapan pagi dan saat ini jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Tak ada seorangpun di elevator ketika mereka berdua masuk ke dalam elevator. Ino segera menekan tombol tiga dan pintu elevator segera tertutup.

"Apakah kita sekelas, pig ?"

"Tidak."

"Yah... sayang sekali."Keluh Sakura. "Padahal kukira kita akan sekelas. Sudah lama kita berdua tidak sekelas,lho."

"Kita sekelas, kok."

"Ah, kau plin plan. Tadi kau bilang kita tidak sekelas, sekarang sekelas. Sebetulnya yang mana yang benar ?"

"Lihat saja sendiri, forehead."

Sakura merengut jengkel dengan sikap sahabatnya. Ia sudah mengenal Ino sejak ia duduk di kelas satu sekolah dasar dan sangat mengenal sikap Ino. Ia tidak akan marah dengan sikap Ino yang terkadang sedikit jahil.

Pintu elevator terbuka dan Sakura segera menyusuri lorong mengikuti Ino. Terdapat kertas berisi daftar nama siswa yang ditempelkan di depan pintu setiap kelas dan Sakura berjalan mengikuti Ino tanpa sempat memperhatikan dengan jelas kertas yang ditempel di pintu.

"Ini ruangan kelasku."Ino menunjuk kelas bertuliskan 2-3.

Sakura segera mendekati kertas yang tertempel di depan pintu kelas dan ia segera memekik senang ketika mendapati nama nya berada di kertas itu.

"Hey, kita sekelas, pig !"Pekik Sakura sambil memeluk Ino dengan erat.

Ino membalas pelukan Sakura dan ikut tersenyum senang. Ia juga merasa senang dapat berada di kelas yang sama dengan sahabatnya. Ia tak sabar untuk mengadakan taruhan nilai dengan Sakura seperti yang selalu dilakukan nya saat middle school.

"Aku tak sabar mengadakan taruhan nilai denganmu,forehead."

"Aku pasti akan mengalahkanmu, baka pig."

Sakura dan Ino melepaskan pelukan dan saling mengaitkan kelingking serta menatap sengit.

"Mari kita bertaruh."

"Tentu saja,pig."

Ino membuka pintu ruangan kelas. Tak terdapat seorangpun dikelas, kecuali seorang pemuda yang duduk di barisan paling belakang di samping jendela sambil menelungkupkan kepala. Pemuda itu memiliki kulit putih dengan rambut hitam.

"Minggu depan akan diadakan tes matematika. Bila kau kalah maka kau harus mendekati pemuda itu."Ino menatap pemuda berambut hitam itu dengan sinis sambil berbisik dengan sangat pelan.

"Siapa orang itu ?"

"Uchiha Sasuke."

Pemuda berambut hitam itu segera mengangkat kepala nya ketika ia merasa nama nya disebut. Ia menatap lekat-lekat ke arah Sakura sebelum kembali menelungkupkan kepala menghadap jendela dan kembali memejamkan mata.

Tatapan Sakura tertuju pada pemuda berambut hitam itu. Nafas nya tercekat dan ia tak dapat melepaskan pandangan dari pemuda itu. Demi tuhan, pemuda itu adalah pria tertampan yang pernah ia temui.

Pemuda bernama Uchiha Sasuke itu memiliki rambut hitam dengan iris onyx yang pekat. Tatapan pria itu tajam dan terlihat menakutkan, seolah diliputi dengan aura hitam yang kelam. Namun pria itu memiliki hidung mancung dengan bibir tipis. Ekspresi pria itu terlihat muram.

"Mengapa aku harus mendekati pria itu ?" Bisik Sakura di telinga Ino.

Ino tak menjawab dan ia segera menggeser kursi yang terletak di barisan kedua dari paling depan.

Sakura mendekati meja Ino dengan binggung. Susunan meja di sekolah itu berbeda dengan susunan meja di sekolah-sekolah di Jepang pada umum nya dimana terdapat satu meja dan satu kursi bagi setiap murid. Setiap kelas di sekolah ini menggunakan satu meja panjang dengan dua kursi yang mengharuskan dua orang siswa untuk berbagi satu meja.

"Aku harus duduk dimana ?"Gumam Sakura.

"Duduklah disini,forehead."

Sakura segera mendorong kursi di samping Ino dan meletakkan tas nya di atas kursi itu. Tatapan nya tertuju pada pria bernama Uchiha Sasuke yang masih tertidur dengan menelungkupkan kepala.

"Mengapa kau menggunakan pria itu sebagai bahan taruhan kita ?"Sakura menunjuk pria bernama Uchiha Sasuke itu dengan dagu sambil setengah berbisik.

Ia tak mengerti dengan Ino. Biasanya, orang yang menjadi bahan taruhan ialah orang yang terkucilkan. Namun ia cukup yakin bila pemuda bernama Uchiha Sasuke itu bukanlah orang yang terkucilkan. Pemuda itu memiliki wajah tampan dengan tubuh atletis. Tidak mungkin bila orang seperti itu adalah orang yang terkucilkan.

"Ia adalah pria aneh yang menakutkan, tahu."Bisik Ino.

"Apa maksudmu ? Kulihat ia normal-normal saja."

"Itu karena kau belum mengenalnya."Ujar Ino sambil menatap Sasuke sekilas dan berbisik dengan suara pelan. "Kurasa ia sakit jiwa. Banyak siswa melihatnya berbicara sendiri dengan udara kosong dan ia juga bersikap dingin dan sinis pada orang lain. Para siswi yang pernah menjadi fans nya perlahan-lahan mulai menjauhinya setelah mengetahui sikap nya."

"Kau yakin, pig ? Atau jangan-jangan itu hanya rumor yang disebarkan oleh orang yang tidak menyukai nya."

"Aku beberapa kali melihatnya menatap intens ke arah udara kosong. Ia juga penyendiri dan terkadang terdapat kejadian aneh yang berkaitan dengan pemuda itu."

"Kejadian aneh apa ?"

"Beberapa anak yang membicarakan sesuatu mengenai nya atau berniat mencelakainya mengalami kejadian aneh. Kiba pernah berniat untuk menjahili Sasuke dan tiba-tiba saja penghapus papan tulis itu seolah dilempar serta mengenai kepala nya dengan keras. Padahal tidak ada seorangpun yang memegang penghapus papan tulis itu. Aku melihatnya sendiri"

Sakura memeluk tubuh nya sendiri dan mengigil. Ia tak percaya sepenuhnya dengan ucapan Ino, namun tetap saja ia merasa takut dengan apa yang diucapkan nya.

"Sejujurnya, aku berharap agar tidak perlu sekelas atau bahkan tidak perlu berada di sekolah yang sama dengan nya lagi. Seandainya ia bukan berasal dari keluarga konglomerat Uchiha, maka aku akan mengusulkan pada para siswa lain untuk membully nya dan membuat nya keluar dari sekolah ini."Ino menatap Sasuke dengan tatapan tidak suka.

Sakura mengernyitkan dahi. Ia tak pernah mengira bila Ino akan sebegitu tidak suka nya terhadap seseorang hingga seperti ini. Dalam hati, ia merasa kasihan dengan pria bernama Uchiha Sasuke itu.

"Sudahlah. Sebaiknya kita keluar saja dari kelas ini. Aku akan menemanimu berkeliling sekolah hingga bel berbunyi."Usul Ino sambil bangkit berdiri dan menarik tangan Sakura.

"Arigato, pig."

Sakura berjalan mengikuti Ino keluar dari kelas dan diam-diam menatap ke arah Uchiha Sasuke sambil menutup pintu. Ia berharap agar pemuda itu tak mendengar percakapan nya dengan Ino.

.

.

Bel tanda masuk berbunyi dan Ino serta Sakura segera berlari menuju elevator. Mereka berdua telah berkeliling seluruh gedung sekolah dan gedung sekolah jauh lebih luas dari yang mereka bayangkan. Setiap angkatan terdiri dari sepuluh kelas dan gedung sekolah terdiri dari lima lantai.

Di seluruh gedung sekolah terdapat lima elevator dengan total siswa sekitar sembilan ratus orang. Sakura dan Ino cukup beruntung dapat masuk ke elevator tanpa perlu berdesakan.

Elevator berhenti di lantai tiga dan Sakura serta Ino segera berlari keluar ketika pintu elevator terbuka. Mereka berdua khawatir bila wali kelas telah masuk ke dalam kelas ketika mereka sampai di dalam kelas.

Ino membuka pintu setelah mengintip dari kaca di pintu serta menarik nafas lega. Wali kelas mereka belum tiba di kelas dan mereka berdua segera kembali ke tempat duduk mereka.

Sakura melirik ke arah Sasuke. Terdapat seorang pemuda berambut pirang jabrik berkulit tan yang duduk di samping nya.

Para siswa di kelas itu melirik ke arah Sakura dan membuatnya merasa malu. Ia merasa begitu gugup dan hanya dapat tersenyum ramah pada para siswa yang menatapnya.

Terdengar suara ketukan di pintu dan tak lama kemudian seorang wanita berambut hitam berombak masuk ke dalam kelas. Ketua kelas berdiri dan diikuti oleh seluruh siswa, kemudian membungkukkan badan dan memberi salam.

"Ohayo gozaimasu."Ucap wanita itu sambil tersenyum. "Kelas kita mendapatkan seorang siswi baru pindahan dari Musashino Joshi Gakuin. Silahkan memperkenalkan diri, Haruno-san."

Sakura segera bangkit berdiri dan berjalan menghampiri guru tersebut. Di depan kelas, ia dapat memperhatikan bila seluruh siswa memperhatikan diri nya. Tatapan nya tertuju pada Uchiha Sasuke. Pria itu bahkan ikut menatap ke arah dirinya.

"Hajimemashite. Watashi wa Haruno Sakura desu. Yoroshiku onegai shimasu." Sakura menundukkan kepala dengan sopan sambil tersenyum.

Pemuda berambut pirang jabrik yang duduk di samping Sasuke segera mengacungkan tangan.

"Apakah kau ingin bertanya pada Haruno-san, Uzumaki-san ?"

"Ya !"

Sakura menatap pemuda bermarga Uzumaki itu. Pria itu sangat kontras dengan Sasuke yang duduk di sebelah nya. Sasuke terkesan dingin dan muram, berbeda dengan pria bermarga Uzumaki yang sangat ceria dan bersemangat.

"Salam kenal. Namaku Uzumaki Naruto." Naruto tersenyum pada Sakura. "Apakah kau sudah memiliki kekasih ?"

Seluruh siswa memandang ke arah Naruto, begitupun dengan Kurenai-sensei yang menatap dengan tajam dan ekspresi penuh kekesalan.

"Cukup, Uzumaki-san !" Suara Kurenai-sensei meninggi. "Apakah ada pertanyaan lain ?"

Tidak ada siswa yang mengangkat tangan. Sakura menarik nafas lega dan menatap seluruh siswa.

"Silahkan kembali ke tempat dudukmu, Haruno-san."

Sakura segera kembali ke tempat duduk nya. Kurenai-sensei segera mengeluarkan beberapa puluh kertas putih yang dilipat dari dalam sebuah kotak yang dibawanya.

"Karena terdapat siswa baru di kelas ini, maka sensei telah menyiapkan undian tempat duduk. Kali ini, setiap anak diharuskan untuk berpartisipasi."

"Sensei." Seorang siswa dengan tanda merah di wajah nya mengangkat tangan.

"Ya, Inuzuka-san ?"

"Bagaimana bila diberlakukan peraturan seperti biasanya saja ? Semua siswa kecuali-" Pemuda itu memutus ucapan nya dan melirik ke arah Sasuke sebelum melanjutkan ucapan nya.

"Kecuali siswa tertentu mengambil undian tempat duduk."

Seorang siswa mengangkat tangan dan berkata, "Aku setuju, sensei."

"Ya, benar. Aku juga setuju." Seorang siswa lain nya mengangkat tangan dan diikuti dengan siswa-siswa lain hingga hampir tiga perempat kelas mengangkat tangan.

"Tidak bisa !" Kurenai-sensei menggelengkan kepala. "Siswa kelas ini berjumlah genap dan bulan ini merupakan bulan terakhir kalian di kelas 2-3."

Beberapa siswa mengerucutkan bibir dan mulai berbisik saling menggerutu satu sama lain, begitupun dengan Ino yang mulai menggerutu dengan gadis bercepol dua yang duduk dibelakang nya.

Sakura mengernyitkan dahi. Sebegitu parahkah rasisme di sekolah ini ? Ia menyesal memilih untuk masuk ke sekolah ini. Bila ia menjadi Uchiha Sasuke, maka ia tidak mungkin hanya menatap dengan sinis seolah tak peduli bila diperlakukan seperti itu oleh hampir seluruh siswa.

"Ano...apa yang terjadi?" Tanya Sakura pada gadis bercepol dua itu.

Gadis bercepol dua itu tersenyum ramah pada Sakura dan mengulurkan tangan pada Sakura. Sakura membalas uluran tangan gadis itu dan mereka bersalaman.

"Hajimemashite. Watashi wa Tenten desu. Yoroshiku onegai shimasu."

Sakura tersenyum pada gadis itu. Ia berusaha bersikap ramah sekaligus berusaha untuk mengetahui kebenaran dari gossip yang diucapkan Ino mengenai pria bernama Uchiha Sasuke itu.

"Bolehkah aku memanggilmu Sakura-san ?"

"Tentu saja, Tenten-san."

"Hey, kuharap tidak ada satupun diantara kita bertiga yang akan duduk dengan Sasuke itu." Bisik Ino dengan pelan.

"Aku juga berharap begitu. Kurasa Naruto benar-benar idiot. Ia terus menerus mendekati pemuda aneh itu dan bersikap ramah. Pagi ini ia bahkan bersedia duduk di samping orang itu."

"Umm.... Memang nya kenapa dengan pemuda bernama Sasuke itu ?"

"Pokoknya kau harus menghindarinya, Sakura-san. Ia beberapa kali terlihat berbicara atau bergumam dengan udara kosong. Ia aneh dan berbahaya."

"Benarkah ?"

"Bukankah sudah kukatakan padamu, forehead ? Kuharap kau kalah taruhan dan melihat sendiri seperti apa kelakuan pria bernama Uchiha Sasuke itu."Ucap Ino sambil mengerutkan bibir.

Kurenai-sensei berjalan mengelilingi ruang kelas dan setiap siswa mengambil satu kertas. Pria mengambil gulungan kertas di sisi kanan, sementara wanita mengambil gulungan kertas di sisi kiri kotak.

Tenten dan Ino melirik gulungan kertas itu dan memperhatikan nya cukup lama. Mereka berdua berdoa dalam hati. Sementara seorang pemuda dengan wajah mengantuk yang duduk di samping Tenten langsung mengambil gulungan kertas, begitupun dengan Sakura.

Sakura membuka gulungan kertas itu dan mendapati angka tujuh di kertas itu. Ino menepuk bahu nya dan berkata, "Forehead, berapa nomor undian mu ?"

Sakura menunjukkan kertas undian nya dan melirik kertas milik Ino dan gadis bernama Tenten itu. Ino mendapat nomor sepuluh dan Tenten mendapat nomor tiga.

"Bila kalian semua telah melihat nomor undian kalian, silahkan pindah ke meja kalian masing-masing." Ujar Kurenai-sensei.

Ino segera melambaikan tangan dengan ekspresi sedih dan mengambil tas nya. Sakura segera mengangkat tas nya dan berjalan menuju meja nomor tujuh yang terletak di barisan kedua dari paling depan.

Beberapa siswa yang telah mendapat pasangan tempat duduk mereka terlihat lega dan tersenyum sumringah. Sakura melirik tempat duduk di samping nya yang masih kosong. Dalam hati ia ikut berdebar-debar, merasa penasaran dengan pria yang akan menjadi teman sebangku nya.

"Sakura-san, bersabarlah." Bisik Tenten dengan wajah pucat sambil menoleh ke belakang.

Sakura melirik ke samping nya. Terlihat pemuda berambut pirang jabrik yang berjalan mendekati tempat duduk gadis bersurai indigo yang duduk di belakang nya sambil merangkul Uchiha Sasuke.

"Syukurlah tempat duduk kita berdekatan,teme."

Pemuda bersurai pirang jabrik itu meletakkan tas di atas kursi di samping gadis bersurai indigo itu. Terdengar suara geseran di samping kursi Sakura dan Sakura melirik ke samping. Uchiha Sasuke duduk di samping nya.

Beberapa siswa melirik ke arah Sakura dan secara terang-terangan mengungkapkan simpati pada siswi baru di kelas mereka yang harus duduk dengan Uchiha Sasuke di hari pertama mereka bersekolah.

Sakura memberanikan diri melirik ke samping. Pemuda bernama Uchiha Sasuke itu tidak terlihat aneh. Hanya saja ia beberapa kali melirik ke samping, entah apa yang dilihat nya.

"Hajimemashite. Watashi wa Haruno Sakura desu."Sakura mengulurkan tangan pada Sasuke.

"Hn."

Sasuke membalas uluran tangan dan berjabat tangan sebelum Sasuke sendiri melepaskan jabatan tangan terlebih dulu. Sakura terdiam dan menatap pria di samping nya. Tangan pria itu begitu lembut dan hangat.

"Siapa nama mu ?"

"Kau sudah mengetahui nya."

Sakura meringis. Ia yakin bila Uchiha Sasuke telah mendengar percakapan nya dengan Ino tadi dan kini ia merasa bersalah.

"Tolong batalkan taruhanmu dengan gadis Yamanaka itu."Ucap Sasuke dengan tegas dan dingin.

Sakura menatap Sasuke dengan binggung. Ia sangat yakin bila Sasuke telah tertidur saat ia berbicara dengan Ino di ruang kelas. Lagipula Ino berbisik dengan suara yang sangat pelan hingga bibir gadis itu hampir menempel di telinga Sakura. Bagaimana mungkin Sasuke dapat mendengarnya ?

"Taruhan apa ?"Sakura memasang ekspresi seolah tidak mengerti.

"Taruhan untuk mendekatiku bila salah satu dari kalian gagal di tes matematika."

Sakura membelalakan mata memandang iris onyx Sasuke, ia tak mengira bila Sasuke mengetahui soal taruhan itu. Mungkinkah bila Uchiha Sasuke itu memiliki indra keenam ? Diam-diam Sakura berharap agar ia kalah dalam taruhan itu dan dapat mengenal Sasuke lebih dekat.

-TBC-

Continue Reading

You'll Also Like

1M 62.6K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
150K 15.6K 36
'Haruno Sakura' Sasuke tidak percaya nama itulah yang kini tercantum pada name tag gadis berparas bidadari di hadapannya. Benarkah itu dia? Si merah...
13.4K 2K 28
Disclaimer : © Masashi Kishimoto Pair : Mostly Sakura Haruno x Sasuke Uchiha Written and published by : Keyadoringharuno Language : Bahasa Indonesia ...
13.7K 1.5K 39
Dua orang anak kecil saling bertemu selayaknya anak kecil pada umumnya. Saling merespons namun berbeda maksud, begitulah respons alami mereka. Dan me...