Sweet Friend (Xodiac SingZay)

By SugaJennie24

25.1K 2.8K 5K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak

Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?

326 44 82
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Pagi ini Leo menghubungi Zayyan untuk bertemu.

"Ada apa, Ouyin, kau memintaku bertemu pagi ini?" Tanya Zayyan setelah bertemu dengan Leo di depan gang.

"Hari ini aku mau mencari Sing Hyung," jawab Leo.

Zayyan terdiam sejenak, menatap dalam mata Leo. Dirinya tentu tak ingin dibohongi lagi oleh Leo seperti kemarin.

"Ouyin, kau tidak sedang berbohong, kan?"

"Aku tidak bohong. Aku serius. Mulai hari ini aku memang ingin ikut mencari Sing Hyung juga, seperti anggota keluargaku yang lain," ucapan Leo terdengar serius.

Zayyan menghela napas, berusaha meyakinkan dirinya bahwa kali ini Leo tidak berbohong.

"Baiklah, kalau memang kau sungguh-sungguh ingin mencari Sing, maka aku turut senang mendengarnya," ucap Zayyan.

"Mm...Zayyan, maukah kau menemaniku untuk mencari Sing Hyung?"

"Tentu saja, aku mau!" Jawab Zayyan tanpa pikir panjang.

"Oke, kalau begitu ayo kita berangkat!"

"Kau tidak kuliah dulu?"

"Tidak. Hari ini aku ijin kuliah."

"Oh, begitu ya. Oke, kita berangkat sekarang," jawab Zayyan, lalu mengikuti Leo menuju ke mobil.

Setelah memasang seatbelt-nya masing-masing, Leo menoleh ke arah Zayyan.

"Apa?? Ayo berangkat! Kok bengong?" Tanya Zayyan.

"Bukan bengong, tapi aku bingung kita harus mulai dari mana ya mencarinya?"

"Ng...kemarin aku melihat seorang pemuda yang wajahnya mirip seperti Sing di depan sebuah supermarket."

"O ya? Kenapa tidak kau panggil?" Pekik Leo.

"Sudah kupanggil, bahkan kukejar, tapi sayangnya dia tidak dengar. Dan dia keburu pergi menggunakan mobilnya."

"Yaahh...," Leo mendesah kecewa.

"Makanya hari ini rencananya aku ingin ke sana lagi. Siapa tahu nanti dia juga pergi ke supermarket itu lagi. Jadi kita bisa ketemu dengan Sing."

"Kau yakin pemuda itu adalah Sing Hyung?"

"Wajahnya sih mirip. Tapi anehnya mobil yang dikendarainya seperti bukan milik Sing."

"Kok bisa mobilnya beda?"

"Ya, mana kutahu. Bisa jadi dia meminjam mobil temannya, atau mungkin dia membeli mobil baru."

"Mm...bisa jadi sih. Oke, kalau begitu, kita ke supermarket itu dulu sekarang!"

"Kajja!" Sahut Zayyan semangat.

Leo pun melajukan mobilnya menuju ke supermarket yang di maksud.

***

Setelah selesai saling menyapa, dr. Hyunjin pun mulai memeriksa kondisi kesehatan Beomsoo.

Dan seorang suster yang telah terlebih dulu tiba di sana pun, membantu menggantikan kantong infus yang isinya sudah mulai habis, dengan yang baru.

"Beomsoo-ssi, kau harus makan dengan benar ya, jangan memperlambat atau menunda jam makanmu. Kalau tidak, nanti penyakitmu akan bertambah ke lambung."

"Kok Dokter tahu, kalau aku sering terlambat makan?" Tanya Beomsoo heran.

"Tentu saja tahu. Perut dibawah dadamu keras, kau pasti merasakan sakit, kan?"

"Iya, Dok. Sudah sejak kemarin perut di bagian itu sakit."

"Hati-hati, itu bisa jadi gejala tukak lambung. Makanya makanlah dengan teratur dan dengan porsi yang cukup, supaya berat badanmu bisa bertambah, tidak semakin kurus seperti ini."

"Ah, Dok. Untuk apa juga aku harus menambah berat badan? Aku ini penyakitan dan tidak ada gunanya menambah berat badan seperti orang-orang lain yang sehat," jawaban Beomsoo seperti orang yang putus asa.

"Apa kau tidak ingin sehat juga seperti orang-orang lain itu? Apa kau hanya ingin menghabiskan sisa hidupmu dengan berbaring di tempat tidur seperti ini terus? Tidak, kan?"

Beomsoo tertegun mendengar ucapan dr. Hyunjin, yang bukan hanya memeriksa kesehatannya saja, namun juga sering menasehatinya.

"Apa kau tidak punya orang lain yang mengharapkanmu agar lekas sembuh, sampai kau harus putus asa dan menyerah sambil menunggu ajalmu?" Lanjut dr. Hyunjin.

"Ada sih, Dok."

"Siapa dia?"

"Hyunsik. Dia temanku sejak SD. Dia yang selalu menjengukku ke mari. Dan dia juga yang selalu menyemangatiku untuk sembuh."

"Apa kalian sangat dekat?"

"Iya."

"Dia berharga untukmu?"

"Iya, Dok. Dia berharga untukku. Aku sangat menyayanginya."

"Apa kau ingin bisa berjalan-jalan lagi dan pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan dengannya?"

"Iya, aku ingin sekali."

"Kalau begitu, jangan putus asa. Berusahalah untuk sembuh."

Beomsoo terdiam menunduk. Ia mengerti bahwa saat ini dr. Hyunjin sedang berusaha memotivasinya untuk sembuh.

"Bolehkah aku berbicara dengan sahabatmu itu melalui telepon?"

"Untuk apa, Dok?" Beomsoo langsung menegakkan kepalanya dengan cepat.

"Ada yang ingin kusampaikan padanya."

"Tapi kalian kan tidak saling mengenal, Dok?"

"Iya, aku tahu. Tapi kan kau bisa menghubunginya dan mengenalkanku dulu padanya."

Beomsoo merasa heran, sehingga ia pun berpikir sejenak sebelum menyetujuinya.

"B-Baiklah," meski bingung akan maksud dr. Hyunjin, namun Beomsoo pun akhirnya menyetujuinya.

Beomsoo mendial nomor Hyunsik.

"Yeoboseyo, Beomsoo-yaa," ucap Hyunsik di seberang telepon.

"Hyunsik-ie, kau sedang sibuk ya di toko? Maaf ya, kalau aku mengganggumu."

"Tidak terlalu sibuk kok, kebetulan belum begitu banyak pelanggan yang datang. Ada apa Beomsoo, apa terjadi sesuatu padamu?"

"Ng...tidak kok. Hanya saja ini dokter yang biasa menanganiku tiba-tiba ingin bicara denganmu."

"Ingin bicara denganku? Ada apa?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Nih, Dok," Beomsoo pun segera menyerahkan ponselnya pada dr. Hyunjin.

"Yeoboseyo, perkenalkan aku Hwang Hyunjin. Dokter yang menangani penyakit Beomsoo selama ini," dr. Hyunjin memperkenalkan dirinya terlebih dulu.

"Ah, nde, Dokter Hyunjin, senang berkenalan denganmu. Namaku Won Hyunsik, temannya Beomsoo sejak SD," nada bicara Hyunsik berubah menjadi sopan.

"Senang berkenalan denganmu juga, Hyunsik-ssi."

"Ng...ngomong-ngomong hal apakah yang ingin Dokter sampaikan padaku?"

"Jadi begini, Beomsoo ini adalah pasien yang sangat keras kepala dan selalu bicara seperti orang yang putus asa."

"Memang begitu dia mah Dok, aku juga lelah dengannya."

"Ya, tapi dia tadi bilang padaku bahwa kau adalah orang yang berharga baginya dan dia juga bilang kalau dia sangat menyayangimu."

Tak ayal ucapan dr. Hyunjin kepada Hyunsik tersebut membuat wajah Beomsoo yang mendengarnya menjadi memerah, karena malu dan tak menyangka bahwa dr. Hyunjin akan membocorkan ucapannya tadi kepada Hyunsik, orang yang disukainya selama ini.

"Dok! Udah Dok, jangan ngomong kayak gitu, aku malu!" Ucap Beomsoo, namun dr. Hyunjin malah meneruskan ucapannya pada Hyunsik.

"Karena itu aku sengaja menghubungimu, karena kau orang yang sangat berharga baginya, jadi pasti dia akan mendengarkanmu."

"Begitu ya, Dok. Umm...lalu apa yang harus kukatakan padanya?" Tanya Hyunsik gugup, setelah mendengar ucapan yang disampaikan oleh dr. Hyunjin tadi mengenai perasaan hati Beomsoo.

"Tolong bilang padanya kalau kau juga menyayanginya, supaya dia memiliki semangat untuk sembuh dan tidak lagi putus asa."

"Baik, Dok."

Lantas dr. Hyunjin memberikan ponsel itu lagi kepada Beomsoo.

"Iya, Hyunsik, ada apa?"

"Beomsoo-yaa, dengarkan aku baik-baik ya."

"Apa?"

"Aku juga sangat menyayangimu dan kau berharga untukku. Jadi mulai saat ini berusahalah untuk sembuh, dan jangan banyak alasan lagi untuk berputus asa. Yakinlah kau pasti sembuh dan aku akan setia menunggumu untuk sembuh," Ucap Hyunsik pada Beomsoo.

Wajah Beomsoo semakin memerah mendengar ucapan Hyunsik barusan.

"Nde, mulai sekarang aku akan berjuang untuk sembuh. Aku akan makan yang teratur dan baik, dan akan selalu minum obat tepat waktu. Aku ingin sembuh, Hyunsik. "

Setelah panggilan telepon ditutup, Beomsoo pun tersenyum, rona bahagia terpancar jelas di wajahnya, membuat dr. Hyunjin pun ikut bahagia melihatnya.

Lalu Beomsoo pun menatap dr. Hyunjin.

"Terimakasih, dr. Hyunjin. Kau tahu siapa yang bisa membangkitkan semangatku lagi."

"Sama-sama, Beomsoo-ssi."

Lalu keduanya saling tersenyum hangat.

***

Setelah selesai memeriksa kondisi Beomsoo dan memberinya obat, dr. Hyunjin pun langsung kembali ke rumah sakit, karena ia khawatir terjadi apa-apa pada pasien kesayangannya yakni Sing.

Saat tiba di rumah sakit, hal pertama yang dilakukan oleh dr. Hyunjin adalah langsung mendatangi ruangan Sing, untuk melihat keadaannya.

Sesampainya di sana, dr. Hyunjin merasa lega, karena ternyata Sing masih berada di ruangan itu dan tidak kabur dari rumah sakit. Dan saat ini Sing tengah tertidur.

Seorang suster yang tadi disuruh menjaga Sing pun mendekatinya.

"Dok, Anda sudah kembali rupanya."

"Iya. Syukurlah Sing masih di sini. Tadinya aku khawatir dia akan pergi, makanya aku menitipkannya padamu," jelas dr. Hyunjin.

"Tadi saat dia bangun, dia menanyakan pada saya di mana Dokter berada. Lalu saya jelaskan bahwa Anda sedang pergi untuk memeriksa pasien lainnya. Setelah itu dia malah meminta saya untuk memanggilkan taksi, karena dia ingin pergi menemui seseorang. Tapi tentu saja saya menolak dan melarangnya untuk pergi, karena kondisinya masih lemah."

"Terimakasih kau sudah mencegahnya, Sus. O ya, apa tadi kau sudah memberinya sarapan?"

"Sudah, Dok. Saya juga sudah mengobati lukanya serta mengganti semua perban di tubuhnya. Dan juga memberinya obat, sehingga dia kini bisa tertidur lagi," jawab suster tersebut.

"Bagus, terimakasih atas bantuanmu, Sus."

"Sama-sama, Dok. O ya, Dok, apakah Anda sudah tahu siapa dia sebenarnya?"

"Sejujurnya selain namanya, aku belum tahu banyak tentangnya. Karena sejak awal aku menemukannya, dia belum mau bercerita banyak tentang dirinya dan asal usulnya."

"Oh, begitu rupanya. Ng...jadi gini Dok, mengenai pasien bernama Zo Chun Sing yang Anda bawa ini, saya rasa dia adalah orang yang akhir-akhir ini masuk dalam daftar pencarian orang hilang," ucap suster tersebut.

"Benarkah?" dr. Hyunjin terkejut, namun juga tak merasa aneh mengingat Sing sudah beberapa hari belakangan ini bersamanya.

"Apakah Dokter juga belum membaca artikel yang baru-baru ini beredar di situs pencarian orang hilang dan juga di media sosial?"

dr. Hyunjin menggeleng. "Akhir-akhir ini aku sibuk, jadi tidak sempat melihat-lihat artikel di situs internet mau pun jejaring sosial."

"Oh, pantas saja kalau begitu. Dan apakah Dokter tahu bahwa orang ini bukanlah orang sembarangan? Dia ini adalah salah satu pewaris dari Zo King Group, perusahaan besar yang terkenal itu."

"Benarkah? Wah, aku baru mengetahuinya."

"Dan saat ini keluarganya dan polisi tengah mencari keberadaannya."

"Begitukah? Kalau begitu apakah ada nomor telepon yang bisa kuhubungi agar aku bisa mengabari keluarganya?"

"Sebentar Dok, saya periksa dulu. Kalau tidak salah di salah satu media sosial yang pernah saya baca, di situ tertera nomor telepon keluarganya yang bisa dihubungi," ucap suster tersebut, lalu kemudian menunjukkan artikel di jejaring sosialnya.

"Baiklah, kalau begitu, aku akan segera menghubungi nomor ini, agar keluarganya bisa segera datang untuk menjenguknya. Terimakasih atas informasinya ya, Sus."

"Sama-sama, Dok."

Dan tanpa menunggu lama, dr. Hyunjin pun segera menghubungi nomor tersebut yang merupakan nomor telepon keluarga Zo.

***

Di tempat lain, tepatnya di depan sebuah supermarket, tampak Zayyan dan Leo yang sedari tadi sibuk memperhatikan setiap orang yang lalu lalang dan ke luar masuk melalui pintu supermarket.

"Zayyan, kau yakin melihat Sing Hyung di sini kemarin?" Tanya Leo dengan matanya yang masih fokus memperhatikan orang-orang sekitarnya.

"Iya, aku yakin. Tapi kalau kulihat-lihat di area parkir itu sih, mobilnya belum ada," jawab Zayyan.

"Apa kau masih mengingat mobilnya?"

"Masih, nomor plat mobilnya pun aku ingat kok!" Jawab Zayyan yakin.

"Baguslah. Kalau begitu kita tunggu saja sampai mobil itu datang!"

"Oke!"

"Zayyan, kita duduk di situ yuk! Pegal berdiri terus," ajak Leo sambil menunjuk sebuah kursi santai yang disediakan oleh pihak supermarket bagi pengunjung.

Mereka berdua pun duduk di kursi tersebut sambil terus mengamati ke arah parkiran.

"Zayyan," ucap Leo.

"Nde?"

"Nanti kalau Sing Hyung udah ketemu, kamu harus janji ya sama aku!"

"Janji apa?"

"Janji nggak akan dekat-dekat sama Sing Hyung lagi. Kamu mau, kan?"

Zayyan tertunduk lesu. Tadinya pikir Zayyan, Leo benar-benar sudah berubah, tapi ternyata masih saja posesif.

"Kenapa harus janji seperti itu?" Tanya Zayyan.

"Kan kamu dan Sing Hyung udah putus, jadi walau pun nanti semisalnya Sing Hyung udah ketemu, kamu sama dia udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, jadi ya nggak usah dekat-dekat."

"Tapi...kami kan tetangga. Masa sama tetangga nggak boleh saling dekat dan bertegur sapa?" Zayyan beralasan.

"Zayyan, kalau kamu masih mau dekat-dekat dengan Sing Hyung, nanti yang ada Sing Hyung bisa salah paham dan menganggap kalau kamu masih suka sama dia. Jadi jangan dekat-dekat ya?"

Zayyan menghela napas. Dirinya bingung harus menjawab apa pada Leo, karena permintaan Leo itu begitu berat baginya.

Dan tiba-tiba ponsel Leo berdering, membuat Zayyan sedikit lega, karena tak harus menjawab pertanyaan Leo tadi.

Leo pun menyingkir sejenak untuk menerima panggilan tersebut. Sementara Zayyan termenung memikirkan permintaan Leo tadi padanya.

Selang beberapa menit kemudian, Leo yang sudah selesai berbicara di telepon, kini kembali menghampiri Zayyan.

"Zayyan!" Leo menepuk pundak Zayyan dan menyadarkannya dari lamunan.

"Nde??" Zayyan terkesiap kaget.

"Sing Hyung udah ketemu!" Seru Leo.

"Ha? Serius?" Pekik Zayyan terkejut campur senang.

"Iya. Barusan Ayahku menelepon dan memberitahuku bahwa ada seorang dokter yang menghubunginya dan memberitahu bahwa saat ini Sing Hyung sedang berada di rumah sakit bersamanya."

"Sing di rumah sakit?"

"Iya, dokter itu bilang pada Ayahku, bahwa Sing Hyung terluka parah dan demam tinggi sehingga harus dirawat di rumah sakit."

Zayyan terkejut mendengarnya. "Padahal kemarin saat kumelihatnya di depan supermarket ini dia dalam keadaan baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang bisa terluka parah?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang terjadi padanya. Makanya sekarang aku dan keluargaku mau ke rumah sakit untuk melihat keadaan Sing Hyung," ucap Leo.

"Ya udah yuk, kita berangkat!" Ucap Zayyan.

Mereka pun segera masuk ke dalam mobil.

Di dalam perjalanan Zayyan tak berhenti bersyukur, karena akhirnya Sing dapat ditemukan, walau pun ada rasa sedih di hatinya setelah mendengar kabar bahwa kondisi Sing ternyata tidak baik-baik saja.

Zayyan rasanya sudah tak sabar ingin melihat Sing.

"Singku, sebentar lagi aku datang dan kita bertemu kembali," batin Zayyan senang.

Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Zayyan saat ini. Pasalnya Leo bukannya melajukan mobilnya ke rumah sakit, tapi malahan menuju ke arah jalan pulang.

Zayyan ingin menanyakannya, namun ia menahan diri, karena pikirnya mungkin Leo hendak mengambil sesuatu barang dulu di apartemen, sebelum pergi ke rumah sakit.

Hingga akhirnya, mobil yang dikemudikan Leo pun berhenti di dekat gang yang menuju ke apartemen Zayyan.

"Sudah sampai, turunlah!" Titah Leo.

"Ha?" Zayyan melongo.

"Ayo, cepat turun!" Titah Leo lagi.

"T-Tapi...ini kan bukan di rumah sakit, ini kan jalan mau ke apartemenku?"

"Iya, makanya aku suruh kamu turun. Soalnya aku sekarang mau langsung ke rumah sakit," ucap Leo.

"Ha? A-Aku nggak di ajak ke rumah sakit?" Tanya Zayyan bingung dengan maksud Leo.

"Iya, kamu nggak usah ikut ke rumah sakit!"

"Kenapa?"

"Bukankah yang kau inginkan hanyalah agar supaya Sing Hyung ketemu? Dan sekarang keinginanmu sudah terkabul. Sing Hyung sudah ketemu, jadi ya udah, selesai. Kamu udah nggak ada urusan lagi, kamu nggak usah repot-repot nyariin Sing Hyung lagi. Dan sekarang kamu udah bisa santai-santai di apartemenmu," ucap Leo enteng.

"Tapi Ouyin...aku kan juga ingin melihat keadaan Sing kayak gimana sekarang? Apalagi tadi kamu bilang bahwa dia terluka parah, jadi aku ingin melihatnya."

"Ck! Kamu lupa ya apa yang tadi kubilang padamu di depan supermarket, hah?!" Nada suara Leo tiba-tiba meninggi.

"Aku ingat kok Leo. Tapi aku benar-benar ingin melihatnya. Please, ijinkan aku ikut ke rumah sakit untuk melihatnya!" Zayyan memohon dengan sangat.

"Enggak!"

Leo tiba-tiba turun, lalu membukakan pintu untuk Zayyan.

"Turun!" Leo menarik Zayyan agar ke luar dari dalam mobilnya dengan paksa.

"Enggak mau! Aku nggak mau turun! Aku mau ikut ke rumah sakit!" Zayyan berusaha memberontak. Namun apa daya, Leo yang tenaganya jauh lebih kuat darinya berhasil menariknya ke luar dari dalam mobil.

Lalu Leo pun segera melajukan mobilnya kembali, meninggalkan Zayyan di tempat tersebut.

"Ouyiiiiinnn...!! Tungguuu...Ouyiin!!" Zayyan berteriak sekeras mungkin, namun Leo tetap meninggalkannya.

Sambil berlinang air mata, Zayyan menatap mobil Leo yang melaju pergi.

"Ouyin, kamu tega banget sih Ouyin hiks...aku kan cuma mau lihat keadaan Sing doang, masa nggak boleh hiks...hiks...!" Zayyan menangis tersedu-sedu.

"Sekarang aku harus gimana supaya aku bisa melihat Sing? Hiks...mana tadi Leo juga nggak ngasih tahu aku di mana Sing dirawat hiks...hiks...," Zayyan bingung dan sedih.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Bayik piyik lucu bangettt...gemesh 🐣🤏❤️

Duo Prince Hongkong 🤴🤴❤️❤️👇

Continue Reading

You'll Also Like

20.3K 1.7K 20
Masa depan atau Masa lalu? NOTE : Rasa yang harusnya tak ada tetapi dianggap seolah-olah nyata
3.4K 254 10
The Gifted Menceritakan tentang kehidupan anak sekolah di salah satu sekolah ternama di Thailand yaitu Ritdha High School. Dimana sekolah ini memil...
372K 1.7K 13
[M] Akibat kejadian kelam dimasa lalu, sedikit banyak mempengaruhi kepribadian Sita. Entah mengapa ia merasa bahagia jika menjalin hubungan dengan le...
104K 10.3K 24
Kim Yerim berubah menjadi bayi berusia 1 tahun karena sebuah kutukan dan diasuh oleh keempat kakaknya di Red Velvet.