Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

481K 27.6K 430

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Amira Salfira Rinjani
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Munafik
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Dimas Jenna Clayton
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Persiapan
Acara
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Di Jauhi
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Bincang Santai
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Penghinaan

8.9K 571 4
By Zuraprilly

"Gissel." panggil Amira sambil tersenyum manis. Dia berjalan mendekati mereka di ikuti oleh asisten Diego di belakang.

Penampilan nya begitu indah membuat beberapa orang bahkan dari keluarga besar pun terpesona meski dia hanya seorang perwakilan.

Sedangkan Gissel yang di panggil hanya melirik sinis dan tidak menanggapi. Untuk apa gadis itu mendatangi nya kemari, sungguh tak tahu malu.

Hal itu membuat Amira tertunduk sedih,  membuat orang orang di sekitar memandang Gissel dengan jelek.

Seperti Gissel telah melakukan kesalahan berat dan terlihat seperti sedang menindas Amira yang tampak lembut.

"Jangan memanggilku seperti kita itu dekat, terakhir yang ku ingat kau itu perempuan tak tahu malu yang suka merebut pacar orang." balas Gissel sengit.

Jangan kita dia tidak berani melawan, mungkin orang orang menganggap nya jahat. Tidak masalah dia akan menjadi seperti yang di pikirkan oleh mereka.

Ucapan Gissel menjadi balasan sengit untuk Amira, dia datang kemari dengan membawa nama salah satu pengusaha besar namun dirinya sendiri adalah contoh yang buruk dengan menjadi wanita perebut.

Mendengar itu wajah Amira langsung saja berubah memerah malu.

Ivana dan Ayu saling melirik dengan diam, namun dalam hati Ayu mendengus jijik melihat gadis ini.

Dia paling benci orang orang seperti Amira bukan karena mereka miskin tapi perilaku merebut milik orang lain itu sangat jelek di mata nya.

Erick, Bara dan teman teman nya hanya bisa pasrah melihat Gissel dan Amira akan kembali bertengkar.

"Kamu salah paham, aku tidak seperti itu." ucap nya, bulu mata nya bergetar seakan akan dia akan menangis detik kemudian.

Melihat penampilan menyedihkan nya beberapa orang sedikit mencibir kelakuan kasar Gissel.

"Jangan membuat drama di sini, tidak akan ada yang membela mu." balas Gissel.

Dia menatap tidak suka pada Amira, sedangkan Amira dia menatap Bara seakan akan meminta pembelaan.

Riko sedikit kasihan melihat Amira namun dia di tahan oleh Nanda jadi dia tidak bisa berbuat sesuatu.

Bara hanya menatap datar Amira, lagian lengan nya di peluk oleh Ayu erat. Meski dia tidak memiliki niat untuk membantu Amira.

Tecna hanya melirik dingin pada Amira, sedangkan Nathan hanya bisa mengerut kan kening nya pelan. Apa lagi yang ingin di lakukan oleh gadis ini, pikir nya tidak senang.

Melihat tidak ada yang memperdulikan nya, Amira menahan amarah nya.

"Bukankah kau sangat kasar, Nona? Aku yakin dia ini temanmu bukan?" ucap seorang pemuda gendut yang di kelilingi oleh para wanita tadi.

Awalnya dia sibuk dengan dunia nya sendiri, namun melihat kecantikan yang tertindas dan membutuhkan pertolongan membuat nya memiliki ide yang licik.

Bagaimana jika dia menolong gadis cantik itu dan gadis itu akan berterima kasih pada nya. Dia akan meminta gadis itu tidur dengan nya sebagai balas budi.

Melihat tubuh indah itu membuat dia ingin meneteskan air liur, dia tidak sabar untuk mencicipi tubuh cantik Amira.

Melihat seseorang datang menolong Amira, Gissel mendengus sinis.

"Babi dari mana yang berani mengajak ku berbicara?" ucap Gissel menggerutu. Tecna tersenyum bangga mendengar itu.

Mendengar dia di sebut babi, membuat pemuda gendut itu memerah marah.

Nanda dan Riko tersedak dan tertawa mendengar itu, mereka tidak menyangka Gissel bisa sebadas ini.

Ini kesempatan Amira untuk menjatuhkan Gissel, pikir nya.

"Gissel, kamu tidak boleh menghina orang seperti itu. Bagaimana pun dia lebih tua di bandingkan kamu." ucap Amira menarik perhatian mereka kembali pada gadis itu.

Melihat Amira membelah nya membuat pemuda gendut itu bersemangat.

"Oh, dia memang tua. Mungkin sebentar lagi juga mati, lihat saja badan nya. Ck.. ck, dia bisa saja meledak detik kemudian." kini Tecna yang membuka mulut nya.

Beberapa orang yang mendengar ucapan Tecna pun tertawa.

Dia berjalan mendekati Gissel dan berdiri di samping gadis itu menatap tajam Amira.

Pemuda itu sudah di ejek babi oleh Gissel sekarang dia di kutuk akan mati detik kemudian.

Betapa memalukan nya ini, dia di hina secara terang terangan oleh kedua jalang ini, pikir nya.

"Kau! Jalang sialan, berani sekali kau menghina tuan muda ini. Apa kau tidak tahu siapa ayah ku?!" ucap pemuda itu berteriak sambil menunjuk Gissel dan Tecna.

Wajah merah padam sudah mirip seperti babi yang di katakan oleh Gissel tadi.

Tecna menaikan alisnya menantang, "Oh,  siapa ayah mu? Aku ingin melihat nya, betapa tidak beruntung nya dia memiliki anak jelek seperti mu." ucap Tecna mengejek.

Adam dan Ivana memasang wajah jelek nya saat babi sialan itu mengatakan jalang pada anak nya.

Erick sendiri ingin melayangkan pukulan jika Gavin tidak menahan nya sedari tadi.

Amira merasa tidak menguntungkan untuk dia sekarang.

"Kau!! Aku akan mengadukan mu pada ayah ku, jalang siala-"

Bugg

Belum sempat dia melanjutkan ucapan nya, sebuah pukulan keras melayang pada wajah nya, membuat nya tersungkur.

Melihat kekerasan di depan mereka, beberapa orang berteriak kaget.

Semua mengalihkan pandangan mereka pada pelaku pemukulan tadi.

Dan mereka sedikit terpana melihat seorang pemuda tampan berjas hitam dan tampan menawan berdiri diam menatap dingin pada pemuda gendut tadi.

Tecna dan yang lain nya juga terkejut melihat kedatangan orang itu yang secara tiba-tiba.

"Siapa dia?"

"Dia sangat tampan."

"Wow, dia keren."

"Aku tidak pernah melihat nya."

Pemuda itu menatap dingin kepada pemuda yang ia pukul barusan, "Apa ayah mu tidak mengajari mu untuk menghormati setiap perempuan?" ucap nya dingin.

Tecna menatap dalam pemuda itu, dia tersenyum miring, Arthur. Akhirnya kau datang juga.

"Sialan!! Siapa yang berani memukul, tuan muda ini!!" teriak pemuda gendut itu tak terima.

Dua orang segera berlari ke arah pemuda gendut itu dan membantu nya berdiri. Mereka adalah pelayan yang di bawah oleh pemuda itu bersama nya.

Nama pemuda gendut itu, Brian Wulfric.

Brian yang di bantu oleh pelayan nya berdiri menatap tajam pada Arthur yang masih diam dengan wajah dingin nya.

"Siapa kau?! Berani sekali kau memukul ku! Kau tidak tahu siapa ayah ku, hah?!!" ucap nya kembali dengan wajah lebam biru nya menunjuk pada Arthur.

Tecna memutar mata malas mendengar ucapan itu lagi, pemuda idiot ini hanya bisa mengandalkan nama ayah nya untuk menindas orang. Padahal dia sendiri adalah orang yang lemah.

Dari jauh Satyo melihat ada keributan di sana, dengan marah dia menyuruh asisten nya untuk melihat apa yang terjadi. Berani sekali orang orang ini membuat masalah di acara penting nya.

"Ayah mu? Albus Wulfric? Huh! Aku tidak takut pada nya." ucap Arthur remeh.

Dimas baru saja sampai dan berdiri di samping Arthur, melirik tidak setuju pada pemuda itu karena meninggalkan nya setelah masuk.

"Siapa babi menyeramkan ini?" tanya Dimas bingung.

Dia menatap ke atas dan ke bawah pada Brian. Membuat Brian risih dan tidak terima kembali di hina dengan sebutan babi.

Tecna tertawa mendengar ucapan polos Dimas, membuat Arthur menoleh ke arah gadis itu.

Cantik, pikir nya. Namun dia segera sadar dan menatap Brian yang masih menatap mereka dengan hidung yang mengembang kempis marah.

Dimas melihat ke arah Tecna yang masih tertawa, dan menyapa gadis itu.

"Tecna." kata nya melambaikan tangan tanpa peduli penghinaan nya pada Brian. 

Tecna berhenti tertawa dan mengusap air matanya pelan.

"Lo datang juga akhirnya." ucap Tecna membalas sapaan Dimas.

Pemuda itu mengangguk, "macet tadi, makanya gue lama." jawab Dimas.

Tecna hanya tersenyum paham.

Brian benar benar marah, selain di hina dia juga di abaikan. Baru kali ini dia di perlakuan seperti ini, dia menatap Amira sengit.

Jika bukan karena jalang bodoh ini, dia mungkin tidak akan seperti ini. Semua ini karena perempuan sialan ini!!

Amira mundur selangkah karena di tatap dengan mata penuh kebencian dari Brian.

Gissel mendengus melihat Amira, "sudah ku duga, selain mejadi perempuan perebut kau juga suka membuat masalah di mana mana, Amira." ucap Gissel mengejek.

"Aku..tidak bermaksud seperti itu." ucap nya sedih.

Badan nya bergetar takut, mata nya berkaca kaca, melihat penampilan nya yang menyedihkan beberapa orang pun iba pada nya.

Amira menatap Bara sedih, "Kak Bara, aku tidak bermaksud membuat masalah.  Aku hanya ingin menyapa Gissel, aku tidak tahu akan seperti ini." jelas nya memohon pada Bara.

Semua menatap Bara dan Amira bergantian. Ada hubungan apa pewaris keluarga Wijaya dengan gadis miskin ini, pikir mereka heran.

Bara menepis kan bibir nya, dia menatap Nathan yang sudah memiliki wajah jelek.

Ucapan Amira seakan akan menyalahkan Gissel, jika bukan karena Gissel tidak menanggapi sapaan nya dengan baik mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Tecna menatap dingin Amira, "kau sudah tahu Gissel tidak menyukai mu, karena mencoba merebut tunangan nya. Tapi kau masih coba mendekati nya, bukan kah sama saja kau sengaja memulai pertengkaran dengan Gissel." ucap Tecna datar.

Mendengar perkataan Tecna membuat mereka yang mendengar mencibir Amira karena sengaja mencari muka. Bahkan ada yang terang terangan menghina nya.

"Wanita perebut, pantas saja dia berani datang ke mari."

"Jangan bilang dia simpan pria tua kaya?"

"Hahahaha."

"Menjijikkan."

Arthur hanya melirik dengan wajah dingin nya.

Dia baru tahu sekarang kenapa Dimas memberikan julukan gadis iblis pada Tecna. Ternyata memang benar, dia bahkan dapat membunuh lawan nya tanpa bergerak sedikit pun.

Amira memerah malu mendengar penghinaan itu, tidak ada yang membela nya bahkan Bara hanya diam saja disana dari tadi.

"Kau! Kalau bukan karena mu. Aku tidak akan menderita di permalukan seperti ini!!" teriak Brian menunjuk Amira yang sudah mundur ketakutan.

Gadis itu menggeleng dengan brutal, "Tidak, tidak bukan aku. Aku tidak meminta anda untuk menolong saya, kenapa saya disalahkan?" ucap Amira membantah.

"Memang tidak tahu malu."

"Padahal sudah di tolong tapi malah seperti itu."

"Dia bahkan tidak mengucapkan terimakasih karena sudah di bela."

"Wajah nya sangat tebal."

"Siapa sih yang membawa nya kemari? Merusak pemandangan saja." kata wanita bergaung merah tidak jauh dari mereka. Banyak yang setuju dengan ucapan perempuan itu.

Asisten Diego sudah mengutuk Amira dalam hati nya, dia juga ikut menanggung malu karena datang dengan gadis itu.

"Ada apa ini?" tanya Jacob, asisten Satyo Wijaya.

Dia juga sudah muak melihat keributan yang di timbulkan gadis ini. Dari awal dia datang saja, Jacob sudah melihat akan  ada sesuatu yang buruk.

Arthur dan Dimas sedikit bergeser karena Jacob berjalan ke arah mereka.

"Tuan Wulfric, apakah anda juga ikut membuat masalah di sini hanya karena seorang gadis jelata seperti nya?" ucap Jacob dengan tajam menatap dingin pada pemuda gendut itu.

Brian hanya bisa diam dan menunduk malu,

"Apakah ayah mu tahu bagaimana perlakuan putra nya di sini? Bagaimana jika aku melaporkan mu kepada nya karena sudah terlibat keributan di acara keluarga Wijaya?" ucap Jacob lagi.

Brian menggeleng ketakutan, "Tidak! Tidak! Jangan asisten Wood, saya tidak akan  membuat masalah, karena gadis yang tidak tahu diri ini. Tolong jangan melaporkan nya pada ayah ku." ucap Brian memohon.

Wajah biru nya penuh lebam serta badan gemuk nya membuat nya terlihat bodoh.

Arthur pun diam diam mendecih, tadi saja sok hebat. Sekarang lihat lah, dasar pengecut.

"Lebih baik anda pergi dari sini, dan merenungkan diri." usir Jacob tegas.

Melihat ada kesempatan Brian dan kedua bawahan nya segera pergi dari sana setelah melayang kan tatap maut nya pada Amira membuat gadis itu ketakutan.

Jacob mengalihkan pandangan nya pada Tecna dan Gissel.

Dia tersenyum sopan dan menunduk sedikit, "maaf atas ketidaknyamanan anda, Nona Warren." ucap Jacob meminta maaf.

Tuan nya selalu berpesan untuk bisa menjalin kerja sama pada penerus keluarga Warren. Jadi dia tidak bisa meninggalkan kesan buruk pada Gadis itu.

"Tidak masalah, Tuan Jacob. Hanya saja beberapa orang tidak tahu dimana tempat nya berdiri." ucap Tecna tersenyum dan sedikit melirik Amira.

Jacob paham maksud Tecna dan dia pun mengangguk.

"Nona Amira ya tadi? Silahkan anda pergi dari sini, meski anda adalah perwakilan Tuan Goldstein, itu tetap tidak membenarkan anda bisa membuat masalah di sini." ucap Jacob dengan dingin mengusir Amira.

Gissel tersenyum penuh kemenangan melihat Amira di usir secara tidak hormat.

Amira ingin membuka mulut nya namun asisten Diego sudah maju di depan nya.

Dia menunduk sedikit, "maaf karena orang kami sudah membuat masalah di sini, Tuan Jacob. Saya akan menyampaikan semua nya pada atasan saya, kami akan segera mengirimkan kompensasi untuk keluarga Wijaya." ucap nya meminta maaf dengan tulus.

Jacob tidak menolak itu, sudah biasa mengirim kompensasi bagi keluarga besar.

Jacob mengangguk mengiyakan permintaan maaf dari Diego. "Tidak masalah, Tuan Chris. Sampaikan juga maaf kami karena mengambil keputusan seperti ini." balas Jacob ikut menunduk sopan.

"Kami permisi." ucap Chris membawa Amira pergi dari sana.

Melihat itu Gissel pun berteriak, "jangan lupa minta maaf pada ku nanti di sekolah, Amira!"

Tecna melirik Arthur diam diam, dia ingin melihat apakah Arthur mengenal Amira si protagonis atau tidak.

Dan ternyata Arthur tidak mengenal nya, dia bahkan tidak melirik sedikit pun saat Amira melewati nya.

Entah kenapa tapi Tecna merasa kega melihat itu.

Jacob mengalihkan pandangan nya pada Arthur.

"Maaf mengganggu tuan, tapi saya ingin mengetahui siapa anda?" ucap Jacob dengan sopan.

Meski dia tidak mengenal kedua pemuda ini tapi melihat dari temperamen nya dan Aura nya, pemuda ini bukan orang yang sembarang. Lebih baik dia berhati-hati masih banyak harimau yang berjongkok di sekitar gunung.

Arthur melirik Jacob dengan dingin, "Perkenalkan, Saya Rei Arthur Davis. Pemimpin keluarga kuno Davis, siap melayani." ucap Arthur sedikit menunduk memperkenalkan nama nya.

Mendengar nama Davis semua orang di sana tercengang. Mereka tidak menyangka keluarga misterius akan hadir di acara keluarga Wijaya yang sudah di adakan setiap tahun.

Namun baru kali ini mereka muncul, bahkan pemimpin nya secara langsung menghadiri acara ini. Mereka kembali iri dengan betapa beruntung nya tetua keluarga Wijaya.

Jacob mencoba bersikap tenang, "Tuan Davis, maaf atas ketidaksenangan anda." ucap nya meminta maaf dengan membungkuk lebih dalam.

Bagaimana pun Davis adalah keturunan keluarga kerajaan. Sudah seharusnya dia melakukan etika yang lebih baik lagi.

Arthur tersenyum datar, "Hm." jawab nya.

Tanpa sengaja mata nya bertemu tatap dengan Tecna yang sedari tadi menatap nya.

Gadis itu tersenyum miring dengan bola  mata biru nya bersinar tajam.

Arthur sedikit terkejut melihat itu namun dia segera menenangkan dirinya, dia pernah bertemu gadis ini. Terutama mata itu, dia tidak akan melupakan nya.

"Halo Arthur." bisik Tecna masih menatap lekat pemuda itu.

Gissel sedikit bergidik melihat kelakuan kembaran nya yang abnormal di mata nya.

"Anda bisa lewat sini, Tuan Davis. Anda adalah tamu terhormat kami." ucap Jacob memberi jalan pada Arthur.

Pemuda itu pun dengan patuh mengikuti Jacob dan mencoba mengabaikan Tecna yang masih saja menatap Intens.

...

Continue Reading

You'll Also Like

247K 19.1K 35
freya harus rela bahwa dirinya memasuki tubuh seorang gadis macho bernama 'VICTORIA ALGHAVERO' Gadis Macho dengan perawakan laki dan satu-satunya an...
29.5K 2.1K 27
Transmigrasi karena jatoh dari gerbang sekolah?! Yang benar saja! Dunia memang sudah gila. Bertransmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bermarga Laudh...
357K 25.7K 17
Ini tentang Na jaemin dengan cara anehnya, dalam mencitai Huang Renjun. Warning!!! mengandung kekerasan, adegan penyiksaan, dan sejenisnya:) BXB YAOI...
1.7K 137 22
"Bukannya gue ketabrak pick up?" "Sas! Temen lo kayaknya makin geblek deh sejak pingsan tadi." "Andara, gue tau. Mungkin pas pingsan, Alda kerasukan...