Sayap Putih

Da aynddv

1.6K 195 25

No description! Langsung baca prolog Altro

Prolog
Sayap Putih
1. Kehidupan
2. Siapa Itu?
3. Dia Kembali?
4. Selamat Ulang Tahun
6. Nakala

5. Rafael Robert

123 24 7
Da aynddv

Raina memijat alisnya karena kepalanya yang terasa sangat pening, hari ini pasiennya sangat banyak dan Raina semua yang menghandle karena dokter anak lainnya kebetulan sedang cuti. Belum lagi permintaan Ibunya yang semakin membuat kepala Raina ingin pecah, malam ini setelah dari rumah sakit ia masih harus menyelesaikan satu misi lagi, yaitu makan malam bersama anak salah satu teman Ibunya itu. Sebenarnya Raina ingin membatalkan acara makan malam ini jika dirinya tak memikirkan perasaan Ibunya

Alhasil setelah menyelesaikan pemeriksaan terakhir, Raina bergegas menuju ruangan pribadinya untuk bersiap-siap, untung saja dirinya sudah membawa pakaian yang akan ia pakai malam ini jadi dia tak perlu repot-repot pulang ke rumah terlebih dahulu yang pastinya akan memakan banyak waktu

Tak butuh banyak waktu untuk Raina bersiap, ia bahkan tak perlu memakai banyak make up untuk mempercantik diri karena wajahnya mau seperti apapun akan tetap terlihat cantik

Ketika Raina membuka pintu ruangannya, beberapa orang yang kebetulan melintas di sana bahkan sampai terkesima melihat kecantikan alami seorang Raina. Cantik dan Elegan, itulah yang kerap kali orang katakan padanya. Mengabaikan tatapan orang-orang padanya, Raina berjalan dengan pandangan lurus menuju ke parkiran tempat mobilnya berada. Kalau bukan karena Ibunya, ia tidak akan sudi menjadi pusat perhatian seperti ini

"Raina?"

Raina menoleh saat seseorang memanggil namanya, rupanya Marcel lah si pemilik suara itu "Pak Marcel?" Raina melirik sekitar, tapi tidak menemukan keberadaan anak-anak laki-laki itu, karena biasanya jika ia bertemu Marcel pasti anak-anaknya pun juga ada "Siapa yang sakit?" Tanya Raina

"Lula, beberapa hari ini dia susah makan dan akhirnya jatuh sakit" Jawab Marcel

Raina mengerti, pantas saja beberapa hari ini dia jarang melihat Lula "Dia di rawat inap?" Marcel mengangguk lagi

"Kamu mau pergi kemana?" Tanya Marcel setelah melihat penampilan Raina dari atas sampai bawah

"Aku mau ketemu sama temanku" Marcel tersenyum, menyadari Raina tidak lagi menggunakan bahasa formal padanya

"Bawa kendaraan sendiri?"

Raina mengangguk "Seperti biasa"

Marcel tersenyum "Ya udah kalau begitu hati-hati, malam ini kayaknya mau hujan deres"

"Iya terimakasih, salam buat Lula semoga cepet sembuh dan maaf karena aku belum bisa jenguk dia" Sebenarnya Raina ingin sekali melihat keadaan Lula, tapi ia sudah memiliki janji pada seseorang dan tidak mungkin ia batalkan begitu saja

Marcel mengangguk "Nggak apa-apa Rai, lagipula kamu kelihatan buru-buru" Raina balas dengan senyuman dan kemudian pamit pergi

Sedangkan Marcel, di tempatnya berdiri ia hanya bisa memperhatikan punggung Raina yang mulai menjauh. Marcel jadi teringat Lula yang mogok makan karena Marcel melarangnya bertemu dengan Raina

Beberapa hari lalu saat Lula marah pada kakak-kakaknya, Marcel mengobrol banyak hal bersama dengan Lula dan dari semua hal yang Lula ucapkan kentara sekali jika anak itu sangat menginginkan Raina menjadi Ibunya dan Marcel tentu tidak akan pernah bisa mengabulkannya, selain karena dirinya yang memang tidak ingin menikah lagi juga karena dia memikirkan Raina, memangnya Raina mau menikah dengan duda beranak empat sepertinya?

Maka dari itu, daripada harapan Lula semakin besar dan hal itu akan melukai hatinya, Marcel lebih memilih untuk bersikap tegas pada anaknya itu dengan melarangnya bertemu dengan Raina beberapa hari terakhir. Tapi hal itu justru membuat Lula marah dan melakukan aksi mogok makan hingga berujung dirinya sakit seperti ini. Sebagai seorang Ayah, Marcel tentu merasa gagal menjadi Ayah bagi Lula

Di lain sisi, kini Raina sudah berada di dalam mobilnya menuju restoran yang sudah di pesan oleh Rafael, nama putra dari teman Ibunya itu. Raina lagi-lagi memijat pelipisnya yang semakin terasa pusing, sepertinya ia juga akan jatuh sakit kalau sudah seperti ini. Sekitar sepuluh menitan Raina berkendara akhirnya tiba juga di restoran bintang mewah yang akan menjadi tempatnya bertemu dengan Rafael

Raina keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam restoran tersebut, namun tidak seperti dugaannya. Restoran yang biasanya ramai ini entah kenapa menjadi sepi, hanya dirinya lah yang datang sebagai pengunjung

"Nona Raina?"

Raina menoleh saat seorang pelayan menghampirinya, Raina menaikkan satu alisnya, bagaimana bisa pelayan itu tahu namanya. Tapi karena tidak mau ambil pusing, Raina mengangguk saja "Iya?"

"Tuan muda sudah menunggu di dalam, mari saya antar"

Tuan muda? otak Raina langsung berfikir keras, apakah mungkin Rafael adalah anak dari pemilik restoran ini?. Raina mengedikkan bahunya dan mengikuti langkah pelayan tersebut. Hingga sampailah di ruangan yang sepertinya adalah ruangan VIP di restoran mewah ini. Raina di persilahkan masuk ke dalam, baru saja Raina melangkah masuk, seorang laki-laki tampan tiba-tiba muncul di hadapannya

"Selamat datang Raina" Ucapnya menyambut kedatangan Raina

Raina menyipitkan matanya, entah kenapa laki-laki di hadapannya itu seperti tidak asing di matanya "Tunggu! kamu bukannya-"

Rafael tersenyum "Ternyata kamu masih inget ya? aku Rafael temen kecilmu dulu" Raina seketika menutup mulutnya tak percaya, bodohnya ia lupa dengan nama teman kecilnya dulu yang ternyata adalah Rafael

Keduanya berpelukan beberapa detik untuk melepas rindu, dulu mereka adalah sahabat bersama dengan Seana juga. Sudah lama sejak Rafael pindah ke London dan ini adalah pertemuan pertama mereka lagi. Raina masih tidak percaya dengan siapa yang ada di hadapannya ini "Kok Ibu nggak bilang kalau itu kamu?"

"Sengaja, biar jadi kejutan"

Raina geleng-geleng kepala "Ada-ada aja"

Sebelum mempersilahkan Raina duduk, Rafael menyuruh pelayannya untuk pergi meninggalkan mereka berdua "Udah lama kita nggak jumpa tapi kamu tetep cantik kayak dulu ya Rai, bahkan kamu lebih cantik dari pertemuan terakhir kita" Ucap Rafael

Raina terkekeh "Kamu juga tambah ganteng, nggak gendut kayak dulu lagi" Ucapnya bercanda, meskipun sudah lama tidak bertemu tapi mereka masih nyambung jika mengobrol

"Iya lah, emangnya kamu! dari dulu sampai sekarang masih aja kerempeng"

Raina mendelik "Enak aja! berat badanku udah naik asal kamu tau"

"Masa sih? tapi tetep kurus gitu"

"Ayolah Raf, ini bukan kurus tapi langsing. banyak perempuan di luar sana yang pengen punya badan kayak aku ini" Rafael hanya tertawa saja menanggapi ucapan Raina

"Oh ya, by the way sejak kapan kamu pulang ke Indonesia?" Tanya Raina

"Sebenernya aku udah pulang dua bulan yang lalu, tapi-"

"Udah dua bulan dan kamu nggak ada ngasih tau aku ataupun Sea?!"

Rafael meletakkan jari telunjuknya di depan bibir "Husttt dengerin aku dulu Rai" Raina mengangguk "Aku emang pulang ke Indonesia dari dua bulan yang lalu, tapi aku sibuk ngurus semua keperluanku dan belum lagi Papa nyuruh aku buat ngurus perusahaan dan Restoran ini jadi aku baru ada waktu sekarang ketemu sama kamu"

Raina mengangguk faham "Tapi kenapa cuma aku yang kamu ajak ketemu? Seana?"

"Bisa-bisa Jeffry ngamuk kalau aku ajak Seana keluar"

"Kamu kenal suami Sea?"

Rafael terkekeh "Bukan kenal lagi Rai, Jeff itu temen satu universitasku dulu, kita bahkan udah sahabatan selama bertahun-tahun " Lagi-lagi Raina hanya di buat melongo dengan fakta-fakta yang baru ia dengar ini, tapi tidak heran sih karena Jeffry pun dulunya sempat tinggal di luar negeri

"Lagipula aku sama Sea udah pernah ketemu beberapa kali"

Raina mendelik lagi "Kok Sea nggak pernah cerita apapun ke aku?"

"Aku yang nyuruh dia buat nggak bilang ke kamu, karena aku mau ketemu kamu secara langsung dulu" Ucap Rafael yang lagi-lagi membuat Raina geleng-geleng kepala

"Kamu sama Sea ternyata sam- shh" Raina meringis ketika kepalanya lagi-lagi terasa sangat sakit. Melihat Raina kesakitan, Rafael tentu saja menjadi sangat khawatir

"Rai? Kamu kenapa? Heyy, kamu sakit?" Rafael berdiri mendekati Raina, laki-laki benar-benar khawatir dengan keadaan sahabatnya itu "Kita ke rumah sakit aja ya? kayaknya kamu beneran lagi sakit" Ucapnya setelah menyentuh kening wanita itu

Raina menggeleng "Nggak usah Raf, aku nggak apa-apa kok"

"Nggak apa-apa gimana?! muka kamu jadi pucet begitu!"

"Tapi beneran aku nggak apa-apa, cuma kecapean aja kayaknya"

Mau tidak mau Rafael hanya menuruti perkataan Raina "Ya udah kalau begitu makan dulu abis itu kita pulang aja, biar aku yang bawa mobilnya"

"Nggak perlu Rafa, aku bisa bawa mobil sendiri"

"Mana ada! kamu aja lagi sakit begitu kok, gimana kalau terjadi apa-apa di jalan? aku nggak mau kalau sampe terjadi hal-hal buruk sama kamu ya Rai" Akhirnya Raina mengalah dan menuruti semua permintaan Rafael


***

Di dalam ruangan serba putih, Lula terbaring lemah dengan selang infus di tangannya. Marcel menatap sendu wajah putrinya yang kini sedang memejamkan matanya, Marcel mengusap lembut jemari putri kesayangannya itu, sekali lagi dirinya gagal menjaga sang buah hati.

"Maafin Ayah ya sayang, harusnya Ayah nggak larang kamu ketemu Raina"

Zerga menatap malas pada Ayahnya yang lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri atas sakitnya Lula. Padahal menurut mereka, ini semua adalah salah Raina karena Raina sudah mencuci otak Lula dan membuat Lula marah ketika Marcel melarangnya bertemu dengan Raina

"Gitu aja terus, lama-lama Ayah juga bakal kemakan sama wanita itu" Shaka dan Naka menatap Kakaknya yang baru saja berucap. Ketiganya duduk di sofa ruangan VVIP itu, sedangkan Ayah mereka duduk di kursi yang ada di samping ranjang Lula

"Kayaknya Tante Raina udah kasih jompa jampe deh bang ke makanan Lula, makanya dia bisa senekat itu" Ucap Shaka

"Mana ada di jaman sekarang kayak gitu, lagian Tante Raina kelihatannya orang berpendidikan jadi nggak mungkin lah ngelakuin hal begitu" Zerga dan Shaka seketika menatap Naka dengan penuh curiga

"Kok Lo jadi belain Tante Raina? jangan-jangan Lo juga udah kena mantranya" Zerga hendak menempelkan punggung tangannya di kening Naka tapi langsung di tepis oleh Naka

"Gue cuma berpendapat"

"Pendapat Lo nggak bermutu" Jawab Zerga

Naka menatap kakak dan adiknya dengan tatapan datar "Kita terlalu berlebihan, yang mau Tante Raina nikah sama Ayah itu Lula bukan Tante Rainanya sendiri. Lagian, emangnya dia mau sama Ayah kita yang jelas-jelas duda anak empat?"

"Ya kalau kaya mah udah pasti mau, secara Ayah kita kan orang kaya tujuh turunan tujuh tanjakan jadi siapa yang nggak mau coba?" Tanya Zerga

Shaka setuju "Ayah juga masih terlalu ganteng buat di sebut bapak-bapak umur empat puluh tahunan"

"Tapi kan Tante Raina juga udah kaya, buktinya dia bisa beli Penthouse pake uangnya sendiri" Ucap Naka

"Jadi intinya Lo mau dukung kalo semisal Ayah sama dia?" Tanya Zerga to the poin

Naka mengedikkan bahunya "Ya kalau mereka sama-sama mau, Gue bakal terima-terima aja mulai sekarang, lagian mau ngelarang pun percuma, beckingannya si anak bungsu"

"Kalian ini lagi ngomongin apa sebenernya?" Ketiganya menoleh saat suara sang Ayah menginterupsi, dan ternyata Lula juga sudah bangun dari tidurnya

Naka menggeleng "Nggak ada kok Yah, ini lagi ngomongin soal bola" Ucapnya berbohong

Marcel geleng-geleng kepala "Shaka, tolong ambilin nampan makanan itu dong" Ucapnya sambil menunjuk nampan makanan yang terletak di atas meja. Shaka mengangguk dan mengambilkan nampan tersebut kemudian di serahkan ke tangan Marcel

"Aku nggak mau makan"

Marcel menatap putrinya dengan tatapan garang "Mau tambah sakit? katanya nggak suka tidur di sini? kalau nggak makan bisa-bisa kamu tambah lama tidur di sini nya" Ucapnya

Namun Lula tetap keras kepala, ia dengan sengaja menutup mulutnya menggunakan kedua tangan "Aku mau makan kalau di siapin sama Tante Raina"

"Lula jangan kayak anak kecil, makan biar kamu cepet sembuh" Tegur Zerga yang memang memiliki kesabaran setipis tisu

"Makan ya?" Tanya Marcel lagi, tapi Lula masih kekeh pada pendiriannya

"Tante Raina dulu"

"Lula!"

"Kalau gitu aku nggak mau makan! biar mati sekalian"

Marcel menghela nafasnya, memiliki seorang putri berusia remaja memang harus menebalkan kesabaran "Tapi janji kalau Tante Raina udah di sini kamu mau makan?" Lula mengangguk mantap

"Janji"

Setelah itu, Marcel langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Raina

"Yah, beneran mau manggil dia?" Tanya Zerga, tapi Marcel mengabaikannya

Sedang di luar sana, Raina yang sedang memejamkan matanya di dalam mobil seketika terbangun kala dering ponsel berbunyi nyaring. Rafael yang ada di sampingnya ikut menatap ke arah ponsel tersebut

'Marcel'

Nama tersebut muncul di layar ponsel Raina, Rafael jadi penasaran siapakah orang bernama Marcel itu dan kenapa dia menelpon malam-malam begini

"Halo?"

"..."

Rafael hanya diam sembari menyimak perbincangan Raina dengan orang bernama Marcel itu

"Aku?"

"..."

"Oh oke oke, iya tunggu sebentar ya"

"..."

Setelah sambungan terputus, Rafael memberanikan diri untuk bertanya pada Raina "Siapa Rai?"

"Rafa puter balik, kita ke rumah sakit sekarang"

"Loh? bukannya kamu udah selesai? kenapa ke rumah sakit lagi? Kamu juga lagi nggak enak badan Rai" Ucap Rafael

"Please Raf, ini penting"

"Tapi sebentar lagi kita sampe loh?"

"Ada yang butuh aku"

"Butuh banget emangnya?"

"Menurut kamu?"

Rafael mengangguk, kemudian menuruti permintaan Raina dan memutar arah menuju ke rumah sakit. Padahal keadaan Raina tidak dalam kondisi fit tapi tetap saja wanita itu keras kepala. Rafael jadi semakin penasaran siapakah orang tadi, kalau dari pihak rumah sakit kenapa tidak ada embel-embel dokter atau perawat di nama kontaknya

Sekitar tiga puluh menit kemudian, keduanya sampai. Raina berjalan terlebih dahulu dan Rafael mengikutinya dari belakang, laki-laki itu sengaja mengikuti karena ingin tahu siapa laki-laki bernama Marcel tadi. Hingga tibalah mereka di satu ruangan, tanpa fikir panjang Raina membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalamnya diikuti oleh Rafael

"Tante Raina!"

Lula tersenyum lebar saat mengetahui kedatangan Raina, Marcel juga ikut tersenyum melihat betapa bahagianya sang anak setelah bertemu dengan Raina. Sedangkan ketiga anak laki-laki yang duduk di sofa hanya diam tak bersuara, tapi pandangan mereka juga mengarah pada laki-laki yang ikut masuk bersama dengan Raina

Raina duduk di kursi yang sebelumnya di duduki oleh Marcel "Anak nakal, lain kali makan yang bener biar nggak sakit"

"Aku cuma mau makan kalau Tante yang suapin aku" Raina geleng-geleng kepala tapi kemudian mengambil alih nampan makanan yang ada di atas nakas, dia mulai menyuapi Lula

"Om itu siapa Tante?" Tanya Lula sambil menatap Rafael yang berdiri di depan pintu

Raina langsung menoleh ke belakang, saking fokusnya berjalan ia sampai tidak menyadari kalau Rafael mengikutinya hingga sampai ke ruangan itu "Kamu ikut ke sini Raf?" Rafael mengangguk kemudian berjalan mendekat

"Dia temen Tante, namanya Rafael tapi lebih sering di panggil Rafa" Ucap Raina memperkenalkan Rafael pada Lula dan yang lainnya

"Halo anak manis" Sapa Rafael pada Lula, namun tak ditanggapi

"Oh iya Raf, mereka ini tinggal di Penthouse yang sama kayak aku" Rafael hanya mengangguk

Tatapan Rafael mengarah pada Marcel yang sedari tadi hanya diam saja "Sepertinya Saya pernah ketemu sama anda" Ucapnya

Marcel menaikkan satu alisnya "Oh ya?"

Rafael mengangguk "Anda salah satu clien Papa Saya, William Robert"

Marcel mengangguk "Ah kamu anak Pak Willi? pantas saja kayak agak familiar"

Rafael tersenyum kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Marcel "Salam kenal, Saya Rafael Robert"

Marcel membalas uluran tangan tersebut "Salam kenal juga, Marcel"

"Dunia emang sempit ya, saya nggak nyangka ternyata kita masih saling berhubungan" Rafael memang tipe orang yang mudah bergaul jadi dia tidak akan kehabisan topik jika bertemu dengan orang-orang baru

Marcel mengangguk "Saya juga nggak nyangka kalau kamu temannya Raina, saya fikir Raina nggak punya teman laki-laki" Raina ikut tersenyum melihat keduanya akrab

"Saya memang teman Raina, tapi sebentar lagi bakal jadi suaminya jadi kemungkinan kita bisa lebih sering ketemu" Tidak hanya Raina, tapi semua yang ada di ruangan itu ikut terkejut dengan apa yang Rafael katakan

"Rafa jangan ngaco deh!" Ucap Raina yang merasa malu, sebenarnya Rafael sudah menceritakan apa maksud dirinya menemui Raina, tapi Raina juga belum bisa memastikan apapun karena dirinya hanya menganggap Rafael sebagai sahabat, tidak lebih

"Tante mau nikah sama Om Rafa?" Tanya Lula, jujur hatinya sakit

Raina tersenyum "Jangan dengerin dia, dia emang suka ngaco kalo ngomong"

Rafael terkekeh "Aamiin-in aja kenapa sih Rai" Tapi sebenarnya dia bicara seperti tadi pun hanya berniat bercanda, karena sepertinya dia tidak tahu kalau candaannya itu membuat seorang anak menjadi patah hati

________________________________________________

Adakah yang potek hatinya seperti Lula? whahahah maapkan ya guys, soalnya kalo nggak ada orang ketiganya nggak seruu

Jangan lupa untuk vote dan komennya yaaa

Selamat hari libur

Baabayyy

Rafael Robert

Continua a leggere

Ti piacerà anche

1.7K 275 4
[ HUNSOO - JENKAI ] "Jean capek, cari sugar daddy aja yuk!" Jisyana dan Jeanne merupakan mahasiswi yang baru saja lulus dari jenjang perkuliahan mere...
1.7K 236 10
"Kau persis seperti bunga matahari, meski diterpa teriknya panas kau tetap terlihat indah" -Stiven Sebasta. "Namun, kau lupa akan sesuatu. Bahwa bun...
842K 31.7K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
KIBLAT CINTA Da Awaliarrahman

Narrativa generale

17.2M 823K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...