Ovulation Complex

By ctales

1.6M 35.7K 1.2K

Vada Kusuma, 24 tahun, seorang arsitek muda, memiliki penyakit Ovulation Complex. Penyakit ini memberikan dor... More

Bab 1
Bab 2
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12

Bab 3

129K 2.6K 29
By ctales

Entah bagaimana akhirnya kami berdua berpakaian lengkap, dan kak Angga dengan beraninya menelepon orang tuaku, meminta mereka menjemputku. Satu jam kemudian mereka datang. Aku langsung memeluk mereka sambil menangis memohon maaf. Dengan kak Angga yang terdiam di sudut kampus tanpa berniat kabur, aku menceritakan kronologis sejak aku merasakan kepanasan hingga aku hilang akal dan bercinta dengan kak Angga. Ayahku marah dan hampir menonjok kak Angga tapi aku menahannya sambil meyakinkan Ayah bahwa ini semua salahku. Ibuku meyakinkan ayahku untuk membawaku ke obgyn segera untuk mengecek apakah memang ada yang salah dengan diriku. Ayahku setuju dan menyuruh kak Angga pulang.

Dokter obgyn yang menanganiku, Dr. Tia, memintaku menceritakan kronologisnya dari awal. Ia sangat sabar mendengar ceritaku tanpa ada sedikitpun pandangan menjudge. Sesekali ia menanyakan gejala-gejala yang aku rasakan selama kejadian tersebut. Kemudian setelah selesai menyimak, ia menanyakan tanggal menstruasiku tiga bulan ke belakang. Kusebutkan secara lengkap tanggal-tanggal tersebut, kemudian Dr. Tia mencoret-coret hitungan di selembar kertas.

"Kalau saya hitung-hitung, semestinya hari ini kamu sedang masa subur ya Vada." ujarnya.

Aku meringis kaget. Tubuhku langsung mendingin, wajahku memucat memikirkan kemungkinan aku bisa hamil akibat kejadian barusan.

"Tapi bukan resiko kehamilan yang saya khawatirkan. Dari kronologis yang tadi Vada ceritakan, diagnosa saya Vada memiliki kelainan Ovulation Complex.

Binatang memiliki gejala-gejala biologis yang mendorong hasrat seksual agar dapat berkopulasi dengan lawan jenis sehingga dapat bereproduksi. Pada manusia, gejala-gejala ini muncul dengan sangat halus. Misalnya saja saat masa subur, wanita cenderung mengeluarkan cairan pelumas dari vaginanya untuk mempermudah terjadinya hubungan seksual.

Tetapi pada kasus Vada.. Gejala-gejala ini muncul dengan skala lebih besar. Tubuh Vada menyadari bahwa rahimnya sedang memproduksi sel telur yang harus segera dibuahi. Namun karena Vada sendiri belum menikah dan tidak melakukan hubungan seks secara rutin, sel telur yang dihasilkan hanya terbuang sia-sia saat menstruasi. Sistem tubuh Vada mencari cara agar sel telur tersebut tidak hanya terbuang setiap bulannya, sehingga tubuh mempercepat aliran darah dan muncul gejala kepanasan seperti yang disebutkan tadi. Sistem syaraf juga mempercepat pengiriman sinyal dari reseptor kulit, sehingga Vada merasa sensitif dengan sentuhan. Kebutuhan fertilisasi akhirnya menguasai otak Vada sehingga mengambil kontrol atas seluruh tubuhnya. Hal ini bisa terjadi setiap bulan saat puncak masa kesuburan.

Kasus ini sangat langka terjadi. Saya sendiri belum pernah menerima pasien dengan kelainan ini, namun saya pernah mempelajarinya dari jurnal medis internasional. Meskipun langka, sebenarnya kelainan ini diturunkan secara genetis dari ibu ke anak perempuan. Laki-laki biasanya hanya menjadi carrier, namun tentunya tidak mengalami gejala seperti yang Vada alami ini," begitu penjelasan Dr. Tia panjang lebar.

Ayah dan Ibuku berpandangan.

"Saya juga merasa saya memiliki kelainan yang serupa. Memang kami lebih rutin berhubungan suami istri saat saya sedang subur, Dok. Tetapi kualitas benih suami saya rendah, sehingga hanya dikaruniai seorang anak hingga sekarang," jawab Ibu. "Lalu tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menekan gejala kelainan tersebut pada anak saya, Dokter?"

"Kelainan ini ditrigger oleh produksi sel telur di rahim. Jika rahim tidak memproduksi sel telur, seharusnya gejala-gejala ini tidak muncul. Jadi saya akan coba meresepkan pil KB yang menekan produksi sel telur di rahim Vada. Pil KB ini kerap digunakan remaja-remaja untuk mengontrol masa menstruasi mereka, jadi aman. Vada tidak akan memproduksi sel telur, dan juga tidak menstruasi selama mengkonsumsi pil ini," jelas Dr. Tia sambil menuliskan resep untukku. "Tetapi sebelum minum pil KB ini, kamu saya resepkan pil morning after untuk mencegah terjadinya kehamilan usai kejadian tadi. Pil ini 99% efektif sehingga kamu tidak usah khawatir mengenai resiko kehamilan. Minumlah selama tiga hari ke depan. Setelah itu kamu harus rutin meminum pil KB yang sebelumnya saya sebutkan. Jika tidak rutin bisa saja efeknya belum bekerja di rahim kamu sehingga produksi sel telur tetap berjalan dan gejala-gejala kelainan kamu bisa muncul kembali."

Aku menerima resep yang disodorkan kepadaku.

"Bapak dan Ibu Kusuma, kalau boleh saya menyarankan, sebaiknya Vada menjalani terapi psikologis untuk mencegah terjadinya trauma. Meskipun mengalami kelainan, Bapak dan Ibu tentunya ingin Vada tidak takut berhubungan suami istri ketika nanti menikah. Jika Bapak dan Ibu setuju saya akan menulis surat rekomendasi kepada psikiater yang praktek di rumah sakit ini."

"Saya setuju, Dok. Kami akan langsung membuat janji temu dengan psikiater tersebut dengan surat rekomendasi dari dokter." jawab Ayahku menyetujui.

Kami pun pulang. Aku mengirim surat dokter ke pihak kampus yang menyatakan bahwa aku tidak dapat masuk kuliah selama seminggu. Selama aku tidak masuk aku datang setiap hari ke rumah sakit untuk terapi psikologis.

Kak Angga datang sekali saat aku tidak masuk. Aku tidak menemuinya tetapi aku menguping dari lantai atas pembicaraannya dengan orangtuaku.

"Saya mengajukan diri untuk bertanggung jawab, Pak. Saya sadar saya tidak profesional sebagai tenaga pengajar meskipun saya hanya asisten dosen. Saya siap bertanggungjawab kalau Vada hamil."

Ayahku menggeram, "Jadi kamu akan bertanggungjawab hanya kalau Vada hamil?"

"Bu.. bukanbegitu, Pak. Saya juga akan bertanggungjawab meskipun ia tidak hamil. Saya sadar saya telah merenggut kehormatan yang sudah Vada jaga selama ini," terdengar kegugupan dari suara Kak Angga.

Aku menangis terdiam. Mengapa ia masih mau baik kepadaku meskipun sudah jelas-jelas aku yang merayunya?

Setelah keheningan beberapa saat, ayahku kembali bertanya. "Kamu sudah menikah?"

"Belum, Pak."

"Sudah punya pacar?"

Kak Angga terdiam sejenak. "Se.. sebenarnya sudah Pak." Giliran ayah yang terdiam.

"Vada tidak hamil. Seharusnya saya yang meminta maaf kepada kamu." Kemudian ayah menceritakan secara singkat kelainan yang aku derita dan bahwa aku sudah minum pil morning after.  Ayah kemudian meminta kak Angga untuk berjanji tidak menceritakan kelainanku ini kepada siapapun. Ayah juga mengancamnya jika ia berani menceritakannya kepada seorangpun, bahkan orang tuanya. Ayah mengatakan bahwa kak Angga tidak harus bertanggungjawab kepadaku. Ia tidak ingin anaknya menikah dengan unsur paksaan sedikitpun.

"Kembalilah ke rumahmu dan mintalah maaf kepada orang tuamu. Anggaplah kau yang mewakilkanku meminta maaf kepada mereka. Jika kau sudah mapan nikahilah pacarmu. Kau beruntung menjadi laki-laki, tidak perlu membuktikan kesucianmu nanti saat sudah menikah. Hiduplah dalam jalan yang lurus. Kejadian ini, umpamanya seperti seseorang menarikmu tanpa sengaja saat kau sedang menjalani jalan yang lurus itu. Kembalilah."

Kurasa kak Angga menangis, entah karena lega tidak harus bertanggung jawab menikahiku, atau karena terharu akibat ucapan ayahku. Sepertinya karena keduanya. Kak Angga pulang setelah menitipkan bahan kuliah dan daftar tugas yang mestinya aku kumpulkan selama aku membolos. Ia bilang aku dapat bebas mengumpulkannya kapan saja selama semester ini belum berakhir. Dan aku, aku berjuang keras untuk pulih dari trauma psikologisku dan kembali menjalani perkuliahan, seolah-olah aku hanya sakit biasa. Kepada teman-temanku aku berbohong mengenai penyakitku dan berusaha kembali ceria seperti sebelumnya.

Dengan kak Bagas, ku kira awalnya tidak terjadi permasalahan apapun di antara kami berdua. Sepulang dari dokter waktu itu aku menerima sms balasan berisikan dua huruf "OK" yang artinya ia menyetujui pembatalan rencana kami menonton. Saat aku menghampirinya ia memang bersikap dingin dan mengacuhkanku, tapi aku menyadari mungkin ia tersinggung karena aku telah membatalkan rencana sebelum ia sempat menjemputku. Sempat terbersit pikiran bahwa kak Bagas mengetahui kejadian antara aku dan kak Angga, namun semestinya jika memang begitu, ia dapat langsung mengkonfrontasiku dan mencaci maki ku. Nyatanya ia hanya bersikap dingin seakan-akan aku menolak ajakan kencannya, sehingga aku menganggap ia tidak tahu apa-apa.

Namun sikap dingin itu seperti bertumpuk seiring berjalannya waktu. Saat Deni, teman sekelasku mendekatiku dan kutanggapi dengan asal, kak Bagas terlihat semakin benci kepadaku. Hal itu ia buktikan dengan menggoda Sarah, mahasiswi angkatanku yang paling tidak aku sukai. Kak Bagas mengobrol dengannya di taman kampus secara terang-terangan.

"If you think that you'll get some loving

from me baby, apart from this body

Well you get me wrong cause that's the only

benefit..benefit.. of this romance

benefit..benefit.. of this romance"

Terdengar suara mereka berduet menyanyikan lirik lagu The Xanthans yang waktu itu kusebut di depan kak Bagas. Dan yang lebih membuatku sakit hati adalah bahwa Sarah tampak membaca lirik lagu tersebut dari cover CD The Xanthans yang kupinjamkan pada kak Bagas. Kak Bagas melirikku terang-terangan dan aku membalas tatapannya tajam, tidak percaya. Sejak saat itu bendera permusuhan berkibar antara kita berdua, dan aku tidak akan menyerah sampai ia sendiri yang menurunkan bendera tersebut.

-flashback end-


Jam 10 malam aku baru melangkah keluar dari kantor Wendell & Partners menuju ke parkir mobil. Ku kemudikan mobilku kembali ke apartemen kecilku. Setelah menghabiskan sore hingga malam di kantor melakukan riset sayembara Vanderbilt, hal yang ingin aku lakukan hanyalah tidur di ranjangku yang empuk. Namun sialnya aku masih harus berberes dan packing baju-bajuku untuk kepergian ke Bali esok. Aku mendengar dering telepon diantara tumpukan baju-bajuku.

"Halo, Bu?"

"..."

"Iya, Vada tadi telepon Ibu, tapi Ibu nggak jawab."

"..."

"Loh, Ayah sakit apa Bu?"

"..."

"Memangnya tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit sekalian?"

"..."

"Kenapa Ayah nggak mau? Kan sudah beberapa kali kena gejala yang sama. Ibu nggak khawatir?"

"..."

"Vada belum bisa mampir, Bu. Vada ada tugas mendadak ke Bali. Ada sayembara."

"..."

"Iya, Bos Vada lupa memberi tahu Vada. Vada berangkat besok pagi Bu."

"..."

"Tenang saja, Bu, Vada jaga diri kok. Vada akan rajin minum obat. Iya, iya, nanti Vada mampir kalau sudah kembali dari Bali. Ya sudah, Vada lanjut packing ya Bu. Selamat malam."

Aku bersandar di atas koperku yang isinya masih berantakan. Perasaanku sedikit tidak enak mendengar Ayah sedang sakit, namun sayangnya aku tidak bisa langsung menengok beliau. Aku hanya berharap Ayah bisa kembali membaik dan beraktivitas seperti biasa. Tanpa ku sadari lamunanku tentang Ayah membawaku terlelap.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 267K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
203K 1.2K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...
5.3M 282K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.7M 35.2K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...