DELACEY & HER GUARDIAN

By sangrupawan

102K 10K 22K

❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞ ❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna tast... More

⋆༺ PROLOGUE ༻⋆
⋆༺ 01 - STRANGERS?
⋆༺ 02 - BODYGUARD
⋆༺ 03 - D FOR DIRTY
⋆༺ 04 - HOME FUCKING WORK
⋆༺ 05 - BETTER THAN HIM
⋆༺ 06 - ON A DATE?
⋆༺ 07 - SWEET MESSAGE
⋆༺ 08 - HELL
⋆༺ 09 - F'CK HIM
⋆༺ 10 - BEFORE PARTY
⋆༺ 11 - HALLOWEEN PARTY
⋆༺ 12 - BROKE UP
⋆༺ 13 - NIGHTMARE
⋆༺ 14 - FLASHBACK
⋆༺ 15 - BLACK TULIPS
⋆༺ 16 - NASTY
⋆༺ 17 - I LOVE KISSES!
⋆༺ 18 - PUNISHMENT AND FIGHTING
⋆༺ 19 - DELACEY VS SAKURA
⋆༺ 20 - MY HEART BELONGS TO YOU
⋆༺ 21 - WISHLIST
⋆༺ 22 - THE AMUSEMENT PARK & BEACH
⋆༺ 24 - BURIAL

⋆༺ 23 - TRIP TO HELL

2K 229 1K
By sangrupawan

1K nya dulu baru fast update! ·˚₊· ͟͟͞͞꒰➳
________________________________

"Tara! Jadi! Cookies babi buatan Delly!"

Perempuan yang terpaut lebih tua tiga tahun dari Delacey lantas melihat ke arah adiknya sambil bertepuk tangan lembut disertai senyuman hangatnya. "Yey. Great job, Delly," lontarnya mengelus puncak kepala Delacey.

Mata Delacey berbinar. "Kira-kira Jevy suka gak ya sama cookies buatan gue, Kak? Gimana kalau gue kasih malah dia gak suka dan dibuang."

"Kalau dia berani buang, bilang ke gue. Biar gue pukul tuh bocah," sahut perempuan berambut sebahu dicat pirang bergelombang. "Eh. Jangan dong, Kak. Kalau Jevy terluka 'kan gue yang sedih."

Perempuan tinggi di sebelah Delacey nyaris tertawa mendengarkan jawaban adiknya. "Jawaban lo kedengeran menggelikan. Kecil-kecil udah bucin. Dasar."

"Ih! Gue udah besar ya, Kak! Udah anak SMP! Emangnya Kakak doang yang boleh punya cowok! Lagian calon cowokku jauh lebih ganteng dari pacar Kak Gisella!" protes Delacey berkacak pinggang. "Jadi jangan seenak—ihh!" ucapan Delacey terpotong sebab kakaknya tiba-tiba mencium pipiya gemas cukup lama. "Kenapa Kak Gisell nyium gue?! Geli ih!"

Gisella terkekeh. "Udah, mending lo siap-siap buat berangkat ke sekolah biar gak telat. Biar gue yang masukin dan tata rapi cookiesnya ke toples."

Delacey tersenyum lebar kemudian memeluk kencang tubuh kakak perempuannya yang rela bangun lebih pagi untuk membantunya membuat pig cookies yang ingin diberikan kepada laki-laki yang dikagumi oleh Delacey. "Thank a bunch, Kak! Nanti gue beliin apapun deh, Kak. Mau sepatu, parfum, baju, handphone, apapun itu. Tapi pake duit Papi, hehe. I love you, Big Sister!"

Gisella balas memeluk Delacey. "I love you more, my lil sis."

Ingatan lama tentang seseorang yang amat Delacey sayangi terlintas, mengundang air mata dari cewek yang memejamkan mata dengan sempurna. Kenangan-kenangan sebelum dunianya hancur muncul seperti rekaman ulang adegan film yang diputar di kepala, sekaligus membangkitkan rasa sakit dan luka yang selama ini Delacey berusaha mati-matian menguburnya.

Baik itu kenangan indah maupun buruk, akan tetap menyakitkan. Sebab kenangan yang teringat itu adalah momen bersama seseorang dari semesta berbeda dengannya. Seseorang yang telah pergi jauh dan tak pernah lagi kembali. Sekalipun Delacey selalu mengharapkan kemustahilan itu.

Tetapi ia tahu, itu tidak akan pernah terjadi.

Gisella, Kakaknya, tidak akan pernah kembali.

"Sely...Sely..." Delacey bergumam sambil membuka mata. Semula pandangan dan pendengarannya begitu samar sampai di detik berikutnya ia sadar apabila dirinya ada di dalam mobil dengan seorang pengemudi di depannya.

Delacey mengernyit lesu. "J-Jev?"

Kesadarannya masih berproses untuk terkumpul sempurna, cewek itu hendak mendekat ke pengemudi hingga merasakan tangannya tidak leluasa bergerak. Segera, Delacey menoleh ke arah tangannya. Ia terbelalak, kedua tangannya ternyata diikat kuat dengan tali. "Fuck...."

Kesadarannya langsung kembali, Delacey ingat apa yang terjadi sebelumnya. Di mana seseorang yang tidak ia ketahui siapa, tiba-tiba muncul dari belakang dan membekap mulutnya sambil menariknya menjauh hingga ia tidak sadarkan diri setelahnya ketika Jeaven sedang bertarung dengan Oscar.

"Sialan!" pekik Delacey. "Who the fuck are you?! Lepasin gue, anjing! Mau apa lo sama gue?! Lepasin gue!" Delacey memandang pengemudi yang membawa mobil itu dari spion dalam, mendapati sosok misterius serba gelap. Topi, masker, dan kacamata berhasil menutupi wajah pengendara itu. "Woi, Sialan! Siapa lo, Anjing?!"

Pengemudi itu membisu. Tidak ada sedikit pun niat menjawab pekikan dari Delacey.

Delacey teringat lagi dengan sesuatu yang terjadi sebelumnya. Di mana Oscar yang muncul lebih dulu untuk mengalihkan perhatian Jeaven darinya. Bisa Delacey pastikan, ini merupakan rencana dari mantannya yang dendam terhadapnya.

"Fuck. Lo pasti anak buahnya Oscar 'kan?! Dasar Oscar banci. Salah sendiri tapi mau balas dendam, dasar anjing emang! Let me fucking go!" gerutu Delacey tapi sama sekali tidak digubris pengemudi misterius itu.

"Lo beneran anak buahnya Oscar 'kan?!" teriak Delacey sembari memberontak, ingin melepaskan diri dari ikatannya. "Dibayar berapa lo sama Oscar buat lakuin ini ke gue? Gue bayar lebih gede deh. Dua. Gak, sepuluh kali lipat! Jadi lepasin gue sekarang kalau lo mau duit lebih banyak!"

Alih-alih menyahut, pengemudi itu tiba-tiba tertawa keras. Nadanya terdengar jahat dan mengerikan, sukses membuat Delacey setengah merinding. "Apasih, gak usah ketawa kayak gitu!" komentar Delacey sembari menelan saliva karena sedikit membuatnya takut dan gelisah.

"Anak buah Oscar? Dibayar? So funny." Sosok itu kembali tertawa tetapi dalam sekejap, tawanya berhenti. "Yang ada, bocah ingusan itu bawahan gue."

Fuck.

Delacey menatap waswas. Salivanya tertelan susah payah. Lagi. "Siapa... lo?"

"Who am I?" Suara sosok itu terdengar semakin rendah dan tajam. "You really don't remember me, Delly?"

Perasaan Delacey seketika tidak enak. Firasatnya mengatakan bahwa orang yang sedang membawanya entah kemana ini adalah musuh besarnya yang tidak ia ingat siapa. Delacey yang semula berani berteriak seperti macan meminta dilepaskan, seketika menciut bahkan keringat dingin tubuhnya menetes keluar. Dengan rasa takut, Delacey diam-diam berusaha melepaskan kedua tangannya dari ikatan.

"Delly."

Sial. Ketika sosok itu menyebut nama akrabnya, bulu kuduknya meremang. Merinding sekali mendengarkannya. Seperti bisikan dari mahluk halus yang berusaha mengganggu atau... seperti psikopat yang sedang berbicara dengan target sasarannya.

"Delly." Pengemudi itu berbicara lagi. "You really don't remember me?"

Delacey tidak menyahut. Ia merasa dirinya berada di zona berbahaya dengan suasana amat mencekam. Mungkin saja, orang yang bersamanya adalah pembunuh berdarah dingin.

"You really don't remember me?"

Delacey tetap tidak menjawab pertanyaan berulang itu.

"YOU REALLY DON'T REMEMBER ME, FUCKING BITCH?!"

Dan entah mengapa sosok itu tiba-tiba berteriak sehingga membuatnya ikut berteriak, "I DON'T REMEMBER YOU, ASSHOLE! Don't you dare shout at me like that!" balas Delacey gemetaran. Rasa takut masih ada dalam dirinya, hanya saja ia berusaha menyembunyikannya.

"Cool." Sosok itu kembali tertawa seperti iblis. "So I'll make you remember me in a great way. Wait for that, Delly."

Bibir Delacey bergetar. "What the hell... do you mean?"

"I'll kill you."

Kedua kelopak mata Delacey melebar. "A-APA?!"

"Ada sesuatu yang ingin lo sampaikan?" Sosok itu menoleh ke belakang sekilas. "Sebelum dunia lo berakhir."

"Lepasin gue! LEPASIN GUE!" lawan Delacey tapi tidak kunjung berhasil melepaskan dirinya dari ikatan yang menahannya sedari tadi.

"Yah, kurang lebih begitulah rasanya terjebak dalam tahanan yang tidak diinginkan." Orang itu lagi-lagi mengeluarkan tawanya. "Sebentar lagi mobil ini akan mengantar lo ke lautan paling dalam. Enjoy your trip."

"A-apa lo bilang?!" Delacey menoleh ke jendela, menyadari jika kini mereka sedang melintasi dermaga besar di mana ujungnya adalah lautan. "Lepasin gue! Lepasin gue bangsat!" Air mata ketakutan langsung berhambur jatuh. Badannya gemetar panik sembari terus berusaha memberontak untuk membebaskan dirinya.

"Selamat tinggal, Delly."

"S-sial... LEPASIN GUE! LEPASIN GUE BAJINGAN!"

"Hiduplah di neraka dengan tenang."

Pengemudi itu tiba-tiba saja membuka pintu dan melompat turun, membiarkan mobil yang ia kendarai sebelumnya terus melaju dengan kecepatan tinggi. Di dalam sana, Delacey terus menjerit dan berteriak nyaring. Sampai pekikannya tidak lagi terdengar ketika mobil hitam itu terjun bebas ke dalam laut tatkala mencapai ujung dermaga yang sungguh sepi.

Dengan tangan dan kaki masih terikat, Delacey memejamkan matanya di dalam mobil yang dipenuhi air masuk karena kendaraan itu kini tenggelam dalam laut yang sangat gelap. Delacey menahan napas sambil terus mencoba melepaskan ikatan tetapi tidak lama kemudian ia justru tidak sadarkan diri karena kekurangan oksigen.

Namun, seseorang menceburkan diri tidak lama setelahnya. Berenang cepat mencapai mobil besar tenggelam, menahan gadis yang nyawanya terancam.

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

"Delly..."

"Delacey sadarlah...."

"Delly..."

"Cutie Patootie."

Sayup-sayup suara berat itu menelusuri indra pendengaran Delacey yang akhirnya sukses membuka kembali matanya sambil mengeluarkan banyaknya air yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dengan terbatuk-batuk.

Menyadari akhirnya Delacey siuman, lelaki yang memberikan napas buatan yang kini basah kuyup—sebab menceburkan diri untuk menyelamatkan Delacey sambil bersusah payah mengeluarkan cewek itu dari mobil yang tenggelam sebelum membawanya kembali naik ke permukaan—langsung memeluk erat Delacey dengan gemetaran saking khawatirnya.

Untung saja, ia tidak terlambat menyelamatkan perempuan itu.

Sementara Delacey hanya berdiam dalam pelukan lelaki itu, Jeaven. Cewek itu masih cukup syok dengan sesuatu yang sedang ia hadapi. Seseorang baru saja berusaha membunuhnya. Fakta mengerikan yang sedang Delacey coba terima.

Jeaven memeluk perempuan itu kencang dengan badan gemetaran akibat menggigil dingin sekaligus dikuasai oleh kecemasan tingkat akut. "Maaf. Maafin gue. Maafin Jevy, Delly. Maaf," lontar Jeaven dengan rasa bersalah yang sangat tinggi.

Saking khawatirnya, air mata Jeaven sampai jatuh. "Maafin Jeaven, Sayang."

Jeaven menguatkan pelukannya, sekuat perasaan takutnya untuk kehilangan gadis yang kini menjadi bagian dari dunianya.

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

"Gue baik-baik aja. Lo gak seharusnya bawa gue ke rumah sakit," ujar Delacey yang kini sudah terbaring di atas ranjang empuk salah kamar rumah sakit VIP dengan segala fasilitas lengkap layaknya kamar hotel.

Jeaven yang duduk di sebelah Delacey, hanya terdiam dengan tatapan tidak lepas memandangi cewek itu. Tatapan matanya menyiratkan rasa bersalah yang amat besar.

"Dan..." Delacey menyadari jika Jeaven masih mengenakan pakaian yang basah kuyup tadi. "Lo gak mau ganti baju dulu? Basah. Entar lo sakit."

"I don't wanna leave you again, not even for a second."

"Gak usah berlebihan. Ganti baju lo dulu."

"Berlebihan?" Jeaven memijat keningnya. "You almost fucking died, Delly. Lo hampir mati. Gue gak bisa bayangin kalau itu terjadi sungguhan. Kalau itu terjadi, gue gak akan bisa maafin diri gue seumur hidup."

"Kenapa? Kalau itu terjadi 'kan... itu bukan salah lo."

"My fucking mistake," sahut Jeaven cepat. "Gue udah punya komitmen buat jagain lo. Tapi gue justru... gagal."

"Lo gak gagal, Jev." Delacey memegang tangan Jeaven secara otomatis. Delacey menyadari jika tangan lelaki itu gemetaran, entah karena kedinginan atau saking khawatirnya. "Gue belum mati. Jangan dramatis. "

Dan mengetahui betapa cemasnya Jeaven, entah mengapa cukup membuat Delacey merasa sedikit senang. Ada seseorang yang merasa takut ia terluka.

"Maaf."

"Sekali lagi lo minta maaf, gue yang bunuh lo," ancam Delacey sambil mengencangkan tangannya yang masih menggenggam pergelangan besar tangan Jeaven.

Tangan Jeaven yang tidak digenggam Delacey kemudian turut memegang tangan perempuan itu. Tatapan rasa bersalahnya berubah dalam sekejap menjadi tajam dan mengintimidasi. Tatapan dendam yang tertuju kepada orang yang harus bertanggung jawab akan perbuatannya.

"Gue bakal cari orang yang udah coba nyakitin lo. Gue bakal buat dia menerima balasan for what he had done. I'll kick him to fucking hell," katanya berintonasi dingin.

Sesaat Delacey terdiam selama beberapa saat sebelum cewek itu mencari keberadaan ponselnya yang ternyata ada di atas nakas brankar sebelahnya. Ia mengambil benda itu, mencari sesuatu di sana sebentar, sebelum memberikannya hati-hati kepada Jeaven. "Sebenarnya... Lately gue dapat pesan-pesan aneh."

Tanpa pikir panjang, Jeaven langsung membaca pesan dari nomor-nomor berbeda. Membaca pesan misterius itu, sanggup membuat Jeaven mengetatkan rahangnya murka.

"That bastard," umpat Jeaven tidak tahan.

Delacey menelan ludahnya, menatap Jeaven intens. "Dan... gue tau siapa orangnya. Orang yang punya dendam sama gue."

***

Sosok misterius serba hitam yang beberapa saat lalu dengan kejam menenggelamkan seseorang dengan mobil curian, kini dengan santai mengisap sebatang rokok di atas rooftop gedung sambil memperhatikan pemandangan suasana kota malam hari disertai tawa aneh dari bibirnya yang tertutup masker.

"Jadi dia belum mati? Terus... gimana selanjutnya? Sial. Setelah ini cowok sialan itu pasti bakalan nyeret gue ke penjara! Delacey gak mati, gue di penjara! Sial! Seharusnya gue gak denger—"

"SHUT THE FUCK UP!"

Keluhan Oscar langsung terhenti begitu sosok itu membentaknya. Orang itu kemudian menoleh ke arah Oscar yang sudah cacingan saking paniknya.

"Sekali lagi lo berteriak..." Sosok itu menatap Oscar nyalang. Mengarahkan rokoknya ke wajah Oscar yang membuat Oscar mundur dan hampir saja jatuh sebab nyaris mencapai ujung. "Gue yang bakal bunuh lo di sini."

Oscar meneguk ludahnya takut.

Sosok itu menyeringai. "Gue tau dia gak mati sekarang. Tadi itu hanya pemanasan saja." Tawa licik kembali keluar dari orang itu disertai tatapan mautnya. "Lihat saja setelah ini, apa yang bakal gue lakukan."

𝄡𝄢𓆩TO BE CONTINUED𓆪𝄡𝄢

400 vote and 1k comments for
next baby ྀ࿐ ˊˎ-

menurut kalian siapa yang coba bunuh Delacey?

bagaimana chapter kali ini? kasih pendapatnya dong.

tembus target langsung update! <3 bantu promosi cerita ini yuk, biar dikenal dan diketahui sama yang lainnya! ^^

oh yaa! jangan lupa cek cerita baru bro yang berjudul "RIVERTALE" 🔞

BLURB:

Lupakan segala hal tentang malam itu. Just pretend it never happened.

How could I forget everything about that night when you were so hot, brother. Seraphine tersenyum nakal, tangannya bergerak meraba dada River.

Seraphine, stop... River menahan napas. Or you will regret it.

Seraphine menyeringai. Tangan nakalnya tidak berhenti. So, make me regret it.  Make me sweat in your hell.

***

River pernah melepaskan gaun perempuan itu, sempat memandang betapa indah tubuh tanpa tertutup sehelai kain itu, hingga menjelajahinya sampai puncak. Namun, River tidak menyangka apabila perempuan berambut merah itu ternyata adalah saudari tirinya.

***

update secepatnya kalau tembus target, bantu share cerita ini ke media sosial kalian ya! thanks everyone!

spam next di sini ˚ · .

jangan lupa follow ya buat informasi
lebih lanjut!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 66.4K 15
Anggara sosok sempurna dan tidak akan ada yang percaya jika faktanya laki-laki itu 'cinta mati' dengan Bella, gadis cantik yang selalu jadi pusat per...
2.3M 111K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
38.4K 4.9K 4
Berawal dari takut kehilangan membuatnya menjadi posesif hingga berakhir obsesi. 𝑫𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓�...
DARK MAN PYSCHO By GenjiSeiha

Mystery / Thriller

216K 2.4K 8
#Darkness Series 1 ( Adult content ) Dunia mengenalnya sebagai Ziro Statham Blunjuke. New York memuja ketampanannya. Tersihir oleh kebaikannya dan te...