Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

481K 27.6K 430

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Amira Salfira Rinjani
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Munafik
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Dimas Jenna Clayton
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Acara
Penghinaan
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Di Jauhi
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Bincang Santai
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Persiapan

8.2K 500 1
By Zuraprilly

Mansion utama keluarga Wijaya.

Semua terlihat sibuk untuk mempersiapkan acara yang akan segera dilaksanakan.

Beberapa akan sibuk mendekor, beberapa sedang menyusun gelas gelas, ada yang sedang membersihkan lantai atau pun langit langit.

Terlihat seorang yang bisa di anggap sebagai kepala pelayan sedang memberikan instruksi kepada para bawahan nya.

Tidak jarang dia akan memarahi mereka jika tidak sesuai seperti arahan nya.

Bara hanya menatap semua itu dengan datar, dia baru tiba di mansio. Nathan menyuruh nya untuk datang kemarin jika tidak dia sangat malas untuk menginjakkan kaki di sini.

"Temui kakek mu dulu, dia ingin mengatakan suatu hal pada mu." Itu pesan yang di sampai kan Nathan pada nya tadi.

Bara berjalan menuju lantai atas dengan santai, melewati lorong lorong yang sepi. Karena semua berkumpul di bawa untuk  mengurusi hal yang di perlukan untuk acara nanti.

Dia memasuki pintu yang cukup besar, di dalam nya terdapat ruangan seperti ruang pertemuan yang hanya berisi beberapa sofa dan meja kecil di tengah.

Ada lampu gantung tepat di atas kepala, lampu yang cukup besar.

Beberapa dekorasi pun terlihat, seperti guci guci besar di pojokan.

Terlihat seorang yang membelakangi pintu masuk sedang duduk di kursi roda menghadap pada jendela besar yang menampilkan langit cerah.

"Kau di sini," ucap orang itu. Satyo Adirama Wijaya. Salah satu tetua yang masih hidup dari keluarga utama sampai sekarang.

"Ya, kakek." Jawab Bara datar.

"Kemari." Perintah Satyo.

Dengan patuh Bara melangkah mendekati kakek nya. Satyo adalah ayah dari dua putra, salah satu nya adalah Daddy nya. Nathan anak pertama, karena itu semua pasti akan menjadi milik nya, cucu pertama Wijaya.

Bara berdiri tepat di samping Satyo dia juga ikut menatap keluar jendela. Terpampang pemandangan luas nya Mansion keluarga Wijaya, ada taman bunga besar di sini.

Dulu, Mommy nya berkata, Nenek nya. Istri pertama Satyo sangat menyukai bunga, karena itu sang kakek dengan sigap membangun taman itu untuk istri tercinta nya.

Sayangnya Bara tidak bisa bertemu dengan Nenek nya, di karena kan saat dia lahir tidak lama Nenek nya meninggal akibat penyakit.

Dan tidak lama dari itu kakek nya menikah lagi.

Itu bukan hal yang rahasia, namun keturunan dari istri kedua itu menjadi keluarga cabang. Mereka tidak bisa menjadi keluarga utama dan tidak akan pernah.

"Ada hal apa kakek memanggilku kemari." Ucap Bara memecahkan kesunyian.

Satyo hanya terkekeh pelan, "apa tidak bisa aku bertemu dengan cucu ku?" Tanya Satyo main main.

Bara menghela nafas malas, ini lah kenapa dia sangat malas datang kemari. Kakek nya, sangat suka mempermainkan nya.

"Jika tidak ada yang penting, Bara akan pulang saja." Balas Bara datar.

Satyo mendengus mendengar acaman dari cucu nya, "Anak anak jaman sekarang sangat tidak memiliki sopan santun." Ucap nya tidak nyambung.

"Kakek memanggil mu ke sini, karena ingin bertanya sesuatu." Ucap Satyo.

Bara menoleh pada kakek nya, "apa itu?" Kata nya.

"Bagaimana hubungan mu dengan anak dari keluarga Warren itu." Tanya Satyo serius.

Bara terdiam mendengar nya, untuk apa kakek nya bertanya hal seperti itu. Biasa nya sang kakek tidak akan peduli pada hal sepele sepele seperti ini.

"Baik baik saja. Kenapa kakek bertanya tentang itu?" Kini Bara yang bertanya balik.

Satyo melihat ke arah Barat, "sesuatu terjadi, bisa di bilang ini hal yang cukup serius." ucap Satyo.

Bara mengerutkan keningnya bingung, "lalu apa hubungan nya dengan hubungan ku dengan nya?" tanya Bara lagi.

Satyo menatap cucu nya serius, "bawahan kakek mengatakan kalau seseorang sedang mengintai keluarga Wijaya kita. Hal ini sudah terjadi sejak lama, namun sampai sekarang belum ada kepastian siapa yang ingin bermain main dengan keluarga kita." jelas nya.

"Seseorang ini cukup kuat karena berani ingin menyinggung keluarga Wijaya, bahkan dia tidak terdeteksi sedikit pun. Juga bawahan kakek berkata ini adalah orang yang sama, yang menghancurkan pabrik senjata kita yang ada di Australia itu."

Mendengar ucapan kakek nya mata raut wajah Bara mendingin, berani sekali orang ini, pikir nya.

"Kakek mendengar kalau tunangan mu memiliki kembaran, yang diyakini akan menjadi penerus kerajaan dunia bawah keluarga Warren." Ucap Satyo melanjut kan.

Bara menoleh pada kakek nya,

"Semua sudah tahu bagaimana kekuasaan keluarga Warren pada dunia bahwa, itu sangat mengagumkan. Sampai saat ini, pertahanan mereka lah yang paling kuat, bahkan pembunuh paling kejam pun berada bersama mereka."

"Lalu?" kata Bara, dia menjadi curiga dengan alasan kakek nya menceritakan hal ini pada nya.

Satyo tersenyum pada Bara, "kau harus bisa menjalani kerja sama dengan penerus itu. Dengan kekuatan mereka tidak akan ada yang bisa menyentuh keluarga Wijaya di masa depan." kata Satyo langsung ke inti nya.

Sudah Bara duga, kakek nya memiliki tujuan untuk memanggilnya kemari.

"Aku tidak bisa." ucap Bara menolak.

Raut wajah Satyo berubah menjadi dingin mendengar itu.

"Kenapa?" tanya nya tidak suka.

Bara mengepalkan tangan nya, "Dia membenci ku." ucap nya dingin.

Satyo menatap jelek pada Bara, "apa yang telah kau lakukan sehingga dia membenci mu?! Jangan bermain-main Bara! Kau itu penerus utama keluarga Wijaya!!" bentak Satyo.

Bara mengeraskan rahangnya, hal ini yang paling dia benci tentang keluarga nya. Mereka sangat serakah, bahkan tidak segan segan memanfaatkan anak yang tidak bersalah.

Dia juga korban dari keserakahan para makhluk munafik ini. Masa kecil nya yang di renggut, kebebasan nya juga ikut di renggut Bahkan masa depan nya juga sudah di atur.

Dia tidak bisa memilih jalan hidup nya sendiri. Mengapa dia memiliki takdir seperti ini?

"Aku tidak peduli, itu bukan urusan ku."
Balas Bara dingin dan segera meninggal kan kakek nya tidak peduli jika Satyo dengan marah memanggil manggil nama nya.

Dia segera berjalan melewati lorong lorong  mansion dengan cepat.

Bahkan dia tidak memperdulikan istri kedua kakek nya yang ingin berbicara dengan diri nya saat sudah turun dari tangga.

Segera dia menaiki mobil nya dan pergi meninggalkan mansion dengan kecepatan tinggi.

Dia membenci keluarga nya.

...

Mansion Warren.

"Kamu yakin tidak ikut bersama kami, Tecna." tanya Adam untuk yang terakhir kali nya.

Tecna yang sudah bosan dengan pertanyaan itu hanya memutar mata malas.

"Aku nanti menyusul, ada yang perlu kulakukan nanti." jawab nya malas.

Adam hanya bisa menghela nafas melihat betapa keras kepala nya Tecna.

"Baiklah kalau begitu, jangan sampai terlambat." ucap nya pasrah, Tecna hanya mengangguk.

Dengan itu Adam, Ivana dan Erick segera pergi dari sana untuk datang ke acara keluarga Wijaya.

Melihat mereka sudah pergi Tecna menatap Gissel yang sedari tadi sibuk menonton TV.

"Kamu udah yakin sama keputusan mu, El?" tanya Tecna memastikan.

Mendengar Tecna mengajak nya bicara, Gissel menghentikan acara menonton nya.

"Aku udah yakin, Na. Ini saat nya aku mencari jalan ku sendiri." ucap Gissel menatap lekat Tecna.

Melihat tekad Gissel, Tecna tidak bisa melarang nya. "Aku udah dapat undangan nya untuk kamu. Nanti kita pergi berdua." ucap Tecna.

Gissel mengangguk setuju. Ini sudah menjadi pilihan nya, dia tidak ingin berada di balik bayang bayang lagi.

Sedangkan Tecna, dia harus memutar kembali otak nya untuk merubah semua rencana nya. Keputusan yang di ambil Gissel kali ini berdampak bagi rencana nya yang sudah di susun dengan rapih.

Dia tidak akan menyalahkan Gissel, bagaimana pun semua yang dia lakukan hanya untuk kebahagiaan Gissel sendiri.

"Aku ke kamar dulu, kamu lebih baik siap siap dari sekarang." kata Tecna sambil bangkit dari duduk nya.

"Oke." jawab Gissel mengikuti saran Tecna.

Tecna sudah berada di tangan nya, dia mengambil ponsel nya dan menghubungi seseorang.

"Halo?" ucap seorang di seberang.

"Maaf mengganggu mu tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan." ucap Tecna tidak ingin berbasa-basi lagi.

"Ada apa itu." tanya bingung orang itu.

"Seperti nya kita tidak bisa melanjutkan kesepakatan kita," ucap Tecna datar. Dia menatap langit senja dari balkon kamar nya.

Orang di seberang tidak menjawab.

Melihat orang itu tidak menjawab, Tecna melanjutkan ucapan nya, "rencana ku sudah berubah, Gissel juga sudah mengambil keputusan nya. Aku tidak bisa memaksa nya." jelas Tecna.

Dia tidak peduli jika orang di seberang marah, dia hanya akan melakukan hal yang menurut nya menguntungkan.

"Apa karena gadis itu?" orang di seberang membuka suara nya kembali.

"Ya dan tidak. Gadis itu hanya sebagai pemicu nya, sedangkan alasan utama nya terdapat pada anak anda." balas Tecna dingin.

Orang di seberang menghela nafas dengan berat hati, "aku tidak bisa memaksa jika sudah begini, ini juga salah anak ku." balas orang itu lemah.

"Baiklah kalau begitu, senang bisa mengenal mu, Nona Tecna." lanjut orang itu.

"Senang juga bisa mengenal anda, Tuan."  jawab Tecna tenang.

Tecna memutuskan sambungan telepon nya. Dia terdiam sebentar, lalu menghela nafas lelah.

Dia memijat keningnya pelan dan terkekeh sebentar.

"Gissel, Gissel. Jika bukan karena aku menyayangimu, aku tak akan perlu repot repot melakukan ini semua." Gumam nya pasrah.

"Hah. Seperti nya, Arthur sedang di berkati kali ini. Perjalanan nya lebih mulus di bandingkan diri ku." ucap nya iri.

Dia melirik jam di atas meja, sudah pukul 18.30 WIB. Dia juga harus bersiap siap untuk pergi ke sana.

Dia hanya tidak sabar untuk melihat permainan dari Arthur.

...

"Kau akan bertemu dengan nya." ucap Dimas main main, dia sedang duduk di sofa kamar Arthur.

"Bertemu siapa?" jawab Arthur sambil memakai kemeja hitam nya.

"Si gadis iblis itu." ucap nya sedikit cemberut.

Arthur hanya mendengus mendengar nada mengeluh Dimas.

"Kau hanya terkejut karena ada yang berani mengancam mu, setelah sekian lama." balas Arthur acuh.

"Tetap saja, dia iblis di mata ku. Kau harus hati hati dengan nya." ucap Dimas kesal karena di ingatkan hal yang paling memalukan bagi nya.

Arthur hanya memutar mata malas, "lebih baik kau bersiap siap dari pada mengeluh seperti seorang perempuan." ucap Arthur sinis.

Dia memakai dasi di kerah nya, dan berdiri di depan cermin.

Dimas hanya menghela nafas malas, "apa perlu aku datang? Aku sangat mengantuk sekarang." ucap nya membujuk.

Dimas sebenarnya tidak ingin datang, bagaimana pun juga itu acara dari keluarga yang paling ia benci. Belum lagi mungkin dia akan bertemu dengan orang orang yang pernah menindas nya.

Juga pasti dia akan bertemu dengan orang tua angkat nya, dia membenci mereka.

"Jangan mengelak, berhenti menjadi pengecut." balas Arthur kejam.

Ingin sekali Dimas menangis mendengar itu, kenapa dia harus tinggal dengan orang yang tidak memiliki hati nurani seperti Arthur.

"Baiklah! Baiklah!" ucap nya pasrah dan pergi menuju kamar nya untuk bersiap siap pergi.

"Jika kau lama, aku akan meninggalkan mu." teriak Arthur masih fokus pada diri nya di cermin.

"Jangan tinggal kan aku!!" balas Dimas berteriak kesal.

Arthur hanya terkekeh melihat Dimas kesal.

Hari ini, hari yang penting untuk nya. Dia yakin semua akan berjalan lancar, dan keluarga Wijaya akan hancur sebentar lagi di tangan nya.

Satu lagi, dia juga tidak sabar untuk bertemu dengan gadis iblis yang di sebutan oleh Dimas tadi.

Dia cukup penasaran, seberapa berbahaya nya gadis yang di maksud kan oleh anak itu.

Apakah dia cocok di jadikan lawan atau kawan? Tidak ada yang tahu.

Namun satu hal yang pasti, dia tidak akan toleran pada gadis itu jika dia berani menggangu rencana nya.

Dia tidak peduli jika itu penerus kekuasaan organisasi paling kejam di dunia.

Selama dia berani menghalangi nya, gadis itu juga tidak akan lepas dari jaring nya. Dia bukan orang yang baik ngomong ngomong.

"Tecna Warren ya? Kita lihat seberapa hebat dirimu." ucap Arthur menatap lama bayangan nya di cermin.

.

.

.

Sedang kan di tempat lain, Tecna tiba tiba saja bersin.

"Ada apa?" tanya Gissel.

Tecna menggeleng, "seseorang sedang menyebut nama ku." balas nya melambaikan tangan acuh.

Gissel hanya melirik bingung mendengar itu.

"Jangan pikirkan." ucap Tecna mengabaikan tatapan bingung Gissel.

Sebentar lagi mereka juga akan berangkat, Gissel sedang mendandani Tecna yang agak rewel dari tadi.

"Tidak perlu buru buru, biasanya yang terakhir datang dia yang paling berkuasa."
Ucap Tecna dengan wajah serius.

Gissel hanya mendecak kan lidah nya, "jangan mencari alasan, sudah berapa kali aku mendandani mu. Bahkan orang yang tak pernah ber make up pun tidak akan serewel diri mu." ucap Gissel kesal.

Dia sudah lelah oke? Tecna sangat susah untuk di dandani.

Dia dengan muka tebal nya akan menghapus karya nya, dengan alasan terlalu berlebihan lah, tidak cocok lah. Mereka sudah melakukan ini hampir sejam lebih. Mungkin mereka akan terlambat nanti.

"Sudah lah, tanpa make up pun, aku akan tetap cantik." ucap nya percaya diri.

Gissel hanya mendecih, meski yang di katakan Tecna itu memang benar.

Sudah lah, pikir nya.

Dia memberikan sentuhan terakhir pada bibir Tecna.

"Siap!!" ucap nya semangat. Dia sudah lelah ngomong ngomong.

Tecna menatap diri nya di cermin, "Hm. Tidak buruk." ucap nya.

Gissel hanya melirik sinis tidak puas.

"Ayok, kita pergi." ajak Tecna.

Gissel pun mengangguk setuju. Dia mengambil tas nya dan berjalan mendekati Tecna.

Mereka pun menaiki mobil dan segera mengendarai nya meninggalkan mansion.

"Sudah siap kan?" tanya Tecna memastikan.

Gissel mengangguk yakin, "kamu tenang aja, aku udah siap lahir dan batin." kata nya bercanda.

Tecna hanya terkekeh mendengar itu.

Dia pun kembali fokus menyetir menuju kediaman utama keluarga Wijaya.

...









Continue Reading

You'll Also Like

649K 38.8K 28
Celestine Lois Wijaya adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar,bad girl, keluar masuk BK, ceplas-ceplos, orangnya suka penasaran,dan yang pen...
35.9K 2.6K 12
Grecia merupakan gadis pendiam yang tidak banyak bicara. grecia gadis genius, tapi sayang kegeniusan nya sama sekali tidak berarti untuk kehidupan ny...
377K 25.7K 36
Berisi tentang kekejaman pria bernama Valter D'onofrio, dia dikenal sebagai Senor V. Darah, kasino, dan kegelapan adalah dunianya. Tak ada yang dapat...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

311K 16.4K 30
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...