Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

499K 28.8K 479

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Amira Salfira Rinjani
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Munafik
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Dimas Jenna Clayton
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Persiapan
Acara
Penghinaan
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Di Jauhi
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Bincang Santai

7.7K 499 5
By Zuraprilly

Bara menatap datar pemuda yang duduk di samping Tecna. Awal nya saat tiba di kantin dia ingin duduk di samping gadis itu, tapi entah dari mana orang yang tak di kenal nya duduk di situ.

Di samping Tecna ada Gissel jadi mereka bertiga duduk di seberang Bara.

Dimas dengan senang hati menempeli kedua gadis kembar itu, dia tidak peduli dengan orang di depan nya sedari tadi.

Dalam hari Dimas mendengus sinis pada Bara, tentu saja dia tidak akan membiarkan pemuda di depan nya mendekati Tecna.

Semakin jatuh Bara semakin senang dia.

Tecna sendiri tidak peduli pada permusuhan terang-terangan dari Bara pada Dimas. Dia sedang Mengompres pipi Gissel dengan es batu, akibat tamparan tadi.

Dimas memakan jajanan nya sambil memperhatikan kedua gadis itu, "Lo balas kan?" tanya Dimas.

"Jelas, ga mungkin gue biarin aja." jawab Tecna melepaskan kompresan nya.

Hanya mereka bertiga di kantin, Lily dan Nadine ada urusan ekskul. Oh satu lagi, Bara yang datang ke meja mereka sendiri sedangkan teman teman nya berada di meja lain.

Jangan lupa mereka juga lagi melihat Bara yang entah kenapa mulai gila lagi.

Gissel cemberut sambil memegang es di pipi nya, gadis itu tampak imut di mata Dimas.

"Apa lo lihat lihat?!" sentak Gissel ganas, dia masih emosi dengan kejadian tadi.

Dimas menggeleng, "Ck, ck. Makanya jangan pecicilan, kena kan tuh pipi." ucap nya dengan wajah yang menyebalkan bagi Gissel.

"Gue tabok lo pake ni es." ancam Gissel.

"Ga takut sih." jawab Dimas acuh melanjutkan makan nya.

Gissel mendengus dan melanjutkan Mengompres pipi nya.

Bara sedikit kesal karena sedari tadi dia tidak di anggap oleh mereka.

"Mending lo balik sama teman teman Lo, dari pada di sini buat semakin saja." ucap Tecna datar pada Bara.

"Gue mau disini." jawab Bara menatap Tecna, harga dirinya sudah tersentil di perlakuan seperti ini.

Tecna menghela nafas, "apa pun rencana yang ada di otak kecil lo itu, Bara. Ga akan mempan ke gue, lebih baik buang jauh jauh dari pada lo sendiri yang capek." ucap Tecna lelah.

Meski banyak hal yang harus dia lakukan, dia tidak memiliki waktu untuk remaja yang harga diri nya hilang.

Biar saja Bara menjadi urusan Arthur, dia masih punya Amira yang seperti nya mulai bergerak mencari jalan.

Bara terdiam mendengar ucapan Tecna, dia mengepalkan tangan nya. Jika dia tidak mendapatkan Gissel maka dia harus bisa menjalankan hubungan dengan Tecna.

Tidak perlu hal yang berbau romantis, Tecna mau menjadi teman nya saja itu sudah cukup menguatkan posisi nya nanti.

"Kalau lo deketin gue untuk bisa menjadi kepada keluarga Wijaya nanti, gue saranin batal kan." ucap Tecna dengan tenang.

Dimas mendengar itu langsung saja memasang telinga dengan tajam,

"Kenapa?" tanya Bara pelan. Kenapa Tecna menolak berkerja sama dengan nya.

Tecna mengangkat bahu acuh, "Malas aja berurusan dengan keluarga lo." jawab nya santai.

Bara mengerutkan kening nya tidak setuju, bagaimana itu bisa menjadi alasan yang baik untuk menolak nya.

"Kenapa ga minta sama Erick aja, dia kan teman lo." lanjut Tecna.

Bara menggeleng kan kepala nya menolak, "Yang gue incar itu lo bukan Erick." balas nya. Dia juga lelah namun jika dia tidak memegang posisi ini entah apa yang terjadi di masa depan.

"Kakek lo yang nyuruh kan?" celetuk Tecna tiba tiba.

Bara terkejut mendengar itu, "Lo tahu?" ucap nya bingung.

Tecna mengangguk, "siapa yang tidak mau berkerja sama dengan kelompok ku? Pemborosan jika tidak ingin." jawab Tecna acuh.

Bara menghela nafas, benar juga siapa yang tidak ingin berkerja sama dengan Kerajaan dunia bawah keluarga Warren.

Siapa pun yang dapat berkerja sama dengan mereka, selain mendapatkan perlindungan mereka juga akan lancar di dunia bisnis. Tidak akan ada yang berani menyentuh bisnis mereka jika sudah ada di bawah kelompok Warren.

Dimas diam diam melirik Bara, bahkan jika dia bisa menjadi kepala keluarga Wijaya lalu apa? Toh juga Arthur akan  menghancurkan keluarga itu, jadi percuma saja.

Tecna melihat wajah murung Bara, "saran dari gue aja, lebih baik lo berikan posisi itu sama keluarga lo yang lain." ucap Tecna kembali.

Bagaimana pun pemuda di depan nya korban plot novel dan juga korban dari keluarga nya, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk mencegah Bara hancur.

Bara mengangkat kepala nya dan menatap Tecna seakan akan gadis itu menumbuhkan dia kepala.

"Kau gila?" tanya nya tidak terima. Dia berusaha menjadi kepala keluarga Wijaya, bagaimana bisa dia melepaskan nya begitu saja?

Mendengar Bara menyebut Tecna gila membuat Gissel kesal.

"Heh! Seharusnya lo berterimakasih pada Tecna, kalo dia nyaranin sesuatu berarti itu memang penting. Bukan malah lo bilang kakak gue gila!" sentak Gissel kesal, enak saja kembaran nya di bilang gila.

Dimas pun menyetujui ucapan Gissel tanpa sadar,

Bara menggeleng, "Gak, gue gak bisa lepasin posisi itu. Itu penting buat gue." tolak Bara keras.

Biar saja jika Tecna tidak mau berkerja sama dengan nya asal dia tidak melepas posisi itu dengan mudah.

Tecna mengangkat bahu acuh, "Kau yang akan rugi nanti, percaya lah." ucap Tecna santai.

Toh dia juga sudah berusaha memperingati pemuda ini, jika dia tidak mau yang sudah. Tecna tidak rugi.

Bara mendengus dingin dan berdiri. Dia pergi meninggalkan kantin dengan marah.

Melihat itu teman teman Bara merasa bingung namun mereka tetap menyusul Bara agar tidak melakukan ha hal yang aneh lagi.

"Bagus dia pergi, kenapa ga dari tadi aja." ucap Gissel kesal.

Dia sudah selesai berurusan dengan pipi nya, lagian es nya juga sudah mencair.

"Kenapa lo bilang begitu ke dia?" ucap Dimas heran.

Tentu saja ini bukan hal sepele, jika Bara menuruti saran Tecna, pemuda itu akan selamat dari adegan balas dendam Arthur.

Karena siapa pun yang akan memegang posisi kepala keluarga Wijaya nanti dia akan di bantai sampe habis oleh Arthur.

"Untuk keselamatan nya." jawab Tecna santai, dia melirik Dimas.

Dimas terkejut dengan ucapan itu, dia berpikir apa yang gadis ini tahu tentang keluarga Wijaya? Entah kenapa dia merasa Tecna tahu segala nya.

Jika benar Tecna tahu tentang persoalan balas dendam Arthur, bukankah gadis ini begitu menyeramkan?

Dimas menatap ragu Tecna mencoba menganalisis nya.

"Kenapa Arthur tidak pernah menghubungi ku? Aku sudah memberikan nomor ponsel ku pada nya." celetuk Tecna tiba tiba mengalihkan pikiran kacau Dimas.

"Hah? Lo kasih nomor HP lo ke bang Arthur?" tanya Dimas terkejut. Kenapa dia tidak tahu tentang ini?

Tecna mengangguk, "Tentu saja, aku dengan senang hati memberikan nya, tapi dia tidak pernah menelepon ku sampai sekarang. Apa dia sibuk?" ucap Tecna polos.

Dimas menatap takjub gadis di samping nya ini, baru kali ini ada seseorang yang bertukar nomor HP secara langsung dengan Arthur. Dan lebih mengesankan lagi Arthur menerima nya.

"Iya, dia sedang sibuk. Arthur mencoba membuka cabang perusahaan nya di sini. Proses nya cukup merepotkan." ucap Dimas menjelaskan.

Dia harus tanya ini sama Arthur, betapa dia penasaran nya.

Tecna mengangguk paham, "Ingatkan dia untuk menghubungi ku, jika tidak aku akan meneror nya." kata Tecna tersenyum manis pada Dimas.

Namun bagi Dimas ada tersirat nada mengancam disitu, di tambah senyuman Tecna cukup menyeramkan untuk otak polos nya.

Jadi segera dia mengangguk mengiyakan ucapan Tecna dari pada dia yang menjadi korban nya.

"Gue bakal bilang, tenang aja kok." jawab Dimas tersenyum canggung.

Tecna mengangguk puas dengan itu, sedangkan Gissel merasa bingung akan percakapan kesabaran nya dengan Dimas.

"Apa sih, kok gue ga paham." ucap nya bingung.

"Ini nama nya bincang Santai." jawab Tecna mengambil jajanan Dimas yang masih tersisa.

Mau tidak mau, Dimas harus mengikhlaskan nya dengan lapang hati.

"Masa sih?" ucap Gissel ragu.

"Iya, oh satu lagi kamu bentar lagi dapat abang ipar." jawab Tecna santai.

Dimas tersedak mendengar itu, dia menatap ngeri pada Tecna yang sudah tersenyum mengerikan bagi nya.

Gissel membulat kan mata nya senang, "kamu mau nyari pacar ya?" kepo nya, dia menaik turun kan alisnya.

Tecna mengangkat dagu nya bangga, "Jelas dan ini ganteng plus dia banyak uang nya. Jadi kamu bisa puas minta apa saja sama dia nanti." ucap Tecna memamerkan.

Dimas hampir saja muntah darah mendengar itu, Gissel sendiri menjadi lebih semangat, dia penasaran siapa yang akan menjadi abang ipar nya...hehe.

"Ga sabar mau punya abang ipar, aku nanti mau minta jajan banyak banyak." ucap Gissel.

Di tempat lain seorang pemuda tampan yang sedang menjalani rapat penting di kantor sedang bersin bersin.

Asisten nya pun mengerutkan kening bingung, "anda tidak enak badan, Tuan? Apa perlu saya selesai rapat ini?" tanya asisten nya menawarkan.

Pemuda itu menggeleng, "Tidak perlu, seperti nya ada yang sedang membicarakan saya." jawab nya mengusap hidung gatal."

Asisten itu hanya mengangguk paham.

"Kita lanjutkan rapat nya." ucap pemuda itu.

"Baik Tuan." balas Asisten nya

...





Continue Reading

You'll Also Like

22.3K 2.3K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋
68.3K 4.2K 20
Senja Athalia Raven tidak akan menyangka jika tiba-tiba tubuhnya tersedot ke dalam cahaya yang ada di dalam novel yang baru selesai ia baca. "Ini kay...
511K 35.9K 38
🔞🔞🔞 Bangun tidur udah ada cogan disampingmu?! Hal tergila dalam hidup gue. Tapi ini KENYATAAN dan gue baru nyadar dia gak pake baju! "Mommy, udah...
251K 19.4K 35
freya harus rela bahwa dirinya memasuki tubuh seorang gadis macho bernama 'VICTORIA ALGHAVERO' Gadis Macho dengan perawakan laki dan satu-satunya an...