Sweet Friend (Xodiac SingZay)

By SugaJennie24

26.1K 2.8K 5.1K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 23 ~ Pilihan Sing
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan

Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing

345 52 152
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Zayyan kini berdiri di luar gedung perusahaan yang menjulang tinggi itu. Tubuhnya terasa lemas, dan hatinya menjadi semakin cemas setelah mendengar kabar dari Soodam, bahwa ternyata Sing belum pulang sejak kemarin.

Dan Zayyan kini menyesali apa yang telah dilakukannya kemarin sore. Karena terakhir kali ia bertemu dengan Sing, malah kata putus yang terucap dari bibirnya terhadap Sing.

"Ternyata apa yang dikatakan oleh Ibu semalam padaku itu benar. Bahwa apa yang kurasakan semalam adalah tanda bahwa orang yang kupikirkan itu sedang tidak baik-baik saja. Dan memang benar adanya, bahwa Sing sepertinya tidak baik-baik saja. Entah mengapa firasatku mengatakan demikian," gumamnya.

"Ouyin-ah, kenapa kau tega tidak memberitahuku mengenai Sing? Hh...," Zayyan menghela napas lelah.

"Sepertinya aku harus menghubungi Sing, siapa tahu dia mau angkat dan aku bisa menyuruhnya untuk segera pulang," batin Zayyan.

Lalu Zayyan pun mendial nomor Sing.

"Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan."

Namun yang terdengar hanyalah suara dari operator telepon.

"Hh...kenapa tidak bisa dihubungi? Sing, di mana kau sebenarnya? Apa kau baik-baik saja?" Zayyan jadi semakin khawatir.

Dengan lesu, ia pun berjalan ke halte bus untuk kembali pulang.

Di sepanjang perjalanan ia tak berhenti memikirkan Sing dan berharap Sing dapat segera pulang.

***

Kini Zayyan berdiri mematung di tempat di mana dirinya kemarin sore telah memutuskan hubungannya dengan Sing.

"Sing, apa gara-gara aku mutusin kamu kemarin, makanya kamu pergi dan belum pulang sampai sekarang?" Zayyan mulai bergumam.

"Kuharap kamu saat ini hanya sedang menenangkan diri di tempat yang aman. Nanti kalau hati kamu sudah agak baikan, cepat kembali pulang ya!"

Zayyan pun memutuskan untuk tetap berdiri di sana sambil menunggu mobil Sing melewati tempat tersebut.

"Sing, cepatlah pulang! Aku menunggumu di sini," gumamnya lagi.

Mata Zayyan memperhatikan setiap mobil yang melewati jalanan itu, dan berharap agar mobil yang dikendarai Sing segera lewat.

Sementara itu di tempat lain, Tn. Zo, istrinya, Dohyun, Wain, dan juga Davin masih terus mencari keberadaan Sing tanpa kenal lelah.

***

Selama berjam-jam Zayyan pun juga tetap menunggu di tempat tersebut tanpa kenal lelah, hingga akhirnya mobil Leo pun melewati jalanan tersebut, saat dirinya pulang dari kampus.

"Zayyan? Sedang apa dia di situ?" Batin Leo heran. Lantas ia pun segera menepikan mobilnya.

"Zayyan! Kau sedang apa di sini?" Leo berjalan menghampiri Zayyan.

Zayyan pun tersadar dari lamunannya akan Sing.

"Eh, Ouyin? Udah pulang kuliah?"

"Iya, hari ini jadwal mata kuliahku nggak banyak, jadinya aku pulang cepat. Kamu ngapain di sini sendirian?" Tanya Leo lagi.

"Ng...aku...lagi nungguin Sing," jawab Zayyan jujur.

Leo merotasi matanya jengah.

"Ahh elah, ngapain sih nungguin dia segala? Kurang kerjaan amat!" Ketus Leo sebal.

"Ouyin, kenapa kamu tega nggak ngasih tahu aku kalau Sing belum pulang sejak kemarin?" Tanya Zayyan akhirnya menumpahkan uneg-unegnya.

Leo terkejut, karena ternyata Zayyan  sudah mengetahui hal itu.

"Kamu tahu dari mana kalau Sing Hyung belum pulang sejak kemarin?"

"Dari Soodam tadi di kantor."

"Aigoo! Soodam, rese banget sih dia! Pakai ngasih tahu Zayyan segala!" Batin Leo kesal.

"Terus emang kenapa kalau Sing Hyung belum pulang dari kemarin, hah? Jangan bilang kalau kamu khawatir?"

"Iya, aku khawatir. Saking khawatirnya aku sampai nggak bisa tidur semalaman gara-gara mikirin dia," jawab Zayyan jujur.

"Yaaakk! Zayyan-ahh!!" Bentak Leo kesal. "Sudah kubilang jangan mengkhawatirkan Sing Hyung lagi! Kamu paham nggak sih apa yang udah aku ngomongin berkali-kali, hah?!!"

Zayyan tersentak kaget, ia merasa ketakutan karena Leo membentaknya barusan.

Mata Zayyan pun berkaca-kaca, seperti hendak menangis. Melihat itu, Leo pun jadi merasa bersalah.

"Zayyan-ie, jangan nangis! Maafin aku ya!" Leo tiba-tiba menarik Zayyan ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya, agar Zayyan tak jadi menangis.

Setelah beberapa saat, Leo pun melepaskan pelukannya dan menatap wajah Zayyan.

"Zayyan-ie, kamu nggak usah khawatir tentang Sing Hyung. Dia itu baik-baik saja kok," ucap Leo.

"Benarkah, dia baik-baik saja?" Tanya Zayyan meminta kepastian.

"Iya. Kurasa dia itu kemarin cuma pergi ke rumah pacarnya. Seperti yang kamu bilang, kalau Sing sama Bona Noona belum putus, jadi mungkin saat ini mereka sedang bersenang-senang sambil menikmati uang hasil taruhan itu berdua," ucap Leo asal. Ia mulai mengarang cerita lagi tentang kakaknya.

Mendengar itu, tak ayal rasa sakit di hati Zayyan pun muncul kembali.

"Jadi mereka berdua sedang bersenang-senang?" Suara Zayyan bergetar, menahan rasa sakit dan cemburu.

"Iya, itu benar. Makanya kamu nggak usah capek-capek mengkhawatirkan dia dan sampai nungguin dia di sini segala. Udah mendingan kamu sekarang pulang saja, istirahat di rumah. Oke?"

Namun bukannya menyetujui saran Leo, Zayyan tiba-tiba malah berlari meninggalkan Leo.

"Yak! Zayyan-ah, kau mau ke mana?" Teriak Leo terkejut melihat Zayyan yang langsung berlari meninggalkannya.

Namun Zayyan tak menyahutnya, dan malah terus berlari menjauh dengan sekuat tenaga.

"Awas ya kau Sing, kalau sampai ketemu!" Batin Zayyan dipenuhi emosi. Dirinya sudah terpengaruh dengan ucapan Leo tadi.

***

Rupanya Zayyan berlari ke halte bus. Dengan napas yang terengah-ngengah ia pun menunggu kedatangan bus di sana.

Tak lama kemudian sebuah bus yang ditunggunya pun datang, dan ia segera menaikinya.

Dengan menggunakan bus tersebut, Zayyan pergi menuju ke daerah Myeondong, untuk mendatangi gedung apartemen Arora, tempat tinggal Kim Bona.

***

Sesampainya di depan pintu unit apartemen yang dihuni oleh Bona, dengan napas memburu karena emosi ia pun memencet bel berkali-kali.

Yang ada di dalam pikiran Zayyan saat ini adalah, bahwa Sing sedang bersenang-senang di dalam bersama dengan Bona. Itulah yang membuatnya sangat emosi saat ini.

Begitu pintu dibuka oleh Bona...

"Mana Sing?!" Sarkas Zayyan dengan menggebu-gebu tak sabar ingin memberi pelajaran pada pemuda yang dicintainya itu. Sepertinya Zayyan lupa jika dirinya dan Sing kini sudah tak lagi berpacaran.

"Eh, apaan sih datang-datang marah-marah kayak gini?" Timpal Bona heran.

"Cepat, katakan padaku di mana Sing? Dia pasti sedang ada di dalam, kan?"

Bona mengernyitkan keningnya bingung. Pasalnya dirinya pun belum mengetahui apa yang telah dilakukan oleh kakaknya terhadap Sing semalam.

"Nggak ada. Sing nggak ada di sini kok!" Jawab Bona apa adanya.

"Bohong! Akan kucari sendiri! Minggir!" Emosi yang menguasai hati dan pikirannya membuat Zayyan jadi lupa akan etika dan sopan santun saat berkunjung ke rumah orang.

Zayyan mendorong tubuh Bona ke samping, dan menerobos masuk ke dalam.

"Yak! Nggak sopan banget sih kamu, main masuk ke rumah orang aja!" Kesal Bona.

Namun Zayyan tak perduli, dan terus menelusuri setiap ruangan sambil memanggil-manggil nama Sing.

"Sing, keluar kau! Jangan sembunyi! Dasar brengsek, aku semalaman mengkhawatirkanmu, tapi kau malah senang-senang di sini! Sing, cepat keluar!!" Zayyan mencari Sing sambil mengomel.

"Yak! Hei kau, Zayyan! Berhenti mencari Sing di sini! Mau kau cari ke lubang wastafel pun, dia tidak ada di sini!" Bona pun mengikuti Zayyan sambil mengomelinya.

Akhirnya Zayyan nekat masuk ke dalam kamar Bona, namun ternyata Sing juga tak ada di sana. Semua ruangan sudah ia masuki, bahkan sampai ke kamar mandi dan juga balkon, namun Sing tetap tidak ia temukan.

Zayyan pun lelah, dan ia duduk di sofa dengan lemas.

"Apa kubilang? Sing nggak ada di sini, kan?" Ucap Bona yang juga turut membanting bokongnya ke sofa dengan kesal.

"Kenapa sih kamu tiba-tiba mencari Sing di sini?" Tanya Bona kemudian.

Zayyan mengusap wajahnya.

"Karena...Sing belum pulang sejak kemarin. Dan kupikir dia ada di sini, ternyata tidak ada," jawab Zayyan.

"Ha? Sing belum pulang dari kemarin? Kok bisa?" Pekik Bona terkejut.

Zayyan mengedikkan bahunya. "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Nona Bona, apa kau juga tidak tahu di mana Sing saat ini?"

Bona menggeleng. "Aku tidak tahu," Bona menjawab jujur.

Zayyan menarik napas lelah. "Kemana ya dia?" Zayyan kembali sedih dan khawatir. "Ternyata Ouyin membohongiku, Sing nggak ada di sini seperti yang dia bilang tadi," batin Zayyan kesal.

Bona pun kini jadi ikut memikirkan Sing. "Sing pergi ke mana ya?" Dalam hati Bona.

"Tapi bukankah kau bilang padaku, bahwa kalian berdua masih pacaran? Kalau kalian masih pacaran, kok kamu nggak tahu sih di mana pacarmu berada?" Tanya Zayyan sambil memicingkan matanya curiga.

"Ya...iya sih, kami memang masih pacaran kok. Tapi kan kami nggak tinggal bersama, jadi ya wajar dong kalau aku nggak selalu tahu ke mana Sing pergi," Bona beralasan demi menutupi kebohongan statusnya dengan Sing.

"Iya juga sih. Mm...ya udah kalau begitu maaf ya, aku udah main masuk-masuk ke dalam ruangan apartemenmu dan menuduhmu menyembunyikan Sing."

"Eum. Tapi lain kali jangan diulangi ya, nggak sopan tau nggak?!" Ketus Bona.

"Iya, maaf," cicit Zayyan merasa bersalah.

"O ya, ngomong-ngomong. Kau dan Sing sudah putus belum?" Tanya Bona penasaran.

"Sudah," jawab Zayyan.

"Sudah resmi putus?"

"Iya. Dan atas saran Ouyin, aku juga sudah resign dari kantornya Sing," dengan polosnya, Zayyan malah menjelaskan secara detail.

"Benarkah?"

"Iya, benar."

"O ya, baguslah kalau begitu. Itu keputusan yang sangat tepat, Zayyan!" Diam-diam Bona tersenyum senang.

"Yes! Akhirnya mereka putus, dan bukan hanya itu, Zayyan pun resign. Keinginanku terwujud dong kalau kayak gini. Dan nggak nyangka banget ternyata Leo malah ngebantuin aku buat semakin memuluskan rencanaku buat misahin Zayyan sama Sing hihi...duh bahagianya hatiku!" Batin Bona puas.

"Ng...Nona Bona, aku pamit dulu ya. Maaf sudah mengganggumu," ucap Zayyan, lalu bangkit berdiri.

Dengan lesu Zayyan pun meninggalkan apartemen Bona.

Bona menatap kepergian Zayyan dengan heran. "Tapi kalau udah putus, kenapa Zayyan masih terlihat mengkhawatirkan Sing ya? Aneh banget!" Batin Bona.

***

Setelah gagal mencari Sing di apartemen Bona, Zayyan pun memutuskan untuk pulang ke apartemennya sendiri.

"Loh, Zayyan, kok kamu udah pulang, Nak? Tumben, apa hari ini tidak banyak kerjaan di kantor, makanya kamu pulang cepat?" Tanya Ny. Won heran, karena saat ini baru pukul 16.35 menit.

"Ng...aku tadi ke kantor cuma buat ngasih surat pengunduran diri aja kok, Bu," terang Zayyan jujur.

"Apa???" Pekik Ny. Won terkejut.

Dan Gyumin yang sedang menonton televisi sambil ngemil pun sampai ikut menoleh saking terkejutnya.

"Kamu ngundurin diri dari perusahaan besar milik keluarga Zo??" Lanjut Ny. Won lagi.

"Iya, Bu," jawab Zayyan.

"Aigoo! Aigoo! Yak! Zayyan-ah, kau itu sudah beruntung dapat kerjaan di sana melalui Sing, eh malah sekarang main resign gitu aja. Apa kamu tahu berapa banyak orang di luar sana yang bermimpi bisa bekerja di perusahaan itu, namun tidak semuanya bisa diterima bekerja di sana? Eh, kamu malah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah kamu peroleh. Mana gaji yang di kasih oleh Sing kemarin itu kan juga gede banget, tapi kamu malah milih resign, gimana sih?" Ny. Won memarahi putranya.

Zayyan pun hanya bisa menunduk.

"Kamu tahu kan kalau cari kerjaan tuh susah, nggak gampang, eh malah kamu milih jadi pengangguran lagi sama kayak Gyumin!" Lanjut Ny. Won.

Gyumin pun jadi merasa tersindir, karena menyadari dirinya yang memang masih pengangguran. "Ya elah, gara-gara Zayyan pakai acara resign segala, aku jadi ikut dibawa-bawa," batin Gyumin.

Bukan tanpa alasan, Ny. Won mengomeli putranya yang kini resign. Itu karena jika Zayyan tidak bekerja dan memilih menjadi pengangguran sama seperti Gyumin, maka itu berarti beban untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus ditanggung oleh Ibunya dan juga Hyunsik jadi bertambah berat lagi.

Karena jika hanya mengandalkan gaji Ny. Won dan juga Hyunsik yang tidak seberapa itu, tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Padahal tadinya, Ny. Won sudah sangat senang setelah Zayyan mendapat pekerjaan, karena Zayyan jadi bisa ikut meringankan beban keluarga. Tapi sekarang jika Zayyan menganggur, maka sang Ibu dan Hyunsik harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Dan bisa saja nanti Hyunsik terpaksa harus berhutang lagi pada rentenir.

"Maafin aku ya, Bu. Aku janji setelah ini aku akan berusaha mencari pekerjaan baru lagi," ucap Zayyan.

"Kamu resign dari perusahaan sebesar itu cuma buat ngelamar pekerjaan di tempat lainnya lagi yang belum tentu gajinya bisa sebesar gaji kamu kemarin? Ya ampun, Zayyan! Itu sama saja kamu membuang berlian hanya demi segenggam pasir."

"Habisnya aku harus gimana lagi, Bu? Aku kan udah terlanjur resign tadi."

"Dengerin Ibu, Zayyan. Ini untuk kebaikan masa depan kamu. Jika kamu mau hidupmu terjamin, maka lebih baik kamu batalkan resignmu, dan bilang pada Sing bahwa kamu menyesali keputusanmu untuk resign dan minta maaf, lalu memohonlah padanya supaya kau bisa diterima bekerja lagi di sana. Mengerti?"

"Tapi Buu...,"

"Apa lagi sih?"

"Sing, dia sekarang menghilang. Jadi aku nggak bisa batalin resignnya sekarang."

"Ha? Menghilang? Maksudnya?"

"Iya, Bu. Sing belum pulang ke rumahnya sejak kemarin. Dan menurut informasi teman kerjaku, Soodam, saat ini keluarga Tn. Zo sedang berusaha mencari keberadaan Sing."

"Aigoo! Kasihan sekali Nak Sing. Mudah-mudahan nggak terjadi apa-apa ya sama dia. Ya udah gini aja, kamu ikut bantuin nyari Sing. Dan kalau kamu bisa nemuin dia duluan, Ibu yakin Sing pasti akan sangat berterima kasih sama kamu dan nggak bakalan ngijinin kamu buat resign. Dia pasti bakalan pertahanin kamu untuk terus jadi karyawannya. Setuju kan sama saran Ibu?"

"I-Iya, Bu. Setuju," jawab Zayyan hanya bisa menurut.

Di satu sisi Zayyan senang karena Ibunya ternyata malah mendukungnya untuk terus bekerja di perusahaan keluarga Zo, tapi di sisi lain Zayyan juga bingung bagaimana harus menjelaskan pada Ibunya mengenai masalah pribadinya dengan Sing.

Ny. Won pun memilih pergi ke kamarnya untuk beristirahat, sebelum dirinya berangkat kerja sore nanti. Karena hari ini Ny. Won kebagian shift malam.

Setelahnya Zayyan pun melihat ke arah Gyumin yang masih asik mengemil sambil nonton drama Netflix.

Zayyan heran melihat saudara kembarnya itu yang walau pun pengangguran, tapi selalu bisa jajan banyak dan memiliki uang terus.

Lalu Zayyan pun mendekati Gyumin.

"Moomin!" Panggil Zayyan.

"Eum?" Sahut Gyumin, namun matanya tetap fokus ke layar televisi.

"Kamu dapat uang dari mana bisa jajan sebanyak ini?" Tanya Zayyan penasaran.

"Dari Sing," jawab Gyumin.

"Ha? Dari uang yang dikasih Sing waktu itu?" Zayyan masih mengingat ketika Sing memberi uang pada Gyumin, saat dirinya kepergok mengenakan hoodie couple bersama Sing.

"Iya, dari yang waktu itu dan juga dari waktu-waktu sebelumnya."

"Ha?? Ternyata kamu sering dikasih uang ya sama Sing?"

"Ya, begitulah. Dan sisa uang pemberian dari Sing itu masih banyak sampai sekarang. Malah aku masih bisa bantuin Ibu beli beras segala buat kita makan bersama. Dan juga masih bisa buat aku jajan selama dua minggu ke depan kayaknya."

Zayyan menghela napas. Ia tak menyangka akan hal ini. "Kenapa Sing baik banget sih sama Moomin. Dia juga kadang kalau dia datang ke sini, pasti bawa-bawa makanan yang banyak buat keluargaku. Ternyata Sing itu nggak cuma baik dan royal sama aku, tapi sama keluargaku juga," batin Zayyan baru menyadari semuanya.

"Makanya kamu mendingan ikutin kata Ibu deh. Kamu nggak usah jadi resign, supaya kamu bisa tetap kerja di sana dan punya gaji yang besar buat bantu Ibu dan Hyunsik Hyung. Dan supaya...," Gyumin menggantung ucapannya.

"Supaya apa lagi?"

"Supaya aku bisa terus dapat uang dari Sing hihihi...," Gyumin nyengir.

"Dasar! Kamu tuh ya, udah pengangguran, matre pula!" Zayyan merotasi matanya jengah.

"Biarin! Biar pun aku ini pengangguran, tapi aku ini pengangguran yang banyak duitnya," ucap Gyumin.

"Iya, duit dari Sing!" Balas Zayyan sebal.

Gyumin malah tertawa. "Udahlah sesama penganguran nggak usah saling cibir! Kan kamu sekarang juga pengangguran sama kayak aku!"

Zayyan malas menanggapi, jadi ia lebih memilih masuk ke dalam kamar.

***

Di dalam kamar, Zayyan jadi galau memikirkan mengenai nasib pekerjaannya.

"Sebenarnya apa yang dibilang Ibu itu benar. Nyari kerja itu nggak gampang, dan lagi belum tentu gajinya bakal sebesar gajiku sekarang di tempat Sing. Tapi...kalau aku nggak jadi resign, nanti yang ada Ouyin pasti marah sama aku. Soalnya yang nyuruh aku buat resign kan dia. Duh gimana ini, aku harus bilang apa nanti sama Ouyin kalau aku nggak jadi resign?" Gumamnya.

Ia lalu berjalan ke jendela kamarnya, memandang ke seberang apartemennya. Tepat di seberang sana adalah kamar Leo, di mana dulu saat kecil ia dan Leo selalu bermain tukar pesan melalui kertas HVS.

Namun kemudian Zayyan memandang ke arah jendela lain yang tepat di sebelah kamar yang ditempati Leo. Dan Zayyan tahu betul bahwa itu adalah kamar Sing.

Kini Zayyan menatap sedih ke arah kamar tersebut.

"Sing, sejak kecil aku selalu melihat ke kamar Ouyin terus, tidak pernah sedikit pun melirik ke kamarmu itu. Tapi sekarang di saat kau pergi dan tak berada di dalam kamar itu, aku baru mau melihat ke arah kamarmu. Maafin aku ya, kalau dulu nggak pernah perduli dan nggak pernah kepikiran mau melihat ke kamarmu itu, bahkan saat sudah menjadi pacarmu pun tidak. Sing, cepatlah pulang, supaya kalau aku memandang ke arah kamarmu lagi, kamu sudah ada di dalam sana. Dan aku bisa melihatmu dari sini," ucapnya, lalu air matanya pun kembali menetes.

Namun tanpa Zayyan sadari saat ini Leo yang juga sedang berada di dalam kamarnya, rupanya tengah melihat ke arahnya.

Lalu tak lama kemudian, Zayyan pun mendapatkan notifikasi pesan dari Leo.

Zayyan pun membuka pesan tersebut.

"Zayyan, kamar siapa yang sedang kau lihat saat ini? Kamarku atau kamar Sing Hyung?"

Begitulah isi pesan dari Leo.

Dan setelah membacanya, Zayyan pun menjadi takut. Karena perbuatannya yang tengah memandangi kamar Sing tadi dipergoki oleh Leo. Ia buru-buru menghapus air matanya, dan memilih untuk tak membalas pesan Leo tersebut.

Zayyan lalu melihat ke arah kamar Leo. Dan benar saja, di balik jendela kamarnya, Leo kini sedang menatap tajam ke arahnya. Hal itu semakin membuat Zayyan takut, karena ia tahu bahwa saat ini Leo pasti sedang marah.

Tak lama kemudian Leo pun kembali mengiriminya pesan.

"Zayyan, aku tahu kamar siapa yang kau lihat tadi. Ingat jangan macam-macam Zayyan, jika tak ingin membuatku marah. Jangan pernah memandangi kamar Sing Hyung lagi. Kau hanya boleh memandang ke arah kamarku saja. Paham?"

Lagi, Zayyan memilih untuk tak membalas pesan Leo itu. Namun dari balik jendela kamarnya sendiri, kini Zayyan pun memberi jawaban melalui anggukan. "Paham," ucap Zayyan walau tak terdengar sampai seberang.

Dan kemudian, Leo pun terlihat tersenyum ke arahnya. Menandakan bahwa Leo puas dengan jawaban Zayyan barusan.

Lalu Zayyan pun menghela napas lega. Ia terpaksa mengiyakan permintaan Leo, karena dirinya takut Leo marah padanya.

***

Hari pun telah berganti malam. Tn. Zo, istrinya, Dohyun, Wain dan Davin telah seharian berkeliling mencari Sing, namun tak mendapatkan hasil.

Akhirnya atas kesepakatan bersama, Tn. Zo pun melaporkan mengenai kasus hilangnya putra keduanya itu kepada pihak kepolisian. Dan mereka berharap agar dengan bantuan polisi, maka Sing dapat segera ditemukan.

Dan malam ini, Zayyan secara diam-diam kembali memeriksa apakah Sing sudah pulang atau belum melalui jendela kamarnya.

Namun kali ini Zayyan sengaja tak membuka lebar-lebar tirai jendelanya, melainkan dengan cara mengintip dari balik tirainya yang disingkap sedikit, hal itu semata-mata agar perbuatannya tak diketahui oleh Leo.

Zayyan melihat ke arah kamar Sing. Dan alangkah kecewanya dia, karena ternyata lampu di kamar Sing masih belum menyala, yang menandakan bahwa si empunya kamar belum juga pulang.

"Ya ampun Sing, hari sudah berganti malam. Dan ini berarti sudah dua hari kamu nggak pulang. Sebenarnya kamu tuh ke mana sih?" Batin Zayyan, yang rasa khawatirnya malah semakin menjadi-jadi.

Dan sepanjang malam itu, Zayyan sebentar-sebentar terbangun karena gelisah. Dan setiap kali terbangun, ia pun kembali mengintip melalui jendela kamarnya untuk melihat apakah lampu kamar Sing sudah menyala apa belum.

***

Hari berikutnya pun menjelang...

Pagi-pagi Zayyan sudah merengek pada Hyunsik untuk meminta tolong sesuatu.

"Tolongin aku ya Hyung, pleaseee...!!" Zayyan sedari tadi merengek pada Hyunsik sambil menarik-narik lengannya.

"Tolong apa sih, dari tadi narik-narik lenganku mulu, kalau begini kapan aku selesai nyisir rambutnya?" Hyunsik sewot, pasalnya gara-gara lengannya ditarik terus, kegiatan menyisir rambutnya jadi tak kunjung selesai.

"Tolongin tanyain ke Dohyun Hyung, pleasee...kan kalian berdua dekat," rengek Zayyan lagi.

Mendengar nama Dohyun disebut oleh adiknya, Hyunsik pun langsung terdiam. Pasalnya dirinya dan Dohyun sudah sebulan lebih tidak saling berkomunikasi.

"Me-Memangnya aku harus nanya apaan ke dia?" Tanya Hyunsik tiba-tiba gugup.

"Tolong tanyain apakah Sing hari ini sudah pulang apa belum, gitu."

"Lah emangnya Sing ke mana?"

"Sudah sejak dua hari yang lalu Sing nggak pulang ke rumah, dan nggak tahu dia pergi ke mana. Nomor teleponnya pun tidak bisa dihubungi. Dan setahuku keluarganya sudah mencarinya seharian kemarin. Dan jika hari ini Sing belum pulang juga, maka ini akan menjadi hari ketiga Sing tidak pulang ke rumahnya."

"Kok bisa? Jadi Sing menghilang ya?"

"Ya, bisa dibilang begitu. Makanya tolong  bantuin aku nanyain tentang kabar Sing ke Dohyun Hyung ya, pleasee...!"

"Ke-Kenapa nggak nanya aja sendiri sih?"

"Ya, soalnya aku kan nggak terlalu dekat dengan Dohyun Hyung. Yang dekat dengannya kan Hyunsik Hyung. Ya mau ya, nolongin aku pleasee...!!"

"Kalau gitu tanya aja ke Leo, dia pasti tahu kabarnya Sing hari ini."

Zayyan pun menggeleng. Dirinya tak mungkin menanyakan tentang Sing lagi pada Leo, karena Leo sudah membohonginya kemarin.

"Please, Hyung aja ya, yang nolongin aku buat nanyain Sing ke Dohyun Hyung!"

"Ta-Tapi...aduh gimana ya?" Hyunsik menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pasalnya dirinya gugup jika kini harus bertemu atau berkomunikasi dengan Dohyun setelah sekian lama.

"Pleaseee....!!" Zayyan menangkupkan kedua tangannya di dada sambil memohon dengan wajah memelas yang malah terkesan seperti bayi yang imut.

"Heuh, lemah aku ini kalau kayak gini. Nggak tega lihat muka segemes ini memohon dihadapanku," batin Hyunsik akhirnya luluh.

"Iya deh iya, nanti aku tanyain," jawab Hyunsik akhirnya.

"Yeaayy! Makasih Hyung. Hyunsik Hyung memang yang terbaik!" Seru Zayyan senang, lalu memeluk kakak kesayangannya itu.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Lucu banget sih kalian berdua, pakai pegangan tangan segala, mana sambil di elus-elus lagi sama Sing 😍🤭🐣🐰

Continue Reading

You'll Also Like

497K 37.1K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
82.3K 7.9K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
10.2K 1.7K 33
Candra yang baru mengenal lingkungan kampusnya, dengan Jojo yang selalu berada di sekitarnya. Hubungan manis keduanya membuat banyak sekali fans Jojo...
70.5K 413 6
peringatan bahwa cerita ini mengandung adegan 18++ Jadi jangan asal baca ya Gay kalo ga suka skip jangan ngehujat Lumayan sering sih adegannya