The Journey [Greyson Chance L...

By sekartiktik

73.1K 4.5K 737

Aku percaya bahwa aku bisa bertahan melalui waktu gelap. Ketika semuanya hilang dan aku harus memulainya dari... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 28
Part 29
Part 30
NEW JOURNEY!

Part 27

1.6K 140 48
By sekartiktik

Half Warning!!

Aku kembali kerumah sekitar pukul sebelas malam. Setelah memarkirkan Moses, ku keluarkan kunci rumah dan hendak membuka pintu, namun langkahku terhenti karena suara deruman mesin mobil yang berhenti tepat didepan rumahku. Menoleh, aku mendapati Elsa turun dari mobil mewah itu dengan keadaan mabuk. Ia berjalan terhuyung kearahku dan sempat ingin jatuh. Aku segera berlari kearahnya untuk membantunya berjalan sebelum ia terjatuh. Elsa tidak banyak bicara. Entah berapa banyak botol yang sudah ia minum hingga bicarapun ia tidak sanggup.

Aku menidurkan tubuhnya diatas tempat tidur, melepaskan sepatunya lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. Ku tatap lekat-lekat wajahnya yang saat ini sedang memejamkan mata. Ku layangkan tanganku untuk mengusap puncak kepalanya sambil berdoa didalam hati agar Tuhan segera menyadarkan sikap istriku ini.

Hari yang cerah karena aku baru saja mendapatkan pekerjaan baru. Perusahaan yang tidak terlalu besar, namun mereka memberikanku gaji yang sesuai. Bekerja delapan jam, ketika sorenya aku harus berada di mall dan malam harinya menjadi badut di karnaval membuatku sedikit kewalahan, namun ku nikmati semua kesibukanku ini.

Turun kebawah menuju dapur, aku mendapati Elsa yang sedang menyantap sarapannya. Sebuah senyuman kecil muncul dari sudut bibirku. Ku kecup singkat puncak kepalanya lalu ikut bergabung makan bersamanya. Ia nampak terkejut karena aku tiba-tiba datang. Ia merasa sedikit canggung duduk berdekatan denganku.

Suasana diruang makan begitu hening, sampai-sampai hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Aku menatap Elsa sejenak. Ia membuang pandangan kearah lain. Perlahan ku keluarkan amplop yang berisikan gaji pertamaku dari dalam tas.

"Ini gaji pertamaku," ujarku sambil menyodorkan amplop. Elsa hanya diam sambil memandangi amplop itu lekat-lekat, "Aku ingin mengganti uangmu yang sudah terpakai untuk membayar semua kebutuhan kita. Setidaknya, aku sudah mulai bisa mengumpulkan uang untuk mencukupi kebutuhan kita terutama kebutuhanmu," aku tersenyum kecil, "Ayo ambil. Kau bisa memakainya untuk berbelanja baju baru atau mungkin sepatu baru," Tatapan mata Elsa melembut dan sedikit berkaca-kaca. Dalam waktu yang lama ia hanya menatap uang itu dan tiba-tiba pergi meninggalkan meja makan tanpa sepatah kata. Aku menghela nafas panjang. Ku simpan uang ini didalam lemarinya sebelum ia menyadari kehadiranku didalam kamar.

**

Suara petir menggelegar diudara. Sepertinya malam ini akan turun hujan. Aku yang masih mengenakan kostum badut, berjalan kearah kamar mandi. Berjaga-jaga bila hujan turun aku bisa segera mengganti baju.

Firasatku benar, hujan turun dengan deras. Hari ini aku tidak membawa moses karena ia tiba-tiba mogok saat aku pulang kantor.

Aku memutuskan untuk menunggu hingga hujan reda. Ku sibukkan diriku dengan membersihkan ruangan. Sesekali mengecek ponselku, berharap Elsa menghubungiku.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh dan hujan masih turun dengan deras. Aku tidak mau bermalam dikantor, jadi ku putuskan untuk berlari menerobos derasnya hujan menuju halte bus. Rasa menggigil ku hiraukan saat AC didalam bus berhembus kearahku. Tiga puluh menit kemudian aku tiba dihalte yang berada tak jauh dari rumahku. Ku berlari secepat mungkin agar cepat sampai dirumah karena kepala ku sudah mulai merasa pusing.

Beruntung Elsa sudah sampai dirumah. Ia sudah tertidur lelap. Segera ku mandi dengan air hangat lalu menyeduh teh untuk menghangatkan tubuhku.

Segelas teh sudah habis, aku kembali ke kamar untuk istirahat.

-Elsa's POV-

Suara seseorang menutup pintu terdengar dan itu pasti Greyson. Aku segera menaikan selimutku, malas berbicara dengannya.

Ia masuk ke kamar dan bersin beberapa kali. Aku mengintip dari balik selimut, tubuhnya basah kuyup. Dengan tangan gemetar, ia meraih handuk lalu masuk kedalam kamar mandi. Selang beberapa menit ia selesai mandi dan keluar dari kamar. Aku mencoba mengabaikannya dan memilih untuk tidur.

Pagi harinya, tidak seperti biasa Greyson masih meringkuk ditempat tidur. Aku hanya bisa manatapnya heran.

"Greyson, kau tidak bekerja hari ini?" tanyaku sambil menyisir rambutku.

Ia bergumam kecil, suaranya parau, "Aku tidak enak badan," jawabnya disertai bersin. Aku menghela nafas panjang. Ku raih tas ku serta beberapa file yang harus ku bawa, tiba-tiba Greyson memanggil, "Elsa, bisakah kau meminta izin pada Theo untuk libur hari ini? Aku sedang sakit,"

Aku mendengus kecil, "Tidak bisa. Aku harus menghadiri peresmian kantor baru. Aku pergi," dengan langkah cepat aku meninggalkan kamar. Ketika sudah berada diluar, Niall datang.

Ia menatapku sejenak dan akhirnya tersenyum kecil, "Elsa, dimana Greyson?" Aku diam tidak menjawab. Ku tarik pergelangan tangan Niall dan membawanya kedalam rumah, "Ni, Greyson sedang sakit. Maukah kau membantuku?"

"Bantu apa?"

"Tolong jaga dia. Panggil dokter untuk memeriksa kondisinya, akan ku tinggalkan uang nanti," pintaku

"Mengapa tidak kau saja yang menjaganya?" protes Niall.

"Aku tidak bisa. Aku harus meresmikan kantor baru hari ini. Ku mohon,"

Niall menggelengkan kepala, "Jika aku boleh jujur. Aku tidak suka dengan sikapmu yang sekarang. Kau mengabaikan Greyson. Istri macam apa kau ini?" sembur Niall yang mana membuatku terdiam, "Ia selalu menyempatkan waktunya untukmu, tapi kau tidak pernah! Sekarang ia sedang sakit dan kau malah bekerja? Kau tidak ingat saat kau mabuk dan muntah-muntah siapa yang mengurusmu?" Niall berdecak, "Aku tidak tahu bahwa harta bisa membutakan seseorang. Dengarkan aku, laki-laki seperti Greyson tidak akan bisa kau temui lagi di belahan dunia manapun. Kau mungkin bisa memiliki seorang laki-laki tampan dan kaya raya, namun laki-laki yang tulus mencintaimu dan rela melakukan apapun untukmu itu sulit ditemukan. Renungkanlah, sebelum kau menyesal," sesudah mengatakan itu semua Niall berjalan keatas untuk melihat Greyson.

Aku menyandarkan tubuhku dipintu. Kata-kata Niall benar-benar menusuk. Apa sebaiknya aku tinggal saja dirumah?

"Elsa!" suara teriakan dan klakson mobil terdengar. Theo sudah menjemputku. Ku urungkan niatku lalu segera berjalan kearah mobilnya.

Selama di perjalanan aku hanya diam. Pikiranku kosong dan entah apa yang sedang ku pikirkan aku juga tidak mengerti.

"Hey, kau baik-baik saja?" Aku mengangguk kecil. Setibanya kami di kantor aku segera menyibukkan pikiranku dengan pekerjaan.

Kata-kata Niall tadi pagi berhasil menghancurkan konsentrasiku. Aku tidak bisa fokus bekerja, seberapa keras aku memaksakan diri, hasilnya sama. Malam ini aku harus menyelesaikan semua pekerjaanku. Lelah dan penat mulai kurasakan seiring berjalannya waktu.

Theo menghampiriku, ia menyodorkan ku segelas wine. Aku menerimanya dengan senang hati.

"Beristirahatlah jangan terlalu lelah," pintanya.

Aku menyesap habis wine dalam sekali teguk, "Aku tidak mengerti mengapa bisa ada kesalahan dalam pencatatan harga-harga mobil bulan lalu," protesku kesal, "Jika Judith tidak salah memberi laporan keuangan, aku tidak perlu membuat laporan yang baru,"

Theo mengusap lembut pundakku, "Jangan terlalu dipikirkan, kemarilah kita nikmati beberapa gelas wine,"

Aku menurut. Kami duduk diatas sofa yang berada didalam ruangannya sambil menikmati Black Tower. Tatapan mata Theo begitu intens padaku, entah ini pengaruh alcohol atau memang pikiran ku sedang kacau. Malam ini Theo terlihat begitu panas.

Ia menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat denganku. Ia meletakan gelas winenya diatas meja lalu tersenyum kecil kearahku. Aku membalas senyumannya dan ia mengusap lembut pipiku.

"Berapa kali aku mengatakan bahwa Greyson benar-benar beruntung bisa memilikimu," ujarnya lembut. Jaraknya begitu dekat denganku hingga aku bisa merasakan hangatnya hembusan nafasnya.

Perlahan Theo mendekatkan wajahnya padaku hingga tatapan mata kami bertemu. Kedua bola matanya menggelap dan dengan lembut ia menempelkan bibir penuhnya ke bibirku. Dengan lembut ia mengecup bibirku dan entah keberanian dari mana aku pun membalas ciumannya. Theo mendorong tubuhku. Kini ia menggamang diatasku, diciuminya setiap lekukan wajahku membuatku melenguh kecil. Aku hanya bisa memejam mata menikmati setiap sentuhannya hingga tanpa sadar aku mengangkat kakiku. Ia kembali mencium bibirku sambil meremas keras bokongku. Aku memejamkan mata mencoba menemukan gairahku. Gairah yang selalu muncul setiap kali Greyson menyentuhku.

Mataku langsung terbuka ketika mengingat nama Greyson. Sialan, apa yang telah ku lakukan? Aku memang suka mabuk bersama Theo, namun tidak untuk tidur dengannya. Theo yang masih sibuk menciumi leherku segera ku hentikan.

"Ada apa, Elsa?"

Dengan deru nafas yang sedikit memburu aku mendorongnya agar menjauhiku, "Kita tidak bisa melakukan ini," ujarku sambil merapikan rambut dan pakaianku yang sudah setengah terbuka.

"Kenapa? Bukannya kau menginginkanku?"

Aku menggeleng sedih, "Aku sadar, hanya Greyson yang kuinginkan. Theo, maafkan aku," Aku bangkit dan berlalu keluar dari ruangannya. Ku rapikan seluruh barang-barangku dan bergegas menyetop taksi. Hujan deras masih mengguyur New York sejak pagi, membuatku semakin mengeratkan mantelku. Hiruk pikuk jalanan yang ramai memaksaku untuk bersabar. Bayang-bayang Greyson tiba-tiba terlintas dibenakku. Bagaimana sikapku selama ini memperlakukannya, mengabaikannya bahkan berkata kasar padanya.

Oh Tuhan, ampuni aku.

Aku menangis didalam taksi hingga seluruh tubuhku bergetar. Brengsek karena harta aku jadi lupa segalanya. Aku melupakan kebaikan Greyson yang sudah membebaskan ku dari penjara, aku lupa bahwa ia satu-satunya orang yang selalu berada disisiku dikala aku sedih, aku lupa bahwa ia adalah suamiku. Jika aku tidak terlalu memikirkan soal anak mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Aku mengusap air mataku dan berkata kepada supir taksi agar mempercepat laju mobilnya. Aku benar-benar khawatir dengan keadaan Greyson. Niall tidak membalas pesanku yang bertanya bagaimana keadaan Greyson.

Mobil berhenti didepan rumah, setelah memberikan beberapa lembar dollar, aku berlari kedalam dan langsung menuju kamar untuk menemui Greyson.

Kamar kosong. Aku tidak menemukan Greyson diatas tempat tidur. Celaka. Ku gelengkan kepala ku kuat-kuat karena baru saja berpikir kalau Greyson masuk rumah sakit.

Lamunanku terbuyarkan saat mendengar seseorang terbatuk dari arah dapur. Aku segera berlari menuruni tangga dan menemukan Greyson sedang berdiri sambil membawa secangkir teh.

"Elsa, kau kapan pulang?" tanyanya dengan suara sumbang. Aku tidak bisa menahan air mataku. Aku mulai menangis menatapnya yang sekarang berdiri dengan ekspresi bingung. Wajahnya masih pucat seperti tadi pagi, "Hey kau kenapa?" ia menaruh gelasnya diatas meja dan hendak melangkah kearahku namun aku lebih dulu berlari kedalam pelukannya. Ku menangis sejadinya didalam pelukannya. Ku dekap tubuhnya erat-erat, oh betapa aku merindukannya selama ini namun aku menolak perasaan itu. Perlahan, kedua tangan Greyson mengusap punggungku.

"Maafkan aku," ujarku disela-sela isak tangis, "Maafkan aku, Grey." Aku semakin menangis hingga rasanya ingin menjerit, "Aku menyesal," Tubuh Greyson dan tubuhku merosot dan sekarang posisi kami duduk diatas lantai. Aku masih memeluknya, begitu pula ia yang masih mengusap lembut punggungku. Aku melepaskan pelukanku, dengan keadaan mata berair ku tatap wajahnya yang kini sedang tersenyum kearahku. Ia menangkup kedua pipiku lalu menempelkan keningnya pada keningku. Suhu tubuhnya masih panas namun ia terlihat baik-baik saja. Ia tersenyum dan memejamkan mata, "Terima kasih, Tuhan." Ujarnya lalu membuka kedua matanya, "Aku sudah memaafkanmu. Jangan menangis," suaranya begitu menenangkan. Aku kembali menangis karena perasaan bersalah yang tak kunjung hilang.

Greyson memintaku untuk berdiri. Ku bantu ia berjalan menuju kamar dan setibanya dikamar, aku berlari lagi kebawah untuk mengambil semangkuk air dingin. Kembali ke kamar, ku raih handuk kecil lalu merendamnya sebentar didalam air dingin yang selanjutnya akan ku tempelkan pada keningnya.

"Apa kau lapar?" tanyaku saat menempelkan handuk pada keningnya. Ia mengangguk kecil, "Akan ku buatkan sup. Tunggu sebentar," aku turun lagi kebawah menuju dapur. Ku buka kabinet tempat ku biasa menaruh bahan makanan. Tidak mau membuang waktu, ku putuskan untuk membuat sup instan. Sup matang, aku membawanya kembali kedalam kamar. Greyson sedang memejamkan mata dan ketika aku masuk ia membuka kembali kedua matanya.

Ku lepas handuk yang sedaritadi menempel pada keningnya, lalu membantunya untuk duduk.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanyanya saat aku mulai menyuapi sup hangat ini.

"Sama seperti biasanya," ujarku singkat. Aku tidak mau membahas soal pekerjaanku.

"Apa ada masalah?"

Aku menggeleng sambil melempar senyuman, "Setelah pekerjaanku selesai aku akan segera mengundurkan diri," kedua alis Greyson saling bertautan, "Kenapa?"

Aku menarik nafas dalam-dalam, "Karena aku ingin kembali menjadi Ibu rumah tangga yang baik. Aku ingin menghabiskan waktu dirumah, melayanimu."

Greyson tersenyum lebar dan kini kedua matanya mulai berkaca-kaca. Aku bisa merasakan kelegaan di sorot matanya.

"Jadi kita bisa melanjutkannya?" pertanyaannya membuatku memiringkan kepala, "Melanjutkan apa?"

"Sudah lama kita tidak melakukan terapi membuat anak,"

Aku terbahak mendengar ucapannya, "Yea, kau benar."

"Bagaimana kalau malam ini?"

"Heh, biarkan demam mu hilang dulu!"

Greyson terkekeh kecil, ia menyantap habis supnya setelah itu ku berikan obat penurun panas. Ia memintaku untuk menjadi gulingnya malam ini dan dengan senang hati ku turuti kemauannya. Ia memelukku erat, sesekali menciumi wajahku. Aku bisa terjaga sepanjang malam sambil memandagi wajah teduhnya yang sedang terlelap..


***TBC***

Continue Reading

You'll Also Like

299K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
21.9K 2.1K 80
🍑~End~🍑 "Shifu...kenapa anda tidak pernah percaya padaku. Kenapa anda selalu percaya dengan sudut pandang anda sendiri..." (Hua Qian Gu) "Jangan me...
104K 11K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
3.8K 117 60
Lanjutan setelah bab 172 Bab Extra + Special request @RahRos-san DI AMBIL DARI RAW TANPA EDIT.