Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

468K 27K 423

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Amira Salfira Rinjani
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Munafik
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Dimas Jenna Clayton
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Persiapan
Acara
Penghinaan
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Bincang Santai
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Di Jauhi

9.6K 502 12
By Zuraprilly

Kamar Bara.

Angin berhembus menerbangkan gorden dengan lembut. Langit malam di penuhi dengan bintang bintang indah, bulan juga terlihat sangat cerah.

Namun semua berbeda dengan suasana hati Bara sekarang.

Dia berdiri di depan jendela balkon kamar nya, dengan kamar nya yang gelap hanya di terangi oleh cahaya bulan.

Bara dengan diam masih menatap cincin pertunangan Gissel di tangan nya. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di pikiran nya saat ini.

Mata Bara gelap dengan wajah datar nya.

Setelah acara pesta selesai, dia langsung saja pulang ke rumah orang tua nya dan berdiam diri hingga sekarang.

Dia menggenggam erat cincin itu, "Ternyata aku terlalu meremehkan mu, Tecna." ucap nya dingin.

Dia pikir dengan berbuat baik dan mendekati Gissel, semua akan mengira dia telah luluh. Dan ingin menebus kesalahan nya.

Dia bahkan sempat berpikir kalau Tecna mendukung nya untuk memulai kembali hubungan nya dengan Gissel.

Ternyata dia di tipu, gadis itu telah mempermainkan nya. Berani sekali gadis itu mengancam nya.

Bagaimana pun juga, keluarga Wijaya harus jatuh ke tangan nya, dia akan melakukan segala cara untuk itu.

"Aku tidak akan diam saja, lihat Tecna, apa yang akan ku lakukan untuk mu. Kau pikir hanya dirimu yang bisa membuat permainan ini?" ucap nya tersenyum miring.

Bara melempar cincin pertunangan Gissel keluar jendela, "Aku tidak membutuhkan itu lagi, aku bisa mencari yang baru." kata nya sebelum melangkah menjauh dari jendela.

...

Ruang kerja.

Arthur menatap foto dan buku di tangan nya, dia telah membaca buku ini sejak lama namun tidak pernah ada kata bosan untuk membaca hingga sekarang.

Dia mengusap kalimat kalimat yang ada di cerita tertulis dalam buku itu dengan lembut.

...

Diary, ini aku.

Aku harus nya tidak percaya orang orang di kalangan atas.

Saat aku sedang mengandung anak ku yang berumur 5 bulan, seorang datang menemui ku.

Seorang pria paru baya yang seumuran dengan ayah ku, jika aku memiliki nya.

Aku sedang berada di toko Roti, tiba tiba pria itu mendatangi ku dan mengajak ku untuk berbicara.

Aku tidak ingin, karena aku tidak mengenal nya.

Namun dia bilang dia kenal dengan suami ku.

Hal itu membuat ku heran sekaligus penasaran. Tanpa lama lama, aku pun mengikuti nya ke sebuah cafe terdekat.

Betapa terkejut nya aku saat kami memulai perkenalan, dia mengaku kalo dia ayah dari suami ku.

Aku sudah memiliki firasat buruk tentang pria ini, bukan nya tersanjung bertemu dengan mertua ku.

Ternyata dugaan ku memang benar.

Dia mengatakan seharusnya aku tidak menikah dengan suami ku, tentu saja aku marah.

Aku bertanya apa maksud nya.

Dia berkata kalo suami ku sejak awal ternyata sudah di jodoh kan dengan perempuan lain.

Tidak sepantasnya aku bersama nya sekarang.

Aku tidak percaya awal nya namun dia memberikan foto suami ku dan perempuan lain yang terlihat sedang bertunangan.

Tentu saja aku sangat terkejut melihat itu, tanpa sadar aku memegang bayi ku yang ada di dalam perut.

Pria itu berkata kalau suami ku telah mempermainkan ku, suami ku masih pemuda labil yang masih ingin bersenang senang sebelum pernikahan yang sesungguhnya tiba.

Aku ingin membantah namun mengingat gelagat aneh suami ku saat pernikahan kami dan saat aku memberi tahu dia aku sedang hamil.

Kini aku mendapatkan jawaban nya.

Pria itu menyuruh untuk aku meninggalkan suami ku untuk kebaikan ku sendiri, namun aku menolak.

Bagaimana pun dia tetaplah suami ku dan ayah dari anak ku.

Aku pun pergi meninggalkan pria itu.

Aku ingin bertanya pada suami ku nanti jika ia sudah pulang bekerja.

Meski sakit hati suami ku sudah lebih dulu bertunangan dengan orang lain, namun aku masih ingin menutup mata dan bertanya secara langsung dengan nya.

Sekali lagi, aku mengabaikan bahwa aku memang berbeda.

~Alanna

...

Arthur tidak habis pikir dengan perempuan yang menulis buku ini.

Dia sudah tahu kalo orang yang di anggap suami itu menipu nya, lalu kenapa dia masih bertahan dengan rasa sakit.

Dia mengingat senyum wanita itu, yang mengatakan takdir memang sudah berjalan sesuai aturan nya. Dan kita hanya mengikuti alur saja.

Arthur membenci kalimat itu, dia tidak perlu mengikuti alur yang sudah di buat untuk nya.

Karena dia akan membuat jalan takdir nya sendiri.

Dia meletakkan benda yang ia pegang itu di dalam laci meja kerja kerja nya.

Mengambil ponsel nya dan menatap sebuah nomor yang tertera.

Dia menggeleng kan kepala nya, dan mematikan ponsel, kemudian meletakkan nya dia atas meja dengan malas. Setelah itu dia kembali melanjutkan pekerjaan nya.

"Aku tidak boleh terlalu dekat dengan gadis aneh itu."

...

Pembatalan perjodohan keluarga Warren dan Wijaya cukup membuat heboh. Terutama dari kalangan atas yang mengetahui tentang perjodohan keluarga besar itu.

Bahkan di sekolah banyak yang membicarakan nya, beberapa orang bergosip berkelompok membahas apa saja yang terjadi di acara keluarga Wijaya kemarin.

Mereka yang hadir di sana pun ikut juga membahas tentang Amira yang di permalukan di acara itu, dan juga penyebab utama Gissel dan Bara memutuskan pertunangan mereka.

"Gue udah dari lama tahu, kalau Amira itu ular."

Teman teman nya mengangguk setuju, "Betul tuh, kemarin dia buat Cindy dan pacar nya putus, sekarang Gissel dan Bara." saut mereka.

"Siapa lagi yang bakalan jadi korban selanjutnya ya?"

"Kita harus jauh jauh dari dia sekarang, kalau bisa jauhi pacar kalian dari dia!"

"Jalang tak tahu malu."

"Menjijikkan!"

"Kenapa dia ga pergi aja dari sini?!"

Tecna dan Gissel baru saja sampai di sekolah dan mereka sudah mendengar kehebohan yang terjadi di acara itu, termasuk putus nya Gissel dan Bara.

Berjalan melewati lorong yang penuh dengan murid murid yang bergosip.

Gissel mendengus melihat semua itu, tidak miskin atau kaya, muda atau tua, perempuan ataupun laki laki.

Semua nya hanya tahu bergosip, menceritakan kehidupan orang lain tanpa pandang bulu.

Tak tahu malu, pikir nya.

Tecna hanya memasang wajah datar nya selama berjalan melewati murid murid yang penuh dengan semangat bergosip ini.

Terkadang dia juga akan menatap tajam orang orang yang ingin melempar pertanyaan pada Gissel, di tatap tajam  oleh Tecna membuat mereka mundur.

"Ga perlu di dengar, mereka itu calon calon penghuni dunia bahwa." ucap Tecna datar mencoba menghibur Gissel.

Gissel terkadang sedikit menyesal karena memiliki kembaran seperti Tecna yang tidak pandai membujuk atau menghibur orang. Dia malah jadi lebih tertekan.

Mereka berdua sudah sampai di depan kelas, Gissel pamit untuk masuk lebih dulu. Tecna mengiyakan dan menatap diam Gissel yang masuk ke dalam kelas nya.

Setelah melihat adik nya sudah duduk dengan tenang, dia pun masuk ke dalam kelas. Dia melihat teman teman nya dan juga Dimas yang sudah ada di sana.

Tecna duduk di tempat nya, melihat itu Lily tidak sabar memulai pertanyaan nya.

Tecna mengangkat tangan nya menahan Lily yang baru saja ingin membuka mulut nya.

"Kalo mau tanya tanya, nanti aja. Gue lagi ga mood buat ngejawab nya." ucap Tecna malas.

Lily cemberut mendengar itu, Nadine memutar mata nya malas melihat Lily.

"Lebih baik jangan sekarang kalo mau gosip, sungguh, Kalo kalian lihat kejadian nya langsung kalian bakalan kesal." ucap Dimas sambil menguap.

Nadine dan Lily terkejut, "Emang lo ada di sana waktu itu?" tanya Nadine.

Dimas mengangguk, "Gue datang sama abang gue." jawab nya.

Lily mengerutkan kening heran, "Lo punya abang? Kok kita ga pernah tahu sih." ucap nya.

"Kalian ga pernah bertanya." ucap Dimas malas.

Nadine dan Lily mendecakkan lidah kesal.

Dimas menatap Tecna di samping, "Lo bakalan balas sih Amira, kan? Ga mungkin lo biarin itu anak hidup tenang." ucap Dimas main main.

Wajah Tecna mendingin mendengar nama Amira, "Tentu saja. Meski belut licin, bukan berarti dia tidak bisa di tangkap." ucap Tecna tersenyum.

"Tuh anak bakalan mati bentar lagi." ucap Dimas menggeleng kan kepala kasihan pada nasib sial yang akan menimpa Amira.

Tecna berpikir tidak semudah itu menyingkirkan Amira, gadis itu cukup licik. Protagonis kejam yang penuh dengan hati hitam.

"Bara dan Gissel udah putus, berarti di PPB bakalan deketin Bara lagi dong." celetuk Lily membuyarkan pikiran Tecna.

Tecna mengangguk, "Dia tidak akan menyerah dengan mudah, jangan percaya dengan wajah bodoh nya." balas Tecna.

Mereka menggerutu kesal mengingat tingkah Amira.

Tidak lama guru masuk ke dalam kelas dan memulai pembelajaran mereka.

Nadine dan Lily kembali menghadap meja mereka, Dimas, seperti biasa dia akan kembali tidur dengan damai tanpa peduli dengan guru.

Tecna hanya diam merenung memikirkan rencana yang akan dia gunakan untuk membalas Amira.

Dia menghela nafas, dan menatap ke kuar jendela melihat lapangan yang di penuhi murid murid yang dalam pelajaran olahraga.

.

.

.

Amira sedari tadi hanya bisa diam menahan emosinya saat anak anak di kelas nya sedang membicarakan dan menghina diri nya.

Bahkan murid laki laki tidak segan melemparkan sampah kertas pada nya.

Mereka semua tertawa mengejek nya.

Dulu dia selalu di puja oleh mereka, bahkan banyak yang menyukai nya. Tidak jarang mereka mengajak nya berpacaran, kecuali murid perempuan yang iri pada diri nya.

Tapi lihat lah sekarang dia di hina dan di permalukan tanpa ampun.

Ini semua karena Tecna! Dia akan membalas semua rasa malu yang dia alami. Lihat saja nanti.

...

Gissel meletakkan pesanan mereka di meja. Dengan senang hati dia mulai makan tanpa peduli sekitar yang masih saja menggosip kan diri nya.

Lily dan Nadine pun jika ikut makan, mereka tidak mau membahas hal yang membuat Gissel tersinggung nanti.

Tecna sibuk dengan ponsel nya, dia sedang bertukar pesan dengan seseorang.

M.C~

Anda yakin itu semua sengaja? Apa anda mempunyai bukti?

Me~

Tentu saja saya punya bukti, Tuan. Jika tidak, saya tidak berani menghubungi anda.

M.C~

Meski dia mendekati majikan saya hanya untuk tujuan sepele, tapi mengetahui dia dengan sengaja menunggu waktu yang tepat untuk bergerak. Itu masih sangat keterlaluan.

Me~

Saya akan mengirimkan video hasil retasan nya pada anda.

M.C~

Terimakasih karena telah mau membantu saya, Nona.

Me~

Tidak masalah.

Dia mematikan ponsel nya, mengusap keningnya pelan.

"Kamu ga makan, Na?" tanya Gissel heran.

Tecna mengangguk, "Ini mau makan." jawab nya. Dia pun makan dengan tenang.

Mereka sedang asik menikmati makanan mereka saat mendengar keributan tidak jauh dari mereka.

Segera mereka mengalihkan pandangan pada keributan itu.

"Itu Amira kan?" tanya Lily menyipitkan mata nya menatap keributan.

Disana seorang gadis jatuh tidak berdaya dengan baju kotor akibat terkena kuah makanan.

Dan seorang gadis yang berdiri di hadapan nya dengan tatapan tajam sedang memaki gadis yang jatuh itu.

"Lo kalo jalan tuh lihat lihat, sialan!!" teriak gadis yang berdiri itu.

Gadis yang terjatuh itu pun menangis sedih meminta maaf, "Maaf kak, saya tidak sengaja." ucap nya sedih.

Baju nya basah karena tumpahan kuah bakso yang masih panas milik gadis yang menabrak nya.

Iya, sebenarnya dia yang di tabrak dengan sengaja, bukan dia yang menabrak. Namun gadis di depan nya menuduhnya telah menabrak gadis itu.

"Ck, lo mau caper lagi ya? Ga ada habis habisnya ya, tingkah tidak tahu malu lo itu." ucap gadis itu mendengus remeh.

"Iya itu Amira." seru Nadine semangat.

"Wah, dunia memang berputar." ucap Gissel menggeleng takjub.

Dulu dia selalu berada di posisi yang di salahkan, tapi sekarang lihat lah. Tanpa bergerak pun sudah ada yang memberi pelajaran pada Amira.

"Itu karna buat dia."
Kata Tecna dingin. Dan itu masih belum cukup, lanjut nya dalam hati.

Mereka mengangguk setuju.

Tidak lama dari itu terlihat Bara dan teman teman nya yang memasuki kantin, dan berjalan melewati keributan itu.

Melihat Bara Amira dengan semangat memanggilnya untuk meminta tolong.

"Kak Bara, tolong Amira. Amira ga sengaja tabrak kak Michel." ucap Amira sambil menangis mencoba menarik simpati Bara.

Bara yang hendak melewati mereka pun terhenti dan menatap Amira yang masih di bawah.

Michel, gadis yang di tabrak oleh Amira mendecak lidah nya kesal melihat drama yang di lakukan oleh Amira.

"Kenapa? Lo mau nolong dia?" tanya Michel menantang.

Jangan kita dia takut, keluarga nya bukan orang sebarang juga. Dan dia cukup mendominasi di sekolah, satu lagi dia juga sekelas sama Bara.

Bara mendengus sinis, "Lakukan dengan bersih." ucap nya sebelum kembali melangkah melewati mereka semua.

Tentu saja mereka tercengang mendengar ucapan Bara, biasanya pemuda itu akan menolong Amira dengan keras namun sekarang,

Michel tersenyum miring, "Lo lihat kan? Bara udah ga peduli lagi sama lo, lagian lo tuh bukan siapa siapa nya Bara."

"Jadi sadar diri aja." ucap nya dengan sengaja menginjak kaki Amira dengan kuat.

"Arghh...." Amira berteriak kesakitan, air mata nya menetes keluar dengan deras namun tidak ada yang peduli sama sekali.

Bahkan jika mereka merasa kasihan pun, siapa yang berani menolong nya dari tangan tukang bully seperti Michel. Mereka tidak ingin cari mati.

Gissel menatap semangat akan penderitaan Amira. Ini masih belum seberapa di bandingkan diri nya dulu, yang sering mendapatkan tamparan dari Erick.

Gissel makan dengan hati senang mendengar teriakan kesakitan Amira.

Tapi ada yahh membuat nya heran, mengapa Bara dan teman teman nya mendekati meja mereka.

"Dia ngapain ke sini?" tanya Gissel.

Mendengar itu mereka semua mengikuti tatapan Gissel yang menuju pada Bara dan temannya.

Mereka juga ikut bingung.

Saat Tecna ingin mengangkat kepala nya melihat, Bara sudah berdiri di samping nya. Tecna mendongak melihat Bara datar.

"Gue mau duduk di sini." ucap Bara datar.

Mereka terkejut mendengar ucapan Bara. Sejak kapan pemuda itu mau duduk di samping Tecna.

Tecna hanya menatap dingin pada Bara dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Begitu pun juga dengan Bara, dengan wajah tebal nya dia langsung saja duduk di samping Tecna tanpa takut.

Gissel menatap tidak suka pada Bara, sedangkan teman teman Bara juga Erick hanya bisa berdiri diam dengan bodoh nya.

Melihat itu, Gavin pun dengan sigap ikut duduk di samping kiri Tecna, jadi lah gadis itu di himpit oleh dua pemuda dengan wajah datar mereka.

"Ada apa ini?" tanya yang lain dengan bingung karena keanehan yang sedang terjadi.

Tecna menutup mata nya menahan kekesalan nya. Sialan, batin nya mengutuk.

...

Continue Reading

You'll Also Like

244K 23K 30
ʬʬʬ ⋆ 異世界 ┊ ꒰ transmigration story ꒱ ━ niken mati konyol karena terpeleset kulit pisang. bukannya pergi menuju alam baka, jiwanya malah terjebak di d...
2.7K 291 6
bagaimana jadinya jika SMA MoriMori yang khusus laki-laki terdapat satu murid cewek? eeee... antara surga dunia sm neraka dunia sih:v Sedikit ooc WAR...
29.3K 2.1K 27
Transmigrasi karena jatoh dari gerbang sekolah?! Yang benar saja! Dunia memang sudah gila. Bertransmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bermarga Laudh...
67.6K 4.2K 20
Senja Athalia Raven tidak akan menyangka jika tiba-tiba tubuhnya tersedot ke dalam cahaya yang ada di dalam novel yang baru selesai ia baca. "Ini kay...