My Short Story

utaminotutama tarafından

1M 72.4K 4.5K

Berisi Kumpulan Cerita-cerita pendek yang aku buat. Daha Fazla

Tiba Saatnya (1)
Tiba Saatnya (2)
Tiba Saatnya (3)
Tiba Saatnya (4)
Tiba Saatnya (5)
Tiba Saatnya (6) - END
Dunia Maudy (1)
Dunia Maudy (2)
Dunia Maudy (3)
Dunia Maudy (4)
Mimpi? (1)
Mimpi? (2)
Mimpi (3)
Mimpi (4)
Mimpi (5)
Mimpi (6)
Mimpi (7)
Indah
Indah (2)
Indah (3)
Indah (4)
Indah (5)
Katakan Putus (1)
Katakan Putus (2)
Love Scenario (1)
Love Scenario (2)
Love Scenario (3)
Love Scenario (4)
Love Scenario (5)
First Love (1)
First Love (2)
Bukan Pemeran Utama (1)
Bukan Pemeran Utama (2)
Bukan Pemeran Utama (3)
Bukan Pemeran Utama (4)
Jejak Rasa (1)
Jejak Rasa (2)
Jejak Rasa (3)
Jejak Rasa (4)
Jejak Rasa (5)
Jejak Rasa (6)
Jejak Rasa (7)
Salah Jodoh (1)
Salah Jodoh (2)
Salah Jodoh (3)
Salah Jodoh (5)
Salah Jodoh (6)
Salah Jodoh (7)

Salah Jodoh (4)

12.6K 1.4K 149
utaminotutama tarafından


.

.

.

"apa???" Citra menjawab galak saat Bayu menelponnya.

"woyy kampret, ngomong lah" kesal gadis itu saat Bayu tak juga bersuara.

"halo? Tes, tes" coba gadis itu lagi. Dilihatnya layar ponsel yang masih menunjukkan jika panggilan tersebut belum terputus

"si Bayu apaan sih!"

"hal-"

"ini gue, Cit"

Gadis itu terdiam mendengar suara yang tentu tak asing lagi. Citra menipiskan bibirnya saat menyadari Bayu ternyata bersekongkol dengan pria ini.

"Citra, gue-"

Masih tak sudi mendengar suara Ares, Citra langsung mematikan panggilan tersebut.

Sudah tiga hari ini Citra memang tidak masuk kantor. Bukan sengaja untuk menghindari Ares, kemarahannya pada pria itu tidak akan mempengaruhi kegiatannya yang lain apalagi pekerjaan.

Hanya saja beberapa hari ini, sang ibu yang begitu disayanginya tengah sakit sampai harus dirawat dirumah sakit.

Yakin dirinya tak mungkin mampu membagi waktu antara menjaga sang ibu dengan pekerjaan. Citra akhirnya mengambil cuti. Untung saja ia belum menggunakan cutinya untuk tahun ini.

Mengenai musibah yang kini menimpa sang ibu, Citra memang belum memberitahukan kepada siapa-siapa, termasuk keluarganya yang lain.

Awalnya gadis itu merasa jika sang ibu hanya sakit seperti biasa karena kelelahan. Namun sudah tiga hari berlalu, kondisi ibunya tak juga membaik hingga terkadang membuat Citra dirundung rasa khawatir berlebihan.

Meski begitu, Citra bertahan menangani semuanya sendiri. Sebagai anak pertama dan sudah lama ditinggal sang ayah, Citra berubah menjadi sosok yang ingin diandalkan oleh ibu dan adik-adiknya.

Lagipula gadis itu terlampau malas mendengar ocehan keluarganya yang terkadang justru memberikannya energi negatif dibanding positif.

"Citra" panggil sang ibu lemah yang dengan cepat dihampiri gadis itu.

"mama butuh sesuatu?"

Irna tersenyum lemah dengan warna pucat yang masih menghiasi wajahnya.

"kamu istirahat dulu" ucapnya. Wanita paruh baya itu sadar jika anaknya terlalu sering terjaga hanya karena menungguinya.

Citra menggeleng pelan yang kemudian dibalas dengusan lemah sang ibu.

"mama tau kamu semalam gak tidur, jangan sampai kamu juga sakit"

"belum bisa tidur, ma" jawab Citra lemah.

"Makanya kamu jangan main HP aja, taro dulu terus rebahan disofa sana"

"tapi-"

"mama gak papa, sudah makan juga. Suster juga selang beberapa jam selalu ngecek mama"

"Sana tidur, bentar lagi juga adikmu datang" ucapnya memaksa.

Citra menghela napas pelan kemudian berjalan menuju sofa. Sejujurnya ia memang cukup lelah, hanya saja ia khawatir jika ibunya butuh sesuatu.

"Mama harus bangunin aku ya kalo butuh apa-apa" ucap gadis itu lagi sebelum merebahkan dirinya. Dan tak lama kemudian, Citra benar-benar terlelap dalam tidurnya.



@@@




"mas Ares, itu... Anu..." Damar yang tengah menghadap Ares berujar ragu dan putus-putus saat memindai kondisi pria itu yang nampaknya tidak dalam mood baik.

"Itu-"

"ck, ngomong yang jelas!" sahut Ares ketus karena Damar terus mengucapkan hal yang tidak jelas.

Sementara Damar sendiri hanya bisa mengelus dada, cukup kaget akan nada Ares yang tidak bersahabat.

Semenjak ia menceritakan apa yang terjadi waktu itu, Damar berubah menjadi muram seperti saat ini.

Kalau bukan karena kejadian ini, Ares tidak akan tahu jika atasannya ini bisa berubah mood seperti sekarang. Ia kira Ares adalah orang yang akan terus bersikap santai dalam menghadapi berbagai macam situasi.

Karena selama bergabung disini, sekalipun pria ini berselisih dalam hal pekerjaan, setelahnya Ares tetap bersikap santai seperti biasa, seolah tidak begitu mengambil hati terkait apa yang terjadi.

Berbagai kesalahan dari staff dibawahnya pun masih bisa ditangani pria itu dengan tenang dan kepala dingin. Itulah salah satu aspek yang membuat Ares menjadi Favorit mereka.

Dan image itu sangat berbanding terbalik dengan aura yang sekarang pria itu keluarkan. Padahal jika dikulik lagi, hal itu bukanlah kesalahan Damar, melainkan kesalahan pria itu sendiri. Iya kan?.

Dibilang tidak punya hubungan akan tetapi Ares sampai kelimpungan seperti ini. Tapi... dibilang memiliki hubungan, kemarin atasannya ini memang benar-benar keluar dengan gadis lain dan Damar yakin gadis itulah yang kini ada diluar dan meminta untuk bertemu.

"Ada yang pengen ketemu, mas" ucap Damar akhirnya.

"kalo gak penting mending gak usah" Ares menjawab tak acuh.

"atas nama Aurel katanya mas"

Ares mengangkat pandangannya dari komputer dan menatap Damar lurus hingga membuat pria itu gelagapan.

Ares menghela napas berat dan mengurut pelipisnya yang terasa pusing.

Jujur saja dalam suasana hati yang seperti ini, Ares memang tidak mengharapkan gangguan dari siapapun. Pikirannya sekarang benar-benar tidak berada ditempat.

Namun karena tidak tega dan demi kesopanan, ia akan menerima gadis itu sebentar. Dan lagi, ada apa pula Aurel sampai datang menemuinya ke kantornya seperti ini?.

"suruh masuk aja" ucap Ares masih memijat pelipisnya.

Damar mengangguk paham kemudian keluar dan membiarkan gadis bernama Aurel itu masuk kedalam ruangan Ares.

Ares memaksakan senyumnya saat gadis itu menyapa dengan senyum manisnya.

"Aku ganggu, ya?" tanya Aurel.

"Sorry ya, tadi kebetulan lewat jadi sekalian mau nengok kamu, apalagi beberapa hari ini kamu susah dihubungi"

Ares menipiskan bibirnya. Sebenarnya ia bukan susah dihubungi, beberapa hari ini Ares hanya terlampau malas menanggapi pesan-pesan yang masuk ke ponselnya.

"Sudah makan siang? Kalo belum kita makan didekat sini yuk! Kayaknya dibawah aku sempat liat tempat makan yang enak gitu" Aurel menatap penuh harap pada Ares yang sedari cukup pasif.

"Sorry, tapi aku udah makan dan kerjaan benar-benar gak bisa ditinggal" jawab pria itu beralasan.

"O-oh, kirain kamu lagi luang" ujar Citra gelagapan. Ia tak menyangka jika Ares akan langsung menolak ajakannya, karena selama ini pria itu selalu menanggapinya dengan senang hati.

"kalo gitu aku ngajak Citra aja deh, dia dilantai bawah kan?" ucap gadis itu kemudian.

"Citra gak masuk" Ares berujar singkat.

"Oh ya?"

Ares menukik alisnya. Ia kira Aurel tahu jika Citra mengambil cuti.

"Kamu gak tahu?" Dan Aurel hanya menggeleng.

Diam-diam Ares menghela napas gusar, padahal ia berniat menanyakan keberadaan Citra pada Aurel yang merupakan sepupu gadis itu.

Karena tak juga bisa dihubungia alias Citra yang memblokir kontaknya, kemarin Ares sempatkan untuk menyambangi rumah gadis. Namun ketika sampai disana dan menunggu beberapa saat, sama sekali tidak ada tanda-tanda ada orang dirumah tersebut.

Maka dari itu Ares benar-benar pusing memikirkan keberadaan gadis itu. Bahkan teman-temannya tidak ada yang mengetahui posisi Citra saat ini.

Setelah berasa-basi sebentar, Ares akhirnya bisa bernapas lega ketika Aurel memutuskan untuk pergi. Sekarang ia bisa fokus mencari keberadaan gadis itu.

Entahlah, Ares tidak tahu apa yang membuatnya begitu frustasi. Rasa bersalah kah? atau hanya karena ia belum bertemu gadis itu secara langsung dan mengungkapkan penyesalannya.

Apakah kesalahannya sefatal itu sampai Citra menghindarinya seperti ini? Renung pria itu kian dalam.

Memutuskan untuk tidak menyerah, sepulang kerja Ares kembali mendatangi kediaman gadis itu. Dan harapannya seperti tersambut saat melihat dua laki-laki remaja keluar dari rumah itu. Dengan gerakan tergesa, Ares keluar dari mobilnya dan menghampiri mereka.

"permisi, Citranya ada?" tanya Ares langsung.

Dua remaja itu saling berpandangan kemudian menatap heran pada Ares.

Menyadari kebingungan keduanya, Ares kemudian menjelaskan, "saya Ares, teman Citra. Dari kemarin saya tidak bisa menghubunginya. Makanya saya langsung kesini"

"oh, itu mas- mama kita lagi dirawat. Kak Citra stay di rumah sakit"

"a-apa?" Kabar ini yang sungguh tak diduganya.

"ini kalian mau kerumah sakit?" keduanyapun mengangguk.

"yaudah sekalian aja sama saya"

Keduanya menatap ragu namun akhirnya menurut setelah Ares yakinkan lagi.

Selama perjalanan Ares berkenalan dan banyak mengobrol dengan remaja-remaja yang ternyata merupakan adik Citra. Dikta yang baru masuk kuliah dan Galih yang masih SMA.

Dari situ juga Ares mengetahui banyak hal yang belum ia ketahui tentang Citra, termasuk tentang ayah gadis itu sudah lama tiada.

Citra selama ini menampilkan dirinya yang jutek, cerewet namun juga ceria. Tak disangkanya gadis itu ternyata sosok yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya.

Perasaan Ares semakin campur aduk. Rasa bersalahnya akan gadis itu kian menggunung mengingat bagaimana sikapnya selama ini.

Ketika sampai disana, Ares menemukan Citra tengan tertidur pulas di sofa ruangan tersebut. Terlihat sekali gadis itu sangat lelah.

Ares kemudian meletakkan bawaannya, dari makanan, buah, minuman hingga snack. Saat diperjalanan tadi, Ares mengajak Dikta dan Galih untuk membeli berbagai jenis makan untuk dimakan bersama dirumah sakit. Meski masih merasa sungkan, dua adik Citra itu hanya bisa menurut dengan keinginan Ares. Keduanya bahkan melotot tak percaya melihat banyaknya belanjaan pria itu.

"Loh, nak Ares?" sapa Irna yang baru menyadari ada yang datang selain anak-anaknya.

Ares menghampiri wanita itu dan tersenyum tipis, "maaf baru kesini, saya gak tahu kalo tante sakit" ucap Ares penuh ketulusan.

"ya ampun gak perlu minta maaf, kamu sekarang ada disini aja tante ucapin makasih"

Dikta dan Galih memandang heran kedekatan sang ibu dengan Ares. Rupanya sang ibu sudah mengenal pria itu.

"Citranya masih tidur, kecapean, itupun tante paksa"

Ares tersenyum maklum mendengar perkataan wanita paruh baya tersebut.

Setelahnya kedua orang itu tenggelam dalam obrolan yang cukup panjang. Dikta dan Galih yang sedang menikmati makanan mereka merasa bersyukur karena sang ibu cukup nyaman bertukar cerita dengan Ares dan untungnya pria itu dengan senang hati mendampingi Irna mengobrol. Sepertinya sang ibu cukup senang karena kehadiran orang lain selain anak-anaknya.

Menjelang malam, Citra tak kunjung bangun. Ares yang sadar masih dengan pakaian kerjanya sepanjang hari ini terpaksa memutuskan untuk pulang sejenak untuk berbenah dan berganti pakaian.

Irna bahkan sampai terkekeh karena Ares sungguh-sungguh berjanji akan kembali lagi.


@@@@





Citra menatap tak suka pada Ares yang baru saja memasuki ruang inap ibunya.

Seingatnya ia belum memberitahu siapa-siapa termasuk Aurel. Lalu dari mana Ares tahu ibunya dirawat?.

"hai" Ares tersenyum canggung pada Citra yang memelototinya.

"gue bawain martabak nih, buat kita makan bareng-bareng"

"Ngapain lo kesini?" Tanya Citra ketus hingga mendapat teguran sang ibu.

"kamu ini!, orang dari tadi Ares udah kesini pas kamu masih tidur" Citra tambah mendelik mendengar fakta tersebut. Sepertinya tadi ia bermimpi buruk hingga harus melihat tampang menyebalkan Ares hari ini.

"makasih banyak ya Ares, padahal tadi sudah bawa makanan banyak, harusnya gak perlu repot-repot lagi" Irna menatap berbinar pada pria itu.

Citra rasanya ingin memuntahkan kembali segala makanan yang tadi masuk dalam perutnya setelah mendengar ucapan sang ibu.

"gak repot kok tante" ujar pria itu kemudian mendudukkan dirinya disamping Citra yang sudah membuang mukanya.

Setelah itu, tak sedikitpun Citra bersuara. Gadis itu menutup mulutnya rapa-rapat hingga Ares hanya berbaur dengan Irna dan dua adik gadis itu.

Citra rasanya menjadi gerah sendiri hingga akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar sebentar.

Niat hati ingin mencari udara segar sendiri dan memperbaiki moodnya, Ares justru menyusulnya dan membuat suasana hatinya kian buruk.

Citra sudah akan kembali pergi namun Ares dengan cepat menahannya.

"Apaan sih?" Citra menepis kasar tangan pria itu.

Ares meringis tipis. Citra yang sehari-hari saja sudah menyeramkan, apalagi Citra yang marah seperti ini.

"Sebentar aja Cit, mau ngomong" pinta Ares mencicit. Aura gadis itu sungguh menakutkan.

Citra membuang mukanya namun tak kunjung pergi. Ares menyimpulkan gadis itu mau mendengarnya.

"gue- em untuk kejadian tempo lalu, gue bener-bener minta maaf" mulai pria itu.

"belakangan kemarin gue ketemuan terus sama Aurel dan gue- gue lupa bilang" sesal Ares menunduk. Pria itu mengatakan kejujurannya, tak berniat mencari pembenaran.

Citra mendengus kasar, rasanya semakin marah mendengar alasan pria itu.

"lo tahu gak Res? Waktu itu gue simpati banget sama lo yang sakit dan jauh dari keluarga. Mungkin aja lo homesick atau apa, yang jelas gue simpati banget karena gue pun pernah merasakan hal yang sama" Citra berujar serius.

"Gue bela-belain repot pagi-pagi cuma buat nepatin permintaan lo yang gak bisa gue tolak"

"mungkin sepele ya, karena lo juga kan ngebayar gue. Jadi mau lo makan atau buang gak masalah buat lo"

"Cit!" Ares hendak menyela namun Citra tak membiarkannya.

"mungkin memang gue yang harusnya gak terlalu ambil hati"

"Cit, demi apapun gue gak bermaksud begitu"

Citra menghadap pria itu dan menatapnya lurus, "tapi buktinya lo begitu kan?"

"hal yang gue lakuin buat lo se-sepele itu sampai lo lupa, berkali-kali"

"lo gak bakal nyangka kalo gue bakal semarah ini hanya karena hal sepele itu kan?"

"gue saranin lo sebaik mulai belajar menghargai hal-hal kecil disekitar lo, even itu bagi lo cuma sesuatu yang kecil dan gak penting"

Citra langsung berjalan pergi setelah meluapkan semuanya. Meninggalkan Ares yang menghela napas berat ditempatnya, membenarkan semua ucapan Citra yang tepat sasaran.

Jujur Ares memang sempat merasa kemarahan Citra cukup berlebihan. Namun tak disangkanya hal yang ia anggap sepele justru akan membuatnya dirundung perasaan bersalah yang menakutkan seperti ini.




TBC

.

.

Aku kira cerita ini bisa aku selesaikan di part ini, tapi seperti biasa jadi melar, kayaknya aku belum jago ringkas sampe jadi cerita yang pendek-pendek banget, selalu banyak yang mau ditulis dan memang masih butuh byk belajar ygy 

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

43.5K 2.2K 21
Malvin si pembalap motor terkenal seluruh dunia, memiliki istri yang sifatnya seperti anak badung,dan juga nakal. Jevano,istri dari seorang Malvin pe...
44.5K 3.1K 6
Short Story Tentang bagaimana cinta tak memandang siapa kamu, apa kekuranganmu, apa kelebihanmu dan bagaimana keadaanmu.
563K 53.7K 121
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
967K 26.7K 23
Hanya kisah seorang istri yang mulai mencurigai kesetiaan suaminya. Dan di saat penyelidikannya mengarah pada kenyataan sang suami terbukti berseling...