Sweet Friend (Xodiac SingZay)

SugaJennie24 tarafından

25.7K 2.8K 5.1K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... Daha Fazla

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan

Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua

376 38 85
SugaJennie24 tarafından

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Sing Seng Song:
"Chagiya, kau di mana?"

Pesan dari Sing, membuat mata Zayyan terbelalak. Pasalnya bukan hanya berisi kalimat pertanyaan, namun Sing turut menyertakan gambar-gambar yang diposting oleh Leo juga di dalam pesan tersebut.

"Aduh, aku harus jawab apa nih?" Batin Zayyan ketar-ketir.

Setelah berpikir sejenak, akhirnya Zayyan pun membalas pesan Sing tersebut.

Zayyan:
"Aku sedang menemani Leo jalan-jalan, soalnya dia bilang lagi suntuk, jadi aku temani. Dan tadi kami berfoto di photobox, itu karena nggak sengaja lewat, jadinya kami sekalian mampir, meski nggak direncanain sama sekali."

Sing Seng Song:
"Tapi kenapa harus senempel dan semesra itu posenya?"

"Waduh," Zayyan kembali harus berpikir keras, bagaimana menjawab pesan tersebut.

Lalu kemudian, ia pun membalasnya lagi.

Zayyan :
"Itu nggak mesra kok, biasa aja. Kamu jangan salah paham, Sing chagi. Kamu tau kan kalau aku sama adikmu sudah dekat sejak kecil, jadi ya pose kayak gitu cuma menandakan keakraban di antara kami saja."

Sing Seng Song:
"Oh."

"Tapi tetap saja, aku merasa pose kalian agak berlebihan. Apalagi dulu waktu aku mengajakmu ke photobox, kamu malah menolak."

Zayyan:
"Mianhae, nanti kalau kau sudah sembuh, aku mau kok pergi ke photobox sama kamu, chagi.

Sing Seng Song:
"Bener ya, janji?"

Zayyan:
"Iya, janji."

"Btw kamu sekarang di rumah sakit sama siapa?"

Sing Seng Song :
"Sama Dohyun Hyung."

Zayyan:
"Oh, syukurlah ada yang jagain kamu. Ya udah, ini kan sudah malam, mendingan kamu tidur, biar cepat pulih, jangan main hp terus."

Sing Seng Song:
"Kamu juga, cepatlah pulang dan istirahat! Pacarmu sedang sakit, kau malah kelayapan!"

Zayyan:
"Iya, ini juga udah mau pulang kok, chagi."

"Zayyan, kamu lagi chattingan sama siapa, sih?" Leo yang merasa cueki, karena Zayyan sibuk dengan ponselnya pun akhirnya menegurnya.

"Eh? Eng-gak sama siapa-siapa kok!" Elak Zayyan, tersentak.

"Bohong! Coba sini lihat handphone-mu!" Leo hendak merebut ponsel dari tangan Zayyan.

Reflek Zayyan pun segera menyembunyikan ponselnya ke belakang tubuhnya.

"Ja-Jangan! I-Iya, aku tadi lagi balasin pesan Gyumin. Soalnya si Gyumin tadi lagi nanyain kolor kesayangannya yang warna orange gambar puppy, katanya nggak ada di lemari. Terus aku suruh dia buat nyari di tempat baju kotor, eh nggak taunya ketemu, karena emang belum sempat dia cuci dari kemarin," Zayyan mengarang cerita dengan lancarnya.

Leo mengerutkan keningnya, curiga.

"Benar, itu pesan dari Gyumin?"

"Iya, benar! Nggak percaya amat sih kamu, Ouyin. Eh, btw pulang yuk, udah malam, aku ngantuk nih!" Zayyan segera mengalihkan pembicaraan.

Leo pun memeriksa jam tangannya, yang menunjukkan pukul 22.30 KST. Ia pun menghela napas, rasanya ia belum ingin pulang. Tapi karena sudah hampir larut malam, ia pun terpaksa menuruti permintaan Zayyan.

"Ya udah, yuk! Kita pulang!" Timpal Leo.

***

Mobil yang dikemudikan Leo berhenti di dekat gang, yang menuju ke apartemen Zayyan.

"Terimakasih ya, Ouyin, atas makan malamnya. Aku pulang ya. Selamat malam, bye!" Zayyan hendak turun, namun Leo menahan tangannya.

"Zayyan, tunggu!"

"Apa lagi?"

"Nggak kasih salam perpisahan dulu?"

"Ha? Kan udah barusan? Aku bilang 'selamat malam, bye', gitu. Kamu nggak dengar ya?"

"Bukan salam perpisahan seperti itu yang kumaksud."

"Terus yang kayak gimana?" Tanya Zayyan.

Leo pun mendekatkan wajahnya ke Zayyan.

Tapi hal itu malah membuat Zayyan was-was, pasalnya dirinya kini mengerti apa yang dimaksud Leo.

"Ouyin, jangan!" Zayyan menahan dada Leo.

"Kenapa??"

"A-Aku belum siap," Zayyan beralasan.

"Hh...," Leo mendesah kecewa. "Kenapa sih pakai acara belum siap segala? Kan kita sekarang udah pacaran? Kamu malu ya?"

Zayyan menunduk. "Aku benar-benar belum siap untuk melakukannya denganmu. Maaf," cicit Zayyan.

"Terus kapan siapnya? Kan ciuman doang?" Leo kesal.

Zayyan menggeleng. "Aku nggak tahu, kapan."

"Ck! Banyak alasan!"

"Mian, Ouyin-ah," Zayyan takut.

"Ya udah, buruan turun sana!" Ketus Leo.

Tanpa menunggu lama, Zayyan pun segera membuka pintu dan keluar. Lalu dia pun berlari memasuki gang.

Leo menatapnya dari dalam mobil dengan perasaan sebal sekaligus kecewa.

"Kenapa sih Zayyan nggak mau ciuman sama aku?" Geram Leo.

"Oke, kali ini aku masih biarin kamu dan kasih kamu kelonggaran. Tapi lain kali, aku pasti akan memaksamu, sekali pun kamu tidak mau. Lihat aja nanti, Zayyan!" Gumamnya lagi, sambil menatap tajam ke arah pintu gang tersebut.

***

Sesampainya di pertengahan gang, Zayyan pun berhenti sejenak.

"Hhh...hhh...hampir saja! Duh, untung Ouyin nggak jadi nyium aku. Kalau sampai tadi dia nyium bibir aku, maka aku pasti bakalan semakin bersalah pada Sing!" Gumam Zayyan sambil ngos-ngosan, sehabis berlari.

Kemudian ia pun melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

***

Kim Yong Min menghubungi Bona via telepon.

"Bona-yaa."

"Nde, Oppa?"

"Apa kau sudah melakukan apa yang kusuruh?"

"Sudah Oppa. Tadi aku sudah menjenguk Sing di rumah sakit. Kau keterlaluan sekali Oppa! Kenapa kau membuat Sing terluka parah? Kulihat tadi lukanya banyak sekali, meskipun kini sudah mengering."

"Yak! Apa perduliku memangnya? Siapa suruh dia melukai hatimu, itulah akibatnya jika berani menyakitimu!"

"Ck! Oppaa..!!"

"Lalu kau bilang apa padanya, hah?"

"Ya, lalu kubilang padanya bahwa Zayyanlah dalang di balik penganiyaan itu, seperti yang kau suruh."

"Bagus sekali, Bona! Kau memang pintar!"

"Apa sekarang kau puas, Oppa?"

"Ya, aku puas sekali. Karena dengan begitu, polisi tidak akan mencurigai kita hahaha...! Kita bebas haha...!" Kim Yong Min tertawa penuh kemenangan.

***

Di tengah malam yang dingin dan sepi, Zayyan berjalan mengendap-ngendap memasuki ruangan tempat Sing dirawat.

Dirinya melihat ke sekeliling ruangan, dan dilihatnya saat ini baik Dohyun mau pun Sing sama-sama telah tertidur.

"Bagus, Dohyun Hyung sedang tertidur pulas, jadi aku bisa melancarkan aksiku sekarang," batin Zayyan.

Zayyan lantas membangunkan Sing.

"Sing chagi, bangun...," ucapnya setengah berbisik sambil menepuk-nepuk pelan pipi Sing.

Namun sayangnya Sing tak kunjung bangun. Sepertinya tidurnya sangatlah pulas.

"Duh, kok nggak bangun-bangun sih. Gimana ini?" Zayyan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Ia pun mulai berpikir, mencari cara lain.

Hingga akhirnya sebuah ide pun muncul di benaknya. Dan ia pun segera melancarkan aksinya tersebut.

Tak lama kemudian, Zayyan pun kini telah berjalan di koridor rumah sakit yang sepi, karena waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam.

Dengan pelan-pelan dan hati-hati dirinya terus mendorong kursi roda yang diatasnya duduk Sing yang tengah tertidur, dengan selang infus ditangan kirinya yang telah dilepas dari tiangnya.

Koridor demi koridor pun ia lewati, walau harus sambil menahan dinginnya angin malam, meski dirinya telah mengenakan jaket tebal. Sementara Sing, Zayyan pun tak lupa menutupi tubuhnya dengan selimut rumah sakit.

Setibanya di depan rumah sakit, sebuah taksi online yang dipesannya tadi, sudah menunggunya di sana. Dan tanpa menunggu lama, Zayyan pun segera memasukkan Sing ke dalam mobil tersebut bersamanya, sementara kursi rodanya ia letakkan di bagasi mobil.

Selama di dalam perjalanan, Zayyan tak pernah sedetik pun melepaskan pelukannya pada Sing yang kepalanya ia sandarkan ke bahunya.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua setengah jam, mereka pun tiba di sebuah rumah tua yang sudah lama tak ditempati, yang letaknya di pinggir kota.

Zayyan menyewa rumah tua tersebut dengan harga murah pada seseorang via online, pada situs sewa rumah.

Zayyan membayar biaya taksinya, lalu membawa Sing masuk ke dalam rumah tersebut bersama kursi rodanya.

Dengan susah payah, akhirnya Zayyan berhasil membaringkan Sing ke atas sebuah ranjang tempat tidur, pada salah satu kamar.

Lalu kemudian, ia pun membaringkan dirinya di samping Sing, sambil memeluknya di dalam satu selimut yang sama.

Zayyan memandangi wajah damai Sing, lalu mengusapnya lembut.

"Sing chagi, maaf ya, kalau aku menculikmu. Aku terpaksa, soalnya...kalau tidak begini, keluargamu dan terutama Ouyin, pasti akan memisahkan kita," Zayyan berkeluh kesah.

Ia lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Sing.

"Aku takut banget, Sing. Aku takut kalau kita pisah lagi. Karena aku tahu keluargamu pasti tidak akan merestui hubungan kita."

"Apalagi sekarang, aku dan Ouyin...hh...," Zayyan tak sanggup meneruskan ucapannya lagi.

"Pokoknya aku hanya ingin lari dari mereka semua yang tak menyukai hubungan kita berdua."

"Dan aku juga nggak suka setiap kali melihat perhatian yang ditunjukkan oleh Dokter Hyunjin padamu. Karena menurutku perhatiannya terhadapmu itu terlalu berlebihan," Zayyan terus mengoceh pada Sing yang masih tertidur.

Lalu kemudian, Zayyan menengadah ke arah wajah Sing. Ia menegakkan posisi tubuhnya di atas Sing, sehingga kini wajahnya berada di atas wajah Sing.

"Sing, kamu ganteng banget sih," Zayyan menganggumi ketampanan Sing. "Biar pun masih ada bekas lukanya, tapi kamu tetap ganteng."

Zayyan memandangi wajah Sing seraya tersenyum. Wajahnya bersemu tatkala netranya kini tertuju pada bibir pink Sing.

Perlahan namun pasti, Zayyan pun dengan berani mengecup pelan bibir Sing.

Tak puas hanya sekali, kini Zayyan mengecupnya lagi, namun kali ini disertai sedikit lumatan. Ia tak berani lama-lama melumat, karena takut siempunya bibir nanti terbangun akibat ulahnya.

Lalu kini pandangannya pun turun ke leher jenjang Sing nan putih.

"Hmm...ahh, aku suka aroma tubuhmu Sing," Zayyan menghirup aroma tubuh Sing melalui lehernya. "Meski pun sedang sakit, tapi kau tetap wangi."

Kemudian pandangannya turun lagi ke dada bidangnya yang tertutupi pakaian rumah sakit.

Zayyan menelan ludahnya kasar. "Bolehkah aku melihatnya sedikit?" Batinnya.

Zayyan mulai tergoda untuk bertindak sedikit lebih nakal.

Perlahan jari jemarinya mulai membuka satu per satu kancing baju Sing.

"Ngeuh...," Sing melenguh. Rupanya perbuatan Zayyan kali ini, sedikit mengusik tidurnya.

Zayyan yang terkejut, segera menghentikan kegiatannya. Ia takut Sing memergoki perbuatannya. Ia lantas buru-buru mengancingkan lagi baju Sing yang baru terbuka setengah bagian itu.

Setelahnya Zayyan pun membaringkan dirinya lagi pada bantal di sebelah Sing, dan pura-pura tidur.

Namun setelah beberapa menit berlalu, Zayyan sama sekali tak merasakan adanya pergerakan atau mendengar suara Sing lagi. Dan anehnya ia malah mendengar suara Gyumin, walau terdengar sayup-sayup.

Sehingga akhirnya ia pun membuka matanya perlahan, untuk memastikan apakah Sing bangun atau tidak.

Dan di saat ia membuka matanya, tampaklah olehnya...

"Akhirnya bangun juga! Dari tadi dibangunin, sampai aku teriakin kamu nggak bangun-bangun!" Gyumin berdiri berkacak pinggang di samping tempat tidur, sambil mengomelinya.

"Ha??" Zayyan mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan melihat ruangan di kamar itu terlihat terang, akibat cahaya yang masuk melalui jendela kamar yang tirainya telah dibuka lebar oleh Gyumin.

"Moomin, aku di mana?? Kok udah terang, perasaan tadi masih malam deh?" Tanya Zayyan ling lung.

"Di planet Mars! Makanya terang benderang banget noh!" Sarkas Gyumin.

"Ha? Di planet Mars?? Te-Terus Sing di mana??" Zayyan menengok ke samping, dan tidak mendapati Sing di sana.

"Lah Sing bukannya masih di rumah sakit, ya? Aneh banget sih kamu! Udah bangunnya siang, bangun-bangun malah nanyain Sing di mana, lagi! Hadeuh!" Gyumin tepok jidat.

"Ha??"

"Hahehoh hahehoh mulu dari tadi! Buruan cepetan bangun! Si Leo udah nungguin kamu di ruang tv, noh!"

Zayyan terdiam, mencoba meraih kesadarannya dan mencerna situasi. Hingga akhirnya, ia pun tersadar bahwa dirinya saat ini berada di dalam kamarnya.

"Lalu Sing? Aigoo! Jadi yang tadi itu cuma mimpi?" Batin Zayyan kecewa.

Lalu ia melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 07:15.

"Aduh gawat aku kesiangan, harusnya aku udah dijalan menuju ke rumah sakit nih untuk nganterin sarapan buat Sing. Duuh...gimana ini, mana Ouyin juga pagi-pagi ke mari?" Batin Zayyan jadi panik sendiri.

"Leo? Di ruang tv? Ngapain?" Tanya Zayyan kemudian.

Gyumin mengedikkan bahunya. "Mana kutahu, tanya aja sendiri nanti dia mau ngapain. Soalnya tadi dia cuma bilang mau ketemu Zayyan, udah gitu doang."

"Ya udah, suruh tunggu ya. Aku mau mandi dulu."

"Iya," Gyumin pun berlalu dari kamar.

Tinggallah Zayyan yang merenung, memikirkan mimpinya tadi.

"Duh, sebal banget deh. Lagi enak-enaknya mimpi sama Sing, eh malah ngeliat muka Moomin," gerutunya.

Lalu ia pun bangkit dari atas tempat tidurnya, dan di saat itulah ia baru merasakan sesuatu yang aneh dibagian inti tubuhnya.

"Kok celanaku basah? Aihh...aku...mimpi basah? Astaga! Jangan sampai Moomin tahu, bisa gawat nanti," Zayyan semakin panik.

Zayyan buru-buru menarik sprei dan selimut yang basah akibat dirinya itu dari atas kasur, untuk dicucinya.

"Aduuh...jadi ribet kan kalau kayak gini!" Zayyan uring-uringan sendiri.

***

Setelah Zayyan mengganti cd dan juga celana piyamanya yang basah, ia pun berjalan ke luar kamar sambil menenteng pakaian kotor, selimut, beserta spreinya.

Leo yang sedang duduk di depan televisi bersama dengan Gyumin pun menoleh ke arahnya.

"Eh, Zayyan udah bangun. Bawa apa itu?" Tanya Leo.

"Bawa cucian," jawab Zayyan dengan tampang kusutnya. Moodnya menjadi tidak baik pagi ini gara-gara insiden di pagi hari dan karena dirinya kesiangan.

Leo pun mengekor di belakang Zayyan sampai tiba di depan mesin cuci.

Lalu Leo diam memperhatikan Zayyan yang sibuk memasukkan semua pakaian kotor, berikut linen tadi dan juga deterjen ke dalam mesin cuci.

Setelah mesin cuci dinyalakan, Zayyan pun mengambil handuk di jemuran balkon, lalu berjalan ke kamar mandi. Dan anehnya Leo terus mengekorinya tanpa henti.

Sebelum masuk ke dalam kamar mandinya, Zayyan pun menoleh ke arah Leo dengan tatapan heran.

"Apa sih Ouyin? Kamu mau ikut masuk ke kamar mandi juga?"

"Ya mau, kalau boleh mah," jawab Leo dengan santainya.

"Enak aja, nggak boleh!" Zayyan buru-buru masuk dan menutup pintu kamar mandinya.

Sementara Leo malah terkekeh dibuatnya.

"Zayyan...Zayyan...," Leo terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Lantas ia pun kembali ke ruang televisi.

Di kamar mandi, Zayyan jadi memikirkan ucapan Leo tadi. "Iihh...Ouyin apaan sih, pakai ngomong kayak gitu tadi. Bahaya banget tuh bocil!" Zayyan jadi was-was, takut lama-lama Leo melakukan hal yang tidak-tidak terhadapnya.

***

Setelah mandi, berganti pakaian, dan menyelesaikan tugas mencucinya serta tak lupa menjemur cuciannya tadi, kini Zayyan pun menghampiri Leo yang masih berada di ruang televisi bersama Gyumin.

"Ouyin-ah, kamu pagi-pagi ke sini ada apa?" Tanya Zayyan.

Sebelum menjawab pertanyaan Zayyan, Leo tiba-tiba menariknya ke balkon apartemen Zayyan.

Gyumin yang melihatnya dibuat heran, namun kemudian tak perduli dan kembali fokus ke acara televisi.

"Ada apa sih, Ouyin? Kenapa harus ke balkon segala?" Tanya Zayyan sesampainya di balkon.

"Soalnya kalau di dalam, takut kedengaran saudara kembar kamu," jawab Leo.

"Memangnya mau ngomong apaan sih?"

"Ng...aku ke sini pagi-pagi, karena ingin mengajakmu berkencan," ucap Leo.

"Ha? Kencan? Lagi? Kan semalam udah? Masa kencan melulu?" Protes Zayyan.

"Ya, emang kenapa? Kita kan pacaran, jadi bebas dong mau kencan kapan aja dan sesering apa pun! Lagian hari ini kan hari Sabtu, dan aku lagi libur kuliah, makanya dari pada diam di apartemen nggak ngapa-ngapain, mendingan aku kencan sama kamu," terang Leo.

"Duh, kalau aku pergi kencan sama Ouyin, terus kapan aku pergi ke rumah sakitnya? Mana sekarang udah jam 08:30 lagi. Sing pasti udah nungguin aku di rumah sakit," batin Zayyan galau.

"Ng...Ouyin, pergi kencannya nanti sore aja ya? Soalnya kalau pagi gini aku masih banyak kerjaan di rumah. Aku masih harus nyetrika baju, nyapu, ngepel, cuci piring, masak dan lain sebagainya," Zayyan beralasan, agar ia bisa pergi ke rumah sakit.

"Perasaan tadi sebelum Ibumu berangkat kerja tadi pagi, Beliau udah masak buat kalian semua deh. Terus tadi pas aku baru datang, aku lihat Hyunsik Hyung baru selesai cuci piring sebelum berangkat kerja, dan Gyumin pun habis selesai nyetrika baju. Dan lantai di dalam apartemenmu juga udah bersih, nggak kotor. Kamu pasti cuma alasan, iya kan?"

Zayyan menunduk takut, karena ketahuan bohong.

"Udah deh, kamu mendingan nggak usah banyak alasan. Ayo buruan kita berangkat, nanti keburu siang!" Leo menarik tangan Zayyan.

"Eh, memangnya kita mau ke mana?"

"Ke Sungai Han!" Jawab Leo.

"Ha? Kenapa harus ke sungai Han sih? Itu kan tempat aku kencan sama Sing waktu itu," batin Zayyan.

"Ouyin, kenapa harus ke sungai Han sih? Kenapa nggak ke tempat lain saja?"

"Ya, karena aku maunya ke sana. Udah jangan banyak protes! Ayo cepat berangkat!" Leo memaksa.

"Ya udah iya, tapi tunggu, aku ganti baju dulu ya!" Pinta Zayyan, terpaksa menuruti permintaan Leo.

Di dalam kamar, Zayyan pun gelisah, memikirkan Sing.

"Aduh, gimana ini? Masa hari ini nggak pergi ke rumah sakit, gara-gara kencan dengan Ouyin. Nanti kalau Sing nungguin aku terus, bagaimana? Kasian Sing," gumam Zayyan sedih.

"Duh, gini nih repotnya kalau punya dua pacar! Dasar Zayyan pabo!" Zayyan merutuki dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, Zayyan dan Leo pun berpamitan pergi pada Gyumin.

"Kalian mau ke mana?" Tanya Gyumin.

"Kami mau jalan-jalan ke sungai Han," jawab Leo.

"Ohh...ya udah, hati-hati ya."

"Bye, Gyumin," Leo melambaikan tangannya sambil menarik Zayyan menuju ke pintu ke luar.

"Bye!" Balas Gyumin.

"Hmm...si Zayyan enak banget ya, banyak yang mau ngajakin dia jalan. Dulu sama Sing, sekarang Singnya lagi di rawat, dia jalan sama Leo. Nanti besok-besok sama siapa lagi coba?" Gumam Gyumin.

***

Sing duduk diam di atas ranjang rumah sakit, dengan perasaan gelisah. Sudah sejak pagi ia menunggu kedatangan kekasih mungilnya, namun kekasihnya itu tak kunjung datang.

Sementara menu sarapan yang di sediakan oleh pihak rumah sakit, masih berada di meja nakas, tanpa tersentuh sedikit pun olehnya. Dirinya masih berharap Zayyan datang dan menyuapinya sarapan seperti biasanya.

Sing melihat ke arah jam dinding lagi, dan sekarang waktu telah menunjukkan pukul 09:20 KST.

"Sudah jam segini, tapi kok Zayyan belum datang juga ya? Apa macet di jalan? Atau jangan-jangan terjadi apa-apa dengannya saat di jalan?" Sing jadi khawatir.

Ia lalu mendial nomor Zayyan, untuk menanyakan di mana keberadaannya saat ini.

Namun anehnya, panggilannya di-reject oleh Zayyan.

"Loh kok panggilanku di tolak sih?" Batin Sing heran.

Ia lalu mencoba menghubungi Zayyan berulang kali, namun selalu saja panggilannya di-reject oleh Zayyan.

"Kok Zayyan tega menolak panggilanku? Ada apa?" Batin Sing was-was.

Tak kehabisan akal, Sing kemudian mencoba menghubungi Gyumin, untuk menanyakan soal Zayyan.

"Yeoboseyo, Gyumin-ah."

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Rasanya happy banget, Davin akhirnya telah kembali bergabung. Xodiac ot9 forever❤️.

Berharap semoga ke depannya Davin nggak akan pernah hiatus lagi, dan member lain pun tidak akan pernah ada yang hiatus.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

375K 1.7K 13
[M] Akibat kejadian kelam dimasa lalu, sedikit banyak mempengaruhi kepribadian Sita. Entah mengapa ia merasa bahagia jika menjalin hubungan dengan le...
24.8K 2.8K 35
"Gaada yang mau juga hidup kaya gini, kalo boleh milih gue lebih baik ga kenal lu dan orang tua gue tetep hidup" wooyoung. Warning! • Hurt comfort (k...
451K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
128K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...