MARVELO ANDROMEDES

By alyaa_rakus

516K 39.5K 1.3K

jiwa seorang pemuda yang gila karena mental nya yang kian hancur dan melebur. melakukan apapun tetap membuat... More

Satu
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Dua
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Tiga
Enam belas
Delapan belas
Empat
Lima
Tujuh belas
Sembilan belas
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Dua puluh
21. Dua satu
22. Duapuluh dua
23. Duapuluh tiga
24. Duapuluh empat
25. Duapuluh lima
26. Duapuluh enam
27. Duapuluh Tujuh
28. Duapuluh delapan
29. Duapuluh sembilan
30. Tiga puluh
31. Tigapuluh satu
32. Tigapuluh dua
33. Tigapuluh tiga
34. Tigapuluh empat
35. Tigapuluh lima
36. Tigapuluh enam
37. Tigapuluh tujuh
38. Tigapuluh delapan
39. Tigapuluh sembilan
40. Empat puluh
41. Empatpuluh satu
42. Empatpuluh dua
43. Empatpuluh tiga
44. Empatpuluh empat
45. Empat lima
47. Empat tujuh
48. Empat delapan
49. Empat sembilan
50. Lima puluh
Extra part. 1

46. Empat enam

2.1K 277 7
By alyaa_rakus

James terduduk lesu di sofa yang ada di salah satu ruangan VIP di rumah sakit, kemeja nya yang di penuhi bercak darah itu masih terpampang jelas di sana. Tak ada niatan untuknya berganti pakaian karena saat bungsunya di bawa ke rumah sakit dan sang anak di nyatakan kehilangan banyak darah dan harus segera mendapatkan donor darah. saat itulah James langsung mendonorkan darah nya, terlihat Kristoff juga masih sibuk mengambil darah nya. Ruangan itu hanya di isi keheningan, hanya ada James, Kristoff dan Gilbert di sana.

Pikirannya kacau, rasa sesak di dada nya kian terasa saat sekelebat senyum hangat dari putra keduanya berputar abstrak di otak nya. Netra legam nya melirik sekilas ke arah jarum yang baru saja di masukkan ke dalam nadi nya. Tak ada rasa sakitnya sama sekali karena saat ini hati nya begitu terasa nyeri saat melihat kedua putra nya harus berjuang antara hidup dan mati. Semua pasukan DiamondGolden sudah di kerahkan untuk mencari mayat Imanuel.

"Tuan, saya permisi untuk melanjutkan operasi tuan kecil,"

"Lakukan yang terbaik, aku akan membayar berapapun asal putraku baik baik saja." Kristoff tersenyum getir mendengar nya, tentu saja dia akan berusaha menyelamatkan nyawa anak itu. Karena bagaimana pun anak itu sudah mengambil hati nya sedari pertama mereka bertemu.

James memejamkan mata nya sejenak sembari memijat pelipis nya. Malam ini sungguh menguras mental nya, fisik nya memang baik baik saja, namun mentalnya kembali di uji setelah beberapa tahun silam. Jantung nya hampir saja berhenti berdetak saat melihat tubuh penuh luka putra kedua nya yang terjun dari atas tebing. Lalu raut wajah frustasi ketiga putra nya terpampang jelas di otak nya. Rasanya saat ia membuka mata nya maka di mana mana ia bisa melihat sosok Imanuel yang tengah tersenyum hangat ke arah nya.

'Imanuel Lodan Andromedes, putra kedua dari Jameson Andromedes itu kini telah lahir. Semoga menjadi putra, dan keturunan Andromedes yang kuat dan tangguh'

'Selamat datang di dunia, bayi kecil ku'

'Dad, kami pergi dulu'

'Dad, jika bisa bernegosiasi. Aku menginginkan para pengkhianat yang menjadi tawanan mu itu untuk aku bedah, saat ini aku sedang berbaik hati untuk menjadi dokter bedah'

Gilbert meringsut ke sofa dan langsung memeluk badan tegap sang adik. Pria itu tetap melakukan nya saat ia sudah tau jika adik pertamanya itu tidak suka di peluk. Namun kini pelukan hangat nya nampak nya di balas sang empu, James membalas pelukan kakaknya. Kakak keduanya yang paling tenang di antara mereka, kakak nya yang tak pernah mengeluh kini hadir di dekatnya.

"Putraku a-akan segera kembali bukan," Gilbert diam mendengar gumaman adik nya. Pria itu tetap memeluk badan sang adik sembari mengelus punggung tegap namun dalamnya rapuh itu.

"Apa yang di titipkan maka itu juga akan di kembalikan pada waktunya. Keponakan ku sudah tenang di sana, jadi ikhlaskan,"

James terdiam menangis tak bisa namun hati nya terasa di tusuk oleh beribu jarum saat kakak nya mengatakan itu. Gilbert menguraikan pelukan nya menatap datar kaca ruangan yang tampak
memperlihatkan langit malam di mana hanya ada bulan di sana. James memilih memejamkan mata nya, mengorek kembali ingatan saat James mengendong bayi Imanuel untuk pertama kali nya.

Langkah kaki terdengar bersahutan di koridor rumah sakit, Itu adalah Jacob, Zelixon dan kedua putra James kini tengah berjalan ke arah ruang inap si bungsu. James berdiri dari duduknya, berjalan keluar dari ruangan yang tadi untuk melihat bagaimana dengan keadaan bungsunya. Bertepatan dengan keluarnya James. Di sana Kristoff baru saja keluar dari ruang operasi.

"Bagaimana keadaan nya?" Enigma dengan langkah gontai langsung mendekat ke arah Kristoff dengan netra legam menatap sendu kaca bulat yang memperlihatkan Marvel tengah terbaring di atas bangsal dengan alat penopang hidup.

"Tuan kecil baik baik saja, peluru di betis nya berhasil kami keluarkan. Tapi sampai saat ini kami belum bisa memastikan kapan tuan kecil siuman," Kristoff berucap sedemikian. Pria itu memilih duduk menemani mereka yang masih setia menunggu di sini. James kembali bersandar di dinding putih rumah sakit dengan mata terpejam. Sedang Enigma sendiri terus berdiri di depan pintu ruang inap si bungsu. Netra legam itu terus menyorot layu wajah pucat itu dari kaca ruang inap, terus seperti itu.

****

"Kak, tiga bulan sudah kakak menghilang tanpa kabar. Tiga bulan juga bayang bayang kakak terus hadir di setiap langkahku. Kuharap kau bisa kembali lagi pada kami, aku tak berharap kau pergi jauh. Tapi tolong kembali lah," Marvel memeluk sebuah figuran di mana ada potret kaku seorang pemuda tak lain adalah Imanuel. Hampir satu minggu dia tak sadarkan diri di rumah sakit setelah insiden yang paling membuat nya trauma. Dan sudah tiga bulan penuh juga dia kehilangan sosok berharga di hidup nya. Sosok kaku itu menghilang bak di telan bumi, namun walau begitu. Mereka semua tak pernah melupakan sosok Charlotte kedua di kediaman Andromedes. Imanuel itu kaku, tak pernah tersenyum. Namun hadirnya dan sifat nya begitu di rindukan.

Cklekk

"Sayang ayo berangkat, nanti kau akan terlambat." suara berat Alpha terdengar membuat Marvel dengan cepat menaruh figuran Imanuel di nakas. Anak itu tersenyum lebar melihat presensi sang kakak yang berjalan menghampiri nya, Alpha semakin terlihat rapuh saat ini. Walaupun dari luar pemuda itu terlihat baik baik saja. Namun tetap saja sorot mata itu memperlihatkan jelas jika dia kehilangan sosok terpenting di hidupnya.

"Kakak nanti kalau ada waktu ke sekolah aku, aku mau makan bareng kakak." Alpha mengangguk. Pemuda itu segera membawa sang adik ke gendongan koala nya dan mulai masuk ke dalam lift untuk menuju lantai dasar. Marvel menyembunyikan wajah nya di leher Alpha. Kedua nya kini berjalan di Koridor sekolah, Alpha menurunkan anak itu tepat di bangku sang empu nya. Sebenarnya ia malu di gendong sampai dalam kelas, namun karena Alpha tak menerima penolakan dari nya dan lagi kakak nya begitu over protective pada nya sejak Imanuel menghilang. Membuat Marvel sedikit takut pada kakak ketiga nya itu.

"Aku tau kau sedikit tak nyaman dengan sifat ku sekarang. Namun aku hanya tak ingin kehilangan lagi untuk ketiga kalinya. Cukup Mom dan Kak Lodan yang pergi jangan lagi ada yang harus pergi terutama kau adik,"

Hati nya menjerit mengatakan hal itu, namun sorot mata nya terus menekan dan menatap datar kearah Marvel. Tangannya mengusap lembut pipi yang kembali berisi itu setelah tiga minggu yang lalu anak itu tidak mau makan ataupun berbicara yang membuat Alpha hampir saja depresi melihat adik nya seperti itu. Memang benar trauma itu juga sering datang dari orang terdekat. Nyatanya kejadian kelam tiga bulan lalu beserta kehilangan orang berharga di dalam hidup nya adalah trauma terdalam dan yang paling sakit untuk di rasakan.

"Zean, Clein, Leo dan Mika. Hanya mereka yang boleh berada di dekat mu, membantah siap siap homeschooling." Marvel mengangguk bibir tipis nya mengecup rahang tegas Alpha membuat tatapan tajam itu melunak terganti dengan tatapan teduh.

"Jangan keras keras sifat nya, nanti kak Lodan marah. Terus nanti gak ada cewek yang mau sama kakak." Alpha terkekeh pelan mendengar nya.

"Pacarku itu kau adik," Bisik nya hingga akhirnya pemuda itu langsung berlari keluar dari kelas Marvel saat melihat sang adik memberikan ancang ancang melemparkan sepatu nya ke arah Alpha.

"Avel!!" Clein dan Zean yang paling bersemangat memanggilnya. Dan Leo manusia paling kalem itu langsung memangku sahabat kecil nya itu. Hubungan kelima nya semakin dekat bahkan selama dia masih trauma membuat berempat terus datang untuk mengajaknya berbicara dan bermain.

"Nanti ke kantin barengan," Zean sahabatnya yang paling menempel pada nya kini memeluk nya hingga Leo juga ikut di peluk remaja tujuh belas tahun itu. Marvel juga tampaknya senang mendapatkan perhatian dari Zean. Zean itu lembut layaknya kapas, namun akan berubah menjadi sekeras besi saat melihat nya terluka atau pun mendapat masalah. Mengenai tentang Imanuel juga mereka semua tentu saja merasa sesak mendengar nya karena bagaimana pun Imanuel itu pernah membantu mereka tanpa sepengetahuan siapapun apalagi perlu di ketahui jika Graysen--teman Alpha sekaligus kakak kandung dari Zean juga bisa hidup dengan jantung sehat berkat jantung yang di berikan oleh Imanuel pada Alpha waktu itu.

Bukan karena mereka miskin dan tidak bisa mendapatkan donor jantung, namun karena kecocokan untuk cangkok jantung Graysen itu sangat lah susah di temukan namun saat itu Imanuel mendengar nya langsung dari Kadden-- ayah dari Gray dan Zean jika kecocokan jantung untuk anak sulung nya itu sangat lah langka dan lagi sangat beresiko jika tidak cocok. Kadden sendiri juga adalah kolega dari Imanuel.

****

"Makan, setidaknya hargai makanan yang sudah di siapkan." Marvel yang sedari tadi Menelungkupkan Kepala nya di meja makan kini ia paska angkat, netra nya bersinggungan dengan netra legam Alpha. Menghela nafas pelan anak itu berjalan mendekati Alpha yang duduk di seberang nya. Anak itu duduk di pangkuan Alpha dan kembali menyembunyikan kepalanya di dada bidang Alpha.

Tak!!

Sendok yang di pegang Alpha patah saat bertubrukan keras dengan meja. Membuat suasana kantin sekolah sedikit mencekam apalagi tatapan datar penuh amarah itu tercipta jelas di wajah pemuda itu. Memilih menghela nafas pelan berusaha menekan emosi nya, tangannya tergerak mengelus punggung sempit sang adik. Adiknya benar-benar sulit jika di ajak makan, membuat dirinya sedikit emosi karena hal itu.

"Sayang ayolah, jika kau terus seperti ini. Kak Lodan tak akan suka," Marvel menggigit bibir bawah nya kuat mendengar nama itu, nama yang begitu sensitif untuk nya, ia tau jika hal itu juga membuat Alpha berusaha tegar.

"Apa dia akan kembali jika aku makan?" Alpha tersenyum kecut mendengar suara lirih sang adik. Pemuda itu memiliki membawa sang adik keluar dari area kantin. Di belakang mereka diikuti keempat teman Marvel, Justin dan Orlan. Dan jangan lupakan Gavin juga ikut mengekori keduanya.

Marvel membuka mulut nya saat Alpha menyuapi nya nasi goreng, Alpha memutuskan untuk membawa sang adik ke ruang pribadinya di sekolah. Walaupun dia sudah alumni namun tetap saja ruangan pribadinya
Tetap milik nya. Pemuda itu terus menatap lekat wajah sang adik yang kini tengah menampilkan senyum terbaik anak itu. Namun ia tau jika adiknya tengah memendam semua perasaan sesak itu, bergerak mendekati sang adik lalu di kecup nya lembut dahi sang adik hingga membuat netra ice blue itu berair karena perlakukan lembut sang kakak.

Marvel mendorong pelan dada bidang sang kakak hingga Alpha sedikit memberikan jarak pada nya. Anak itu mengambil alih piring yang berisi nasi goreng itu dan mulai memakan nya pelan dengan pandangan kosong menatap ke arah balkon. Ruangan itu hanya di isi keheningan, keempat sahabat Marvel hanya diam menatap sendu wajah yang biasanya ceria dan mengulas senyum namun kini malah terlihat begitu suram dan tak bersemangat.

"Aku memang bukan yang terbaik, namun sebisa mungkin aku akan terus membuat kesayangan ku ini tenang"

Terlalu sakit untuk memendam hingga tak terasa cairan liquid bening itu terjun bebas dari pelupuk mata yang membengkak itu. Bahkan pelupuk yang bengkak itu tidak bisa lagi menahan air mata yang sedari tadi berusaha di tahan. Rasa sesak dan nyeri kian bertumpu menjadi satu membentuk rasa sakit yang teramat di selubung hati. Hati nya membiru menahan isak tangis yang sedari tadi ia tahan. Marvel tetap memaksakan makan walaupun air mata nya kini berjatuhan mengenai piring nasi goreng dibawah nya.

Marvel mencengkram kuat rambutnya menghalau rasa sakit di kepalanya. Alpha merasa panik melihat adik nya yang seperti itu.

"H-hey lihat kakak, tak apa. Tak akan terjadi apapun," Tangis Marvel mengencang saat itu juga membuat hati Alpha terasa tercubit melihat betapa terpuruk nya sang adik.

"Kakak s-sesak," Marvel memukul dadanya yang terasa sesak.

"Iya kita pulang hm," Alpha segera membawa sang adik ke gendongan koalanya.

****

"Tuan kecil mengalami demam tinggi, karena dehidrasi dan kelelahan. Dan jangan biarkan dulu tuan kecil berpikir yang berat berat." James mengangguk sebagai jawaban dengan pernyataan yang Kristoff berikan setelah memeriksa Marvel, pria paru baya itu sibuk mengelus suara Marvel yang kini tertidur lelap setelah di periksa tadi. Enigma keluar dari kamar untuk mengantar Kristoff keluar Mansion. Sedang Alpha sendiri tampak terdiam duduk di sofa dengan tatapan terus menatap lekat wajah damai sang adik. Tangan nya terkepal kuat di kedua sisi pinggang, rasanya dia sangat gagal menjaga adik nya.

"D-dad, aku ke kamar dulu," James berdehem singkat merespon ucapan Alpha. Pria itu menggenggam lembut tangan yang terbebas dari infus itu. Menatap lamat wajah damai serta dengkuran halus yang terdengar hingga pria itu memiliki mengalihkan perhatiannya ke MacBook di pangkuannya, semakin di tatap maka semakin membuat rasa nyeri dan sesak terasa di dada nya.

"Dad, kau membuat apa?" Alpha yang baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar itu menghampiri James di dapur yang kini tengah sibuk dengan peralatan masak di dapur. Sedikit bingung karena tak pernah sekalipun ia melihat sang Ayah memasak ataupun berada di dapur. Namun kali ini pria itu bahkan memakai celemek.

"Apalagi, tentu saja memasak." Alpha mengangkat sebelah alisnya hingga akhirnya memilih menghedikan bahu nya acuh tak acuh. Berjalan menuju kamar Marvel untuk mengecek sang adik. Hingga semakin melangkah dirinya semakin dibuat terkejut mendengar suara seperti barang terjatuh dari kamar Sang adik. Mempercepat langkahnya hingga tiba di kamar Marvel dirinya dibuat terkejut dengan Marvel yang saat ini mengamuk sembari melemparkan sebuah globe ke arah kaca balkon.

"Hey tenanglah, okay. Tenang ada kakak di sini," Alpha meraih pinggang sang adik dan langsung mendekap badan anak itu hingga gerakan brutal di dadanya perlahan berhenti seiring isakan tangis terdengar dari sang empu nya.

"Mengapa harus kak Lodan yang pergi! Mengapa tidak aku saja!! Kak Lodan pergi kak!!" Anak itu terus meracau membuat Alpha semakin mendekap erat badan sang adik. Punggung sempit itu bergetar hebat hingga atensi seluruh anggota keluarga terlihat di ambang pintu kamar si bungsu, hati mereka sungguh teriris melihat itu. Bungsu nya James itu tampak sangat kacau saat ini.

"Ikhlas kan kakak mu nak," James mengambil alih badan bungsunya. Mata nya terpejam saat dada bidang nya menjadi samsak pukulan si bungsu. James menaruh Kepala nya di leher Marvel, meredam rasa sesak yang kembali hadir di raga nya. Kehilangan satu anak membuat sebagian besar jiwa James menghilang dan kini dirinya sendiri harus menyaksikan sendiri bagaimana terpuruk nya ketiga anak nya yang lain terutama si bungsu.

Tuan Lee mendekat sembari menepuk bahu lebar putra ketiga nya. Pria tua itu beralih memeluk tubuh rapuh Alpha dan Enigma, kedua pemuda itu terdiam merasakan tangan keriput itu mengelus surai mereka.

"Opa mengerti, namun hidup terus berjalan. Semua cucuku hebat," Alpha menumpukan kepala nya di bahu Tuan Lee meredam isak tangis yang terdengar memilukan dari nya. Sisi lemah nya kini terkuak, kedua orang yang begitu berarti dalam hidup nya kini tampak tak tau arah.

****

₮฿₵

Jangan lupa vote dan koment.

See you next time 🙂🙂⌚

Continue Reading

You'll Also Like

937K 40.8K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
319K 27.3K 40
Karya 3 "APA?" pekik seorang pemuda bernama RAYYAN SAPUTRA. "Bagaimana bisa?, wah nggak ngotak nih..." sanggahnya tak percaya, padahal ia hanya memak...
SAMUEL By jvyo.n

Teen Fiction

8.1K 655 31
Di tengah hening malam yang sepi, bayangan-bayangan tersembunyi dalam kegelapan menunggu untuk muncul ke permukaan. Namun, di balik tirai malam yang...
121K 9.2K 15
Arkana Raditya pemuda manis, periang dan memiliki sifat cengeng yang kemudian harus meninggal dengan tragis. Bagaimana jika seorang Arka yang periang...