Lucian Hartley [Slow Update]

By zellyouu

35.2K 3.5K 89

Lucian bersama adik kembarnya dibuang ketika mereka masih berusia dini. Mereka dibawa oleh seorang pria baik... More

⁰⁰ || Prolog
⁰¹ || Dad and Son
⁰² || Backstory
⁰³ || Ketua OSIS
⁰⁴ || Twins
⁰⁵ || Televisi
⁰⁶ || Andronicus
⁰⁷ || Deja vu
⁰⁸ || Lucian and friends! [I]
⁰⁹ || Lucian and friends! [II]
¹⁰ || Lucian and friends! [III]
¹¹ || Hasil memuaskan
¹² || Tanah?
¹³ || Aneh
¹⁴ || Perbincangan
¹⁵ || Lucian and the secret [I]
¹⁶ || Lucian and the secret [II]
¹⁷ || A little story
¹⁸ || Menginap
Haii friends!
¹⁹ || Kebersamaan
²¹ || Pasar malam
²² || Moment pulang
²³ || Kue coklat dan potret

²⁰ || Kembali bersekolah!

676 64 1
By zellyouu

"Afkar! Rizal! Nanda!"

Ketiga pemuda yang merasa terpanggil pun berbalik. Seketika senyum lebar dari mereka tampak saat melihat siluet sahabat kecilnya sedang melambai di dekat gerbang sekolah. Segera Rizal dan Nanda berlari mendekat ke arah sahabat kecilnya yang sudah tidak bersekolah selama 5 hari lamanya, Afkar hanya berjalan santai di belakang dengan senyum tipis di wajahnya. Beberapa hari sahabat kecilnya itu tidak masuk, membuatnya merindukan akan senyuman manis milik sahabatnya.

"Ian!" Rizal memeluk erat tubuh sahabat kecilnya, diikuti oleh Nanda yang memeluk Lucian yang tertutup tubuh bongsor Rizal, jadilah ia memeluk kedua sahabatnya. Sedikit geli saat bersentuhan dengan tubuh Rizal, namun tidak apa-apa.

"Lepas, gua gak bisa nafas!"

Afkar menarik kasar kerah seragam kedua sahabatnya. "Ian udah bilang gak bisa nafas mestinya kalian lepas."

Keduanya menahan kesal saat melihat Afkar langsung memeluk Lucian begitu melepaskan kerah mereka. Curang sekali, pikir mereka. Namun tidak apa, mereka sudah puas walau hanya berpelukan selama beberapa detik saja, yang terpenting wangi tubuh dari Lucian menempel sedikit di pakaian mereka. Wangi bayi yang menenangkan.

"Kemana aja? Kenapa baru masuk? Gak ngabarin juga, hp nya rusak?" Afkar memberondong Lucian dengan tiga pertanyaan.

Lucian tertawa kecil lalu menjawab "Ian dirumah Daddy, dilarang masuk sekolah sama mereka semua. Mau telpon Afkar, Ian lupa taruh hp nya hehe." Jelasnya dengan kekehan di akhir, merasa lucu akan sifat pelupanya yang suka tiba-tiba.

Afkar pun tidak kalah gemasnya dengan penjelasan sahabatnya kecilnya itu. Dengan gemas ia mencubit hidung mancung yang kecil itu, "Lain kali jangan sembarangan taruhnya, ok?"

Lucian mengangguk lucu "Ok~" ibu jarinya juga jari telunjuknya saling menempel membentuk [👌].

"Ekhem!"

Keempatnya menoleh secara bersamaan. Menatap pria paruh baya berwajah tampan yang berdiri di belakang Lucian dengan bersedekap dada, tak lupa dengan tatapan tajam yang dilayangkan pada ketiga pemuda yang membuat putra kecilnya melupakan kehadiran dirinya.

"Oh ya! Kenalin ini Daddy Ian, dan Daddy kenalin ini sahabat-sahabatnya Ian." Lucian pun memperkenalkan mereka.

Noras tersenyum menanggapinya. Ia mengulurkan tangannya bermaksud berjabat tangan dengan para pemuda tersebut, "Saya ayah kandungnya Lucian, Ilanoras Andronicus." Ucapnya memperkenalkan diri kepada ketiga pemuda yang saling memandang tersebut.

Nanda menyambut jabat tangan dari pria tersebut, "Saya Nandana Aurelio, Om. Sahabatnya Lucian." Ujarnya memperkenalkan diri dengan senyum khas nya.

Dalam pertemuan pertama Noras dengan sahabat bungsunya-Nanda mendapatkan kesan baik. Ia terlihat mirip dengan anak ketiganya, Donovan. Ramah, baik, sopan. Ketiga poin itu yang membuatnya terlihat sama dengan anaknya yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah tersebut. Anak bungsunya sangat bagus mencari sahabat sepertinya.

"Saya Rizal Alfarizi, Om. Sahabatnya Lucian juga." Dan memperlihatkan cengirannya saat memperkenalkan dirinya.

Rizal, kesan buruk dan kesan baik didapatnya dari ayah kandung sahabatnya itu. Noras sedikit tidak suka dengan pemuda tersebut. Gaya seperti anak bandel, berandalan. Seperti anak yang tidak taat aturan. Tapi sepertinya baik, dan sopan.

"Apa kau sering tawuran?" Tanya Noras yang seketika mendapatkan raut wajah tak suka dari pemuda yang ditanyakan.

"Om jangan seenaknya ya kalo ngomong! Gini-gini saya anak baik kok, gak pernah ngikut tawuran gak jelas kayak gitu. Udah ya, bye!" Dan kabur pergi mengajak Lucian yang hanya bisa pasrah saat pergelangan tangannya ditarik.

Afkar, Rizal juga tidak dapat mencegahnya karena keburu kedua anak itu menghilang dari pandangan mereka. Afkar pun langsung ikut pergi tanpa memperkenalkan diri kepada ayah kandung dari sahabat kecilnya. Dan yang meminta maaf atas kelakuannya adalah Nanda yang masih berdiam diri disana, juga Noras yang menatap kesal kearah menghilangnya siluet tubuh anak bungsunya.

"Maaf ya Om, dia emang gitu." Nanda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa tidak enak dengan pria di sebelahnya, "Namanya Afkara Kefarel. Dia yang paling Deket sama Lucian, Om."

Noras tak menjawab dan itu membuat Nanda merasa canggung. Akhirnya ia pun izin untuk masuk ke kelas karena kebetulan bel masuk akan segera berbunyi. Noras pun juga memasuki mobilnya dan berjalan pergi dari sana, namun sebelum pergi ia menyuruh salah satu pekerja di sekolah itu untuk memberikan uang saku kepada anak bungsunya.






"Jadi...." Afkar bersedekah dada, menatap serius pada wajah bulat sahabatnya.

"Ian mau menjelaskan sesuatu?" Nanda pun berucap. Pemuda yang duduk bersebelahan dengan Afkar itu ikut duduk dengan santai di sofa yang ada di rooftop sekolah dengan kaki yang saling bertumpu.

Saat ini sedang waktu istirahat pertama, dan mereka memilih untuk di rooftop setelah membeli makanan di kantin.

"Menghilang selama beberapa hari tanpa memberi kabar lalu muncul di sekolah tanpa salah. Bisa jelaskan? Termasuk tentang pria yang tadi!" Rizal pun mau ikutan sok keren seperti kedua sahabatnya yang memang keren. Ia mengikuti cara duduk Nanda, dengan posisi tangan yang sama seperti Afkar. Sudah pasti terlihat keren pikirnya.

Lucian cengengesan saat melihat ketiga sahabatnya sedang menginterogasinya. Ia duduk di atas tikar bersih berukuran kecil yang muat untuk satu orang, dan ketiga sahabatnya duduk di atas sofa usang. Jadi ketika Lucian ingin melihat ketiga pemuda berwajah tampan itu ia harus mendongak, karena tinggi ketiganya, juga karena tinggi sofanya.

"Maafin gua yang gak ngabarin ya~ gua waktu itu lupa taruh hpnya, dan baru ketemu tadi pas mau berangkat sekolah. Hehe~ sekali lagi maaf ya!"

Afkar, Nanda, juga Rizal menahan gemas saat wajah tersebut menampilkan senyum yang terlihat menggemaskan di mata mereka. Saat ini mereka masih harus menginterogasi sahabat kecil mereka. Tentang pria paruh baya tampan yang di sebut 'Daddy' oleh sahabat kecil mereka.

"Ok, kita maafin kalo Ian panggil diri Ian sendiri pake nama, gimana?" Saran Rizal diam-diam membuat Afkar, juga Nanda tersenyum sendiri. Itu yang mereka inginkan dari sewaktu pertama bertemu Lucian. Anak itu memang tidak terlalu gaul namun dari bahasa ia lumayan gaul, tidak berbicara kasar tapi suka memakai 'Gua-lu' saat berbicara dengan mereka.

Mereka juga sudah beberapa kali menyuruh Lucian agar mengubah bahasa gaulnya itu, namun Lucian selalu menolak karena menurutnya itu keren. Dan bodohnya mereka dulu, kenapa mereka tidak mengancam atau membuat perjanjian perihal camilan kepada Lucian? Padahal saat itu mereka semua tau bahwa bayi sekolah itu sangat menyukai camilan gurih juga manis.

Lucian nampak memikirkan perkataan sahabatnya itu. Apakah kalau ia memanggil dirinya sendiri menggunakan nama mereka akan memaafkannya?

"Tapi Rizal, Afkar, sama Nanda bakal maafin gua kan?"

Mereka pun mengangguk bersamaan dengan semangat. "Akhirnya!" Pekik ketiganya dalam hati.

"Ok! Sama satu lagi, Ian mau camilan juga nanti."

"Sekarang, perihal sebelumnya, bisa jelaskan tentang pria yang Ian panggil Daddy?" Nanda pun bertanya. Raut wajah mereka bertiga berubah sangat cepat. Yang sebelumnya merasa senang tiba-tiba menjadi serius kembali.

"Itu.... Kalian ingat gak yang waktu Ian di panggil keruang kepala sekolah?"

Lagi dan lagi mereka memekik dalam hati saat mendengar sahabat kecilnya memanggil dirinya sendiri dengan namanya. Bukankah itu sangat cocok dengan muka imutnya? Bukankah itu menggemaskan saat mendengarnya? Ya, pastinya.

"Kami ingat, karena Ian sendiri kan yang bilang." Rizal duduk dibawa, diatas tikar yang hanya muat satu orang itu. Memang tidak muat untuk keduanya apalagi dengan tubuh besarnya. Namun Rizal segera mengakalinya. Ia menarik lembut pergelangan tangan sahabatnya, mendudukkan tubuhnya dalam posisi bersila dan menyuruhnya duduk di atas pangkuannya.

Nanda dan Afkar yang melihatnya merasa kesal. Mereka kalah start oleh Rizal.

"Waktu keruang kepala sekolah Ian di panggil buat temuin Daddy. Waktu itu Daddy bilang kalo dia ayah kandung Ian, Ian gak percaya akhirnya Ian langsung kabur. Kemarin pas libur, Daddy nyamperin rumah Ayah buat ngomong. Ian cuman denger setengahnya aja setelah itu Ian langsung kabur ke tempat rahasia."

"Tempat rahasia?"

"Iya, Ian punya tempat rahasia yang gak boleh siapapun tau termasuk ayah juga."

"Ok lanjut ceritanya."

"Ian kan bobo pas di dekat pohon mangga dekat sungai, terus pas bangun di depan muka Ian ada wajah Ayah, Daddy, sama paman Robert." Setiap ia bercerita, raut wajahnya selalu berubah-rubah dan itu terlihat menggemaskan di mata mereka. "Daddy sama Ayah ngobrol-ngobrol lagi pas udah bawa Ian pulang. Ehh tiba-tiba Ayah ngomong 'Bawa Ian aja menginap selama beberapa hari di kediaman anda' gitu." Jelasnya sambil mengikuti cara berbicara ayahnya waktu itu.

Lagi, lagi dan lagi itu terlihat menggemaskan.

"Dan, Ayah langsung suruh Ian buat ikut. Ian bahkan di paksa buat ikut sama ayah, tapi gapapa soalnya banyak camilan di rumah Daddy hihi~"

Dan....Hap! Secara bersamaan mereka segera memeluk tubuh Lucian yang sedang duduk di pangkuan Rizal. Mereka sudah tidak tahan dengan keimutan Lucian.

***
17 April 2024

Continue Reading

You'll Also Like

39K 1.7K 40
Cover by: INSTAGRAM🦋 Follow yuk sebelum baca✨ Jangan lupa vote dan komen juga karena itu berharga buat ku:) Semoga suka💓 Putriana Aditya adalah seo...
9.2K 824 10
Tentang seorang dokter yang di inginkan oleh banyak orang~ • "Orang-orang kaya itu menyebalkan!" • Sorry kalau ada kesamaan alur/nama tokoh. Itu buka...
3.9K 204 5
"Kenapa tuan selalu kasar sama saya? salah saya apa tuan naren."lirih gavi "Karna kamu penyebab istri saya meninggal." Ucap naren Daddy nya. "Maafkan...
20.2K 1.1K 12
Kagak Ada Deskripsi! Langsung Baca Aja Kalau Penasaran!