Sayap Putih

By aynddv

1.6K 195 25

No description! Langsung baca prolog More

Prolog
Sayap Putih
1. Kehidupan
2. Siapa Itu?
4. Selamat Ulang Tahun
5. Rafael Robert
6. Nakala

3. Dia Kembali?

154 26 1
By aynddv

Di dalam kelas, terlihat semua mahasiswa mulai mengantuk Naka seorang dosen tua memaparkan materi menggunakan metode ceramah. Begitupun dengan Naka, dia memang anak yang pandai tapi jika harus di hadapkan dengan dosen seperti itu tetap saja materinya tidak akan masuk ke otaknya. Belum lagi ruangan ber-AC yang membuatnya merasa semakin ingin memejamkan mata. Dan jika sudah seperti ini, satu pertanyaan yang ada di benak mereka, 'kapan selesainya?'

"Baiklah kelas kita sudahi sampai disini, sampai bertemu minggu depan"

Dan ketika sang dosen bicara demikian, semua orang yang ada di dalam kelas itu tampak sangat girang. Seketika rasa kantuk yang tadi mereka rasakan hilang begitu saja

Seseorang menghampiri Naka saat laki-laki itu sedang membereskan buku-bukunya "Nongkrong dulu nggak Ka?" Tanya seorang pemuda bernama Bian. Bian adalah satu dari dua orang sahabatnya, satunya lagi adalah Fiyan atau kerap di panggil Iyan oleh teman-temannya. Namun, hari ini Iyan tidak masuk karena ada urusan keluarga

Naka menggeleng "Gue masih ada tugas yang belum di kerjain"

Bian berdecih "Tugas mulu perasaan, sekali-kali nggak ngerjain tugas nggak bikin nilai Lo jelek Ka"

Mendengar hal itu, Naka menoyor kepala Bian dengan satu tangannya "Gue bukan Lo yang nggak pernah ngerjain tugas dari semester satu sampe sekarang!"

"Bajingan, Gue pernah ngerjain!"

"Iya, tapi nyontek"

"Kan yang penting ngerjain"

Naka merotasikan matanya, terkadang ia heran dengan Bian yang hidupnya bisa tetap tenang meskipun tugas belum di kerjakan. Beda dengan dirinya yang belum bisa tidur nyenyak jika ada satu tugas yang belum ia kerjakan. Bukan sok rajin, hanya saja ia merasa di berikan tanggung jawab setiap kali mendapat tugas

"Minggir, Gue mau pulang" Ucap Naka karena Bian menghalangi jalannya

"Gue ikut ke rumah Lo ya?"

"Mau ngapain?! Gue-"

"Boleh!"

Naka geleng-geleng kepala, sebenarnya apa gunanya bertanya kalau ujung-ujungnya di jawab sendiri. Naka tidak lagi menjawab dan membiarkan Bian ikut ke rumahnya, lagipula tidak ada salahnya, lumayan dia tidak terlalu kesepian karena di rumah pasti belum ada orang di jam-jam segini

Kemudian keduanya mengendarai motor masing-masing menuju Penthouse. Sebelum sampai, mereka berhenti di supermarket membeli makanan dulu untuk menemani mereka

"Lo yang bayar ya Ka, kan Lo yang punya rumah" Ucap Bian sambil mengedipkan matanya beberapa kali membuat Naka bergidik. Meskipun begitu, ia tetap menurut dengan membayar semua belanjaan

Bian keluar terlebih dahulu, sedangkan Naka harus membayar belanjaan terlebih dahulu. Saat sedang mengantre tiba-tiba mata Naka tidak sengaja melihat seseorang yang selama ini ia benci. Mata Naka memanas seiring wanita itu mulai mendekat ke arahnya, tapi sepertinya wanita yang tidak lain adalah Kaluna itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Naka di sana

Naka seketika memalingkan wajahnya saat Kaluna melewatinya begitu saja. Dadanya serasa bergemuruh menahan sesak, selama belasan tahun baru kali ini ia bertemu dengan Kaluna lagi. Walaupun ia berusaha untuk tidak peduli, tetap saja ia adalah seorang anak yang di beberapa kesempatan merasa rindu dengan sosok seorang Ibu

"Mas mau bayar apa nggak? kalo nggak biar saya dulu"

Naka menoleh ke belakang dan meminta maaf kepada ibu-ibu karena membuat antrean terhenti. Setelah menyelesaikan pembayaran, Nakala buru-buru pergi dari sana karena tidak ingin bertemu dengan ibunya lagi. Tapi sayang seribu sayang, di luar ia justru bertemu dengan Kaivan. Keduanya berkontak mata, tapi Naka memutuskannya terlebih dahulu dan mengajak Bian untuk segera pergi dari sana

Sedangkan Kaivan, laki-laki itu masih memperhatikan Naka sampai anak itu benar-benar menghilang dari pandangan. Jelas dia tahu siapa anak itu, meskipun tidak pernah bertemu, Kaluna terlihat beberapa kali mencari informasi tentang anak-anaknya dan Kaivan juga ikut melihatnya. Jadi ia sudah mengetahui bagaimana wajah anak-anak Kaluna sekarang

"Kamu lihat apa?"

Kaivan tersentak saat Kaluna tiba-tiba muncul di belakangnya, tapi setelahnya laki-laki itu tersenyum kepada sang istri "Udah dapet barangnya?" Kaluna mengangguk

"Kamu belum jawab pertanyaanku, kamu lihat apa tadi sampe begitu?" Tanya Kaluna lagi

Kaivan menggeleng "Nggak ada apa-apa" Ucapnya kemudian kembali masuk ke dalam mobil

Kaluna memicingkan matanya, dan melihat ke arah yang sebelumnya di lihat oleh Kaivan, tapi memang tidak ada apapun yang menarik, hanya lalu lintas kendaraan yang ramai saja

***

Kelas IPA 1 hari ini pulang lebih awal karena guru yang seharusnya masuk berhalangan untuk hadir. Namun, alih-alih langsung pulang ke rumah, Lula justru pergi bersama teman-temannya ke sebuah mall. Lula bersama dua orang temannya bernama Freya dan Risa, sebenarnya Lula hanya menemani Freya yang katanya mau mencari pakaian untuk hadir di pesta pernikahan keluarganya, namun sayangnya Lula lupa tidak izin pada Ayah ataupun ketiga kakaknya

"Ini lebih cocok buat kamu Fe" Risa menunjukkan sebuah gaun berwarna gold yang terlihat elegan namun mewah

Mata Freya berbinar "Wahh iya! Yaudah deh aku mau ambil ini aja" Ucapnya

"Udah?" Tanya Lula

Freya mengangguk "Udah, tapi jangan langsung pulang dulu ya? kita beli makan dulu" Setelah Lula dan Risa menyetujui, ketiganya berjalan ke arah kasir untuk membayar kemudian pergi ke restoran untuk makan

Freya adalah sahabat Lula sejak duduk di bangku sekolah dasar dan keduanya selalu berada di satu kelas. Sedangkan Risa, mereka mengenal Risa saat memasuki tahun pertama sekolah menengah pertama dan sejak saat itu ketiganya menjadi sahabat yang tak bisa terpisahkan

"Fe kita mau cari makan dimana?" Tanya Risa

"Di bawah aja nggak sih? di sana makanannya enak-enak, iya kan La?" Freya menatap Lula meminta jawaban atas pertanyaannya

"Iya, setiap kesini sama kakak aku makannya di sana terus"

"Yaudah kuy!"

Tiga orang gadis itu berjalan menuju ke lantai paling bawah, ketiganya berjalan sembari bersenda gurau hingga tanpa sengaja Lula menabrak pundak seseorang hingga membuat orang itu hampir terjatuh kalau saja tidak di tangkap oleh suaminya

Freya dan Risa terkejut, begitu pula dengan Lula yang langsung meminta maaf atas kecerobohannya "Maaf Tante saya nggak sengaja" Ucapnya sambil membungkuk sopan

Wanita itu mengangguk "Lain kali kalau jalan gunain matanya" Lula langsung menatap wanita itu, namun dirinya justru mematung saat tahu siapa wanita di hadapannya itu. Hati Lula bergemuruh hebat karena ia melihat dengan jelas jika yang barusaja ia tabrak adalah Kaluna, ibu kandungnya sendiri

"Ibu?" Ucap Lula spontan

Wanita yang tidak lain adalah Kaluna itu seketika mematung, Kaivan yang menyadari terlebih dahulu siapa gadis di hadapan mereka itu. Perlahan Kaluna menatap Lula tapi hanya beberapa saat sebab dirinya cepat-cepat menarik tangan Kaivan agar segera pergi, bahkan dirinya batal masuk ke dalam mall. Melihat Kaluna akan pergi, Lula berusaha mengejar

Sedangkan Freya dan Risa, keduanya masih terkejut karena ini kali pertama mereka bertemu dengan ibu kandung Lula. Tapi ketika melihat Lula mengejar ibunya, mereka berdua juga mengikuti dari belakang

"Ibu tunggu!"

Jadilah aksi saling kejar di parkiran mall tersebut. Lula semakin mempercepat jalannya takut kalau kehilangan jejak sang ibu, gadis itu bahkan tidak menghiraukan lalu lalang kendaraan yang keluar masuk ke parkiran mall

"Ibu kenapa ninggalin aku?! Ibu!"

"Ibu tunggu! Aku mau ngomong sebentar!" Teriak Lula seraya berlari mengejar Kaluna, tanpa ia sadari dari sebelah kanannya sebuah mobil melaju lumayan kencang

Tin Tin

Srek

Brak

"LULA!"

Hal buruk itu tidak bisa di hindari, mobil tersebut menyerempet hingga menyebabkan tubuh Lula terguling. Freya dan Risa berlari menghampiri Lula bersamaan dengan orang-orang yang mulai mengerumuni gadis itu. Kaluna dan Kaivan yang juga melihat kejadian itu hanya diam mematung

Kaivan hendak mendekat tapi Kaluna menghentikannya, hal itu membuat Kaivan mendelik "Dia anak kamu Kaluna! anak kamu kecelakaan!" Ucapnya penuh penekanan

Sebenarnya Kaluna juga sama khawatirnya, tapi untuk saat ini ia tidak ingin berhubungan dengan orang-orang masalalunya "Kita pergi dari sini!"

"Kamu gila?!"

"Biar mereka yang bawa dia ke rumah sakit! Aku mohon kita pergi dari sini atau aku pergi sendiri!"

Kaivan mengacak rambutnya frustasi "Argg!! Oke kita pergi! tapi jangan sampai kamu nyesel nantinya" Akhirnya mereka berdua memilih pergi dari sana

Sedangkan masih di tempatnya, Lula meringis ketika kepalanya terasa sangat pusing di tambah sesuatu yang dingin terasa mengalir dari kepalanya. Freya dan Risa sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya yang jauh dari kata baik-baik saja. Orang-orang di sana pun hanya sibuk menonton, tak ada yang membantu mereka hingga seorang malaikat tak bersayap datang menghampiri Lula

"Astaga! Lula?" Wanita itu adalah Raina yang tidak sengaja melihat kerumunan saat dirinya hendak membeli sesuatu di mall

Freya dan Risa memberi ruang untuk Raina memeriksa sahabatnya. Raina terlihat khawatir melihat darah yang lumayan banyak keluar dari bagian kepala Lula, tanpa pikir panjang wanita itu merobek bajunya sendiri kemudian ia gunakan untuk menekan luka di kepala anak itu

Raina menoleh ke arah Freya yang ia yakin adalah teman dari Lula karena mereka menggunakan seragam yang sama "Kalian kesini naik apa?"

"K-kita pake angkutan umum Tante"

Raina mengangguk "Kalo gitu kalian ikut Tante ke rumah sakit bawa Lula" Freya dan Risa langsung mengangguk

"Biar saya bantu bawa ke mobil" Ucap seorang pria yang tiba-tiba bersimpati. Raina mengiyakan dan ia arahkan orang itu ke mobilnya

"Kamu duduk sama Lula ya, Tante minta tolong tekan kain ini supaya darahnya nggak keluar" Ucapnya pada Risa

Mobil di jalankan, Freya duduk di samping kemudi dan Risa menemani Lula di bangku belakang. Karena sedang dalam keadaan darurat, Raina mengendarai mobil seperti orang kesetanan, Freya yang ada di sampingnya sampai berpegang erat. Berkali-kali Raina mengecek keadaan Lula melalui kaca, mata gadis itu masih terbuka tapi tatapannya sangat sayu

"Lula bisa denger Tante?" Lula mengangguk pelan, dia sudah di ambang kesadaran

"Lula jangan tidur dulu ya, sedikit lagi kita sampai. Nanti kalo udah di obatin baru boleh tidur" Lagi-lagi Lula hanya mengangguk pelan

"Lula nggak akan kenapa-napa kan Tante?" Tanya Freya yang sudah berderai air mata, gadis itu juga syok berat karena Lula di tabrak tepat di hadapannya

Raina tersenyum "Pasti, kalian jangan khawatir. Tante janji Lula baik-baik aja" Padahal dalam hatinya, ia juga sangat mengkhawatirkan keadaan Lula

***

Di perusahaan, Marcel sedang mengadakan rapat penting dengan klien-kliennya. Tapi perasaannya tiba-tiba tidak tenang seperti telah terjadi sesuatu, bahkan asisten pribadinya pun ikut menyadari perubahan suasana hati bosnya itu. Bahkan hingga rapat di tutup pun Marcel tidak bisa fokus mendengarkan

Setelah rapat usai, sang asisten pribadi bernama Johni itupun menghampiri sang tuan "Bapak lagi ada masalah?" Tanya Johni

Marcel menggeleng "Nggak tahu kenapa, tapi perasaan saya nggak enak Jon. Biasanya saya suka begini kalau anak-anak lagi sakit" Jawabnya

"Hari ini anak-anak ada di sekolah dan kampus kan?"

Marcel mengangguk "Kecuali Nakala, semuanya harusnya masih di sekolah dan kampus" Ucapnya "Tapi Jon, firasat saya lebih ke Lula. Dari tadi saya ke bayang-bayang muka Lula"

Johni bisa melihat gurat kekhawatiran di wajah Marcel, bekerja bertahun dengannya membuat Johni hafal semua kebiasaan bosnya itu "Apa perlu saya tanyakan ke kepala sekolah Lula?"

"Iya Jon, Saya nggak bisa tenang kalau belum dapet kabar"

Johni mengangguk kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi kepala sekolah Lula. Johni bukan hanya asisten biasa, dia juga di berikan akses untuk membantu mengurus anak-anak bosnya, bisa di bilang dia juga sudah sangat dekat dengan anak-anak bosnya, bahkan Johni sudah menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri

Tak butuh waktu lama untuk mencari informasi "Pak, pihak sekolah bilang kelas Lula sudah pulang dari satu jam yang lalu"

Marcel mendelik "Bukannya masih satu jam lagi?"

"Hari ini salah satu guru mata pelajaran berhalangan hadir jadi mereka minta kelas di pulangkan"

Marcel tampak frustasi "Tapi kenapa Lula nggak hubungin Saya? biasanya kalau pulang lebih cepat dia selalu bilang. Coba kamu tanya ke Zerga Jon, Saya juga mau tanya ke Nakala atau Shaka. Siapa tahu mereka udah jemput Lula" Johni langsung melaksanakan tugas dari bosnya

Belum sempat Marcel menghubungi Shaka dan Nakala, ponselnya lebih dulu mendapat panggilan yang ternyata dari Lula. Marcel memberi kode pada Johni untuk membatalkan menghubungi Marcel, Marcel kemudian mengangkat panggilan dari Lula tersebut

"Halo Lula? Sayang kamu kenapa nggak bilang ke Ayah kalau udah pulang dari tadi? Kamu tahu Ayah kepikiran kamu terus sedari-"

"Maaf Pak, ini saya Raina tetangga baru anda"

Marcel terkejut, ia perhatikan lagi nama panggilan tapi tidak ada yang salah. Lalu kenapa Raina menelpon menggunakan nomor Lula? "Ah maaf, saya fikir Lula. Kalau begitu Lula dimana? kenapa handphone dia bisa di kamu?"

"Iya Pak, Saya sekarang lagi sama Lula di rumah sakit-"

"Rumah Sakit?! Lula nggak kenapa-napa kan?! Halo? Raina kamu dengar Saya?"

Terdengar helaan nafas dari seberang "Tolong jangan potong ucapan Saya, Saya di sini sebagai salah satu jajaran dokter ingin memberitahukan kepada anda, kalau anak Bapak yaitu Lula baru saja mengalami Kecelakaan dan saat ini sedang di rawat di Rumah Sakit Dr.Haryo Kusumo"

Marcel mematung, otaknya mendadak tak berfungsi sakit kagetnya "Lula kecelakaan?! gimana bisa?!"

"Saya juga kurang tahu persis gimana kronologinya, mungkin kalau Bapak sudah di sini Lula bisa ceritakan semuanya"

"Oke-oke, saya kesana sekarang. Saya titip Lula dulu ya Raina, tolong jaga dia selama Saya belum sampai di sana"

"Itu sudah tugas kami"

Setelah itu, Marcel dan Johni bergegas menuju Rumah Sakit. Sebelumnya, Marcel juga sudah menghubungi ketiga putranya

Sedangkan di Rumah Sakit, keadaan Lula sudah lebih baik meskipun rasa lemas dan pusing masih ia rasakan. Freya dan Risa sudah pulang atas perintah Raina, wanita itu tahu dua anak itu pasti juga butuh istirahat setelah melalui hari yang berat. Lagipula mereka butuh ganti karena tadi seragam mereka terkena darah Lula

Raina saat ini duduk di samping ranjang Lula sembari memperhatikan tangannya yang masih di genggam erat oleh Lula. Gadis itu tampak memandang kosong atap-atap ruangan, Raina rasa selain karena kecelakaan itu ada hal lain yang membuatnya seperti itu

"Lula?"

Lula menoleh ke arah Raina "Tante kenapa Ibu kandungku jahat? dia ninggalin aku bahkan dalam keadaan sekarat sekalipun"

Raina terkejut, padahal ia memanggil hanya untuk menawari buah-buahan tapi tiba-tiba Lula justru berucap demikian. Ia juga tidak tahu mengenai Ibu kandung Lula, ia fikir Ibunya ada di Penthouse itu juga. Dari sini saja, ia sudah faham kalau Marcel dan istrinya mungkin saja sudah berpisah

"Lula ketemu sama Ibu kandung Lula?"

Lula mengangguk "Tapi dia malah pergi gitu aja, padahal aku cuma mau tanya sama Iby kenapa dia tega ninggalin aku sama kakak-kakak"

Lula tiba-tiba sudah berlinang air mata "Hiks Apa aku seluruk itu sampe Ibu ninggalin aku?"

Raina menjadi tidak tega, dengan perlahan ia membawa gadis itu ke pelukannya yang hangat. Wanita itu sangat pandai menenangkan seorang anak yang sedang sedih. Lula sendiri membalas pelukan Raina dengan erat, ia hirup wangi Raina yang membuatnya merasa tenang. Setelah tenang, Raina melepaskan pelukannya tapi tangannya masih di genggam oleh Lula

Ceklek

Raina menoleh ketika pintu di buka oleh seseorang, ternyata itu adalah Marcel yang datang tergopoh-gopoh bersama dengan seorang laki-laki yang Raina tidak kenal. Karena walinya sudah datang, Raina hendak pergi kalau saja Lula tidak mengeratkan genggamannya. Anak itu menatapnya dengan tatapan memohon, seolah-olah dirinya tidak mau di tinggalkan oleh Raina

"Sayang!"

Marcel mengusap kepala Lula yang di hiasi perban yang masih terdapat noda darah itu "Siapa yang nabrak kamu?" Marcel ganti menatap Raina

"Dia udah di bebaskan karena memang Lula yang yang kurang berhati-hati" Ucap Raina

"Semudah itu? dia bikin anak saya jadi begini!" Ayah mana yang tidak emosi ketika mendengar orang yang menabrak putrinya di bebaskan begitu saja

"Ayah jangan bentak-bentak Tante Raina, dia yang bawa aku kesini" Ucap Lula saat tahu Ayahnya mulai emosi. Marcel itu memang berhati lembut, tapi jika sudah di kuasai emosi, dia bisa menjadi orang yang gelap mata

"Aku ketemu sama Ibu, tapi Ibu pergi gitu aja jadi aku tadinya mau ngejar Ibu tapi malah kena serempet mobil karena kurang hati-hati" Tambah Lula

Marcel memicingkan matanya mendengar Lula menyebut sang Ibu "Ibu?"

Lula mengangguk "Iya Yah, tapi aku nggak nyangka Ibu cuma sama sekali nggak peduli sekalipun aku sekarat" Ucapnya mulai sedih kembali

Diam-diam Marcel menggepalkan tangannya, lagi-lagi Kaluna. Untuk apa wanita itu kembali ke Indonesia? setahunya Kaluna dan Kaivan sudah lama tinggal di luar negeri. Kalau begini, Marcel harus lebih hati-hati menjaga anak-anaknya agar tidak di sakiti lagi oleh Kaluna

Brak

"Mana Lula?!"

Zerga masuk terlebih dahulu di susul oleh Shaka dan Naka di belakang, wajah ketiganya sama-sama khawatir akan keselamatan si bungsu. Naka dan Shaka yang memang belum pernah bertemu dengan Raina, menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan

"Lula, keluargamu udah ada di sini. Tante pergi dulu ya?"

Lula menggeleng "Tante di sini aja, bukannya kata perawat tadi Tante lagi kosong? sini aja sama Lula ya? Please"

Marcel menatap tangan Lula dan Raina yang saling menggenggam kemudian beralih menatap wajah wanita itu yang entah kenapa hari ini terlihat lebih cantik dengan memakai jas putihnya "Kalau kamu nggak sibuk, tolong turuti permintaan Lula dulu" alhasil Raina mengiyakan saja, lagipula di tidak tega melihat Lula

"Siapa dia?" Bisik Naka, namun Shaka juga tidak tahu jadi dia hanya bisa mengedikkan bahu

"Dia tetangga baru kita" Jawab Zerga yang tidak sengaja mendengar bisikan Naka

"Kenapa Lula kelihatan deket banget sama dia bang?" Tanya Shaka

Zerga mengedikkan bahu "Kayaknya sih dia sengaja mau bikin wanita itu deket sama Ayah" Jawabnya yang membuat Naka dan Shaka menoleh bersamaan

"Nggak bisa di biarin"

"Kita harus cegah sebelum semuanya terlambat"

Zerga mengangguk "Gue juga nggak akan biarin wanita itu masuk ke hidup kita"

"Pokoknya sampai kapanpun gue nggak rela Ayah nikah lagi" Tambah Shaka

"Apalagi dia dokter, bisa-bisa kita di suntik mati nanti" Fikiran Shaka memang terkadang sangat sangat di luar nalar

"Mulai hari ini kita awasi dia terus" Ucap Zerga yang di angguki Nakala dan Shaka

"Target terkunci"

Ketiganya sama-sama menatap Raina yang sedang mengobrol dengan Lula dan Marcel dengan tatapan nyalang. Tanpa tahu jika di belakang mereka, Johni menahan tawa mendengar anak-anak itu seperti sedang menjalankan sebuah misi. Ada-ada saja batin Johni

__________________________________________

Halooo

Gimana kabarnya yeorobunnn

Yang masih puasa masih seger kan? wkwk

Selamat membaca dan jangan lupa untuk vote komennyaa yaa guys

See you next time

Babayyy






Continue Reading

You'll Also Like

476 67 3
Apa itu cinta? Jika Samuel harus menjawab, maka jawabanya adalah Lily. Sebaliknya, jika Lyora yang harus menjawab, maka jawabannya adalah Sam. Tap...
6.1K 988 32
Kehidupan Hyuni yang bahagia berubah menjadi menyakitkan saat ia tidak sengaja bertemu dengan Sapta yang malam itu dalam keadaan mabuk. Dan itu berla...
17.2M 821K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
401K 2.4K 4
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..