Sayap Putih

By aynddv

1.6K 195 25

No description! Langsung baca prolog More

Prolog
Sayap Putih
1. Kehidupan
3. Dia Kembali?
4. Selamat Ulang Tahun
5. Rafael Robert
6. Nakala

2. Siapa Itu?

136 28 0
By aynddv

"HEI WANITA TUA! BERHENTI MENGOMENTARI HIDUP ANAKKU! TAHU APA KAMU TENTANG ANAKKU HAH?!"

"Ibu! Udah jangan ladenin mereka lagi"

"RAINA BILANG SAMA IBUMU ITU KALAU YANG KAMI BICARAKAN ITU FAKTA! BILANG SAMA IBUMU KALAU KAMU MEMANG MANDUL!"

"BENAR ITU! RAINA ITU WANITA MANDUL!"

"ASTAGA! MULUT KALIAN MEMANG KETER- AKHH!"

"IBU!"

Raina panik saat Ibunya tiba-tiba terlihat menahan rasa sakit sembari memegang dadanya. Inilah yang Raina takutkan, ibunya ini lemah jantung dan Raina takut terjadi sesuatu padanya. Tadi saat sedang membeli sayuran di depan rumah, Ibunya terlibat pertengkaran lagi dengan para tetangga. Raina juga sebenarnya sudah muak dengan mulut-mulut tidak bertanggung jawab itu, tapi mau bagaimana lagi? yang mereka katakan memanglah sebuah kebenaran

"Keluarga menyedihkan. Anaknya mandul, ibunya penyakitan-" Raina sama sekali tidak memperdulikan suara-suara itu lagi, ia hanya mengkhawatirkan keadaan ibunya saat ini

"AYAH! IBU KAMBUH LAGI!" Teriak Raina sekencang mungkin agar sang Ayah yang ada di dalam rumah mendengarnya. Mirisnya, para tetangga sama sekali tidak ada yang berinisiatif membantu Raina yang keadaan ibunya semakin memburuk, hanya tukang sayur yang membantu sampai Ayah Raina keluar dan membopong sang istri yang hampir tidak sadarkan diri

Raina memeriksa keadaan sang Ibu setelah Ayahnya meletakkan tubuh Ibunya di kamarnya. Raina menghela nafas saat kondisi Ibunya berangsur membaik, tapi di sisi lain Raina juga takut jika hal ini terulang kembali. Ia jadi teringat ide konyol Seana. Raina menatap wajah Ayah yang sama-sama terlihat khawatir seperti dirinya

"Ayah"

"Ya? ada apa Rai? Ibumu baik-baik aja kan?"

Raina mengangguk "Ibu baik, tapi ada hal lain yang mau aku omongin sama Ayah"

"Apa?"

"Nggak di sini, kita ngobrol di luar aja biar nggak ganggu istirahat Ibu"

Dirga mengangguk, kemudian menyusul Raina setelah memastikan keadaan Istrinya baik-baik saja. Dirga merasa ada hal yang sangat penting yang ingin Raina bicarakan. Setelah menutup pintu kamar, kini Ayah dan Anak itu duduk berhadapan di ruang tengah. Raina menatap sang Ayah dengan serius, sedangkan Dirga tidak mengerti apa yang ingin Raina bicarakan

"Ayah, sepertinya lebih baik kita pindah dari komplek ini"

Dirga terkejut dengan ucapan Raina "Kenapa? Apa ada yang bikin Rai nggak nyaman?" Tanya Dirga memastikan. Menurut Dirga, Raina tidak akan asal bicara seperti itu tanpa adanya sebab

Raina menggeleng "Aku cuma takut keadaan Ibu bisa tambah parah kalau terus ketemu sama mereka, Aku takut kesehatan Ibu semakin menurun nantinya"

Dirga mengangguk "Kamu benar Rai, tapi kemana kita mau pindah?"

"Soal itu Ayah tenang aja, nanti Rai bisa minta tolong sama teman-teman Rai buat cariin rumah yang lingkungannya cocok buat kita" Dirga mengangguk saja, dirinya selalu percaya apapun yang anaknya lakukan adalah yang terbaik dan dirinya akan selalu menerima apapun keputusan sang anak

"Kapan kita mau pindah?"

Raina terdiam, ia juga belum memikirkannya "Secepatnya, kalau bisa besok kita pindah dari tempat ini" Raina berbicara dengan mantap, kali ini ia tidak mau mengambil resiko lagi dengan tetap tinggal di lingkungan yang menurutnya tidak sehat itu

Raina tidak masalah jika orang-orang itu menghinanya, namun ia tidak akan membiarkan keluarganya ikut terkena imbas darinya. Mama dari itu, Raina akan melakukan apapun yang terbaik untuk keluarganya

***

Satu Minggu kemudian...

Di kediaman Astara, setelah acara bersih-bersih atas perintah tuan Marcello kini kelimanya sedang duduk di meja makan sembari menikmati makanan hasil tangan Marcel. Hari ini Marcel sengaja memasak makanan rumahan sesuai permintaan anak-anak. Tapi sama seperti sebelum-sebelumnya, makanan yang di masak oleh Marcel benar-benar tidak enak untuk di makan. Bahkan wajah Zerga tampak sangat keruh setelah menelan hasil tangan sang tuan rumah

"Ayah masukin berapa sendok garem?" Tanya Shaka yang bergidik setelah menyicipi makanan yang terhidang di hadapannya

"Dua sendok, udah bener kok kayak di resepnya" Jawab Marcel

"Sendok sebesar apa? kok rasanya kayak air laut gini" Zerga buru-buru menegak segelas air untuk menawarkan rasa asin di mulutnya

"Di resepnya sih dua sendok teh, tapi berhubung Ayah nggak tahu sendok teh itu yang mana jadi Ayah pake sendok makan aja" Ucapnya seperti tak berdosa bersamaan dengan anak-anaknya yang menepuk jidat setelah menemukan di mana letak kesalahannya

"Memangnya beda sendok teh sama sendok makan?"

Lula tertawa "Jelas beda Ayah! Sendok teh itu kecil" Walaupun rasanya sangat asin tapi Lula tetap memakannya, itu karena dia menghargai apa yang sudah Ayahnya buat

"Pantas asin, Ayah nggak tahu karena biasanya Ayah juga pake sendok makan buat ngaduk teh" Melihat Lula yang hendak melahap makanan asin tersebut, Marcel langsung mencegahnya "Jangan di makan, biar Ayah pesenin makanan lain buat kalian" Lula mengangguk dan meletakkan lagi sendoknya

Marcel mengambil handphone untuk memesan makanan, tapi sebelum itu terjadi tiba-tiba bel berbunyi menandakan ada seseorang yang datang. Marcel mengurungkan niatnya untuk memesan makanan dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang "Kalian tunggu sini, biar Ayah yang buka" Keempat anaknya mengangguk

Sebelum membuka pintu, Marcel melihat terlebih dahulu siapa yang datang melalui monitor. Terlihat seseorang yang membelakangi kamera, dari postur tubuhnya seperti dia seorang wanita. Marcel membuka pintunya dengan wajah penasaran

"Siapa?"

Bersamaan dengan itu wanita yang sebelumnya memunggunginya berbalik menatap ke arahnya. Sepasang mata indah itu bertubrukan dengan matanya, keduanya sempat tersentak entah karena apa

"Maaf mengganggu, saya cuma mau memberikan ini" Wanita itu menyerahkan rantang tupperware ke arahnya

"Apa ini?"

Wanita itu tampak tersenyum "Ibu saya masak banyak jadi nggak ada salahnya berbagi ke tetangga"

Marcel langsung menatap pintu yang berhadapan dengan pintu rumahnya "Kamu penghuni baru di sini?"

Wanita itu mengangguk, kemudian mengulurkan tangannya ke depan "Salam kenal, saya Raina dan mulai hari ini saya bersama dengan keluarga saya akan tinggal di sini" Marcel mengangguk kemudian menerima jabatan tangan tersebut. Marcel juga menerima pemberian dari wanita yang ternyata adalah Raina

"Salam kenal juga Raina, saya Marcel dan terimakasih atas makanannya" Raina mengangguk dan setelahnya mereka kembali ke rumah masing-masing

Marcel menutup pintu Penthouse nya kemudian kembali ke meja makan sembari membawa makanan yang di berikan oleh Raina

Melihat Ayahnya membawa sesuatu di tangannya, Naka lantas bertanya "Siapa yang dateng Yah?"

Marcel tersenyum "Penghuni Penthouse baru, dia ngasih makanan buat kita"

Mata Lula berbinar mendengarnya "Wah siapa dia Yah? dari wanginya kayaknya rasanya enak banget"

"Namanya Raina, Ayah juga nggak kenal. Dah sekarang kalian makan ini aja, masakan Ayah biar nanti di buang aja" Marcel kemudian meletakkan makanan yang ternyata opor ayam itu ke tengah-tengah agar anak-anak mudah untuk mengambilnya

Zerga yang mencicipinya pertama sendiri terlihat sangat menikmati makanan tersebut. Begitupun dengan Naka yang sangat lahap seperti tidak pernah makan makanan enak. Sedangkan Shaka, terlihat biasa-biasa saja karena dirinya memang tidak terlalu suka makanan yang ada santannya. Kalau Lula? jangan di tanya, anak itu sudah hampir menghabiskan satu piring nasi

Marcel tersenyum melihat anak-anaknya, ia akui makanan itu memang terasa sangat lezat dan ia berjanji akan membalas kebaikan Raina dan keluarganya jika ada kesempatan

Sedangkan di dalam Penthouse barunya, Raina dan kedua orangtuanya juga sedang menikmati makan siang setelah selesai menata barang-barang mereka. Raina sangat puas dengan Penthouse yang baru saja ia beli beberapa hari yang lalu. Seana dan suaminya memang sangat pandai dalam mencari tempat tinggal baru untuknya

"Tempatnya bagus, tapi kalau setiap hari harus naik turun kayaknya Ibu nggak sanggup Rai" Ucap Mira, Ibu dari Raina

Raina terkekeh "Kalau gitu Ibu diem aja di rumah, nanti kalau butuh apa-apa biar aku yang cari"

Dirga mengangguk "Lagipula kamu mau kemana? biasanya juga di rumah terus"

"Aku bosan kalau di dalam rumah terus-terusan"

"Oh iya Rai, gimana sama tetangga tetangga di sini? mereka nggak seperti tetangga kita dulu kan?" Tanya Mira penasaran, takutnya ia mendapat tetangga yang menyebalkan lagi

Raina menggeleng "Rata-rata yang tinggal di sini orang sibuk semua Bu, jadi mereka nggak akan ada waktu buat ngurusin kehidupan orang lain"

Mira bernafas lega "Syukur kalau begitu, seenggaknya kita udah terbebas dari mulut-mulut kotor itu!"

Raina tersenyum seraya menggenggam tangan Ibunya "Ibu tenang aja, sekarang kita nggak perlu dengerin omongan-omongan orang lagi"

Mira ikut tersenyum membalas genggaman tangan sang putri "Ibu senang bahagia kalau kamu juga bahagia Rai, Pokoknya nggak ada yang boleh bicara buruk tentang anak Ibu lagi. Ibu nggak akan biarin siapapun sakitin kamu lagi" Dirga yang ikut menyaksikan turut bahagia, mungkin dengan tinggal di Penthouse ini mereka akan terbebas dari ular-ular bermuka dua itu

***

Malam harinya, Raina baru saja akan keluar dari Penthouse untuk mencari bahan-bahan makanan untuk esok hari. Raina sengaja keluar sekarang karena besok dia akan mulai sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit. Baru saja wanita itu menutup pintu, bersamaan pula dengan seseorang yang juga keluar dari pintu di depannya itu

Raina menatap siapa yang keluar, ternyata bukan laki-laki yang siang tadi membuka pintu untuknya. Kali ini yang keluar adalah seorang laki-laki muda yang Raina perkirakan berumur dua puluh tahunan, dia tidak sendiri karena setelahnya juga muncul seorang anak perempuan yang Raina rasa adalah adik dari pemuda itu

Karena tidak sengaja bersitatap, Raina melemparkan senyuman pada keduanya, namun hanya si anak perempuan yang membalas sedangkan anak laki-laki itu hanya menatapnya dingin

Ketiga orang itu akhirnya turun bersama menggunakan lift yang sama

"Tante Raina?"

Raina menoleh ke anak perempuan yang baru saja memanggil namanya itu "Ya? kamu tahu nama saya?" Anak itu tersenyum yang menurut Raina senyuman itu sangatlah manis, sangat menggemaskan

"Aku udah makan makanan yang Tante kasih ke Ayah, rasanya enak banget!" Raina terkejut, ia sekarang sadar jika anak itu ternyata adalah anak dari laki-laki yang tadi membuka pintu untuknya

"Kamu anaknya tuan Marcell?"

Lula mengangguk "Salam kenal Tante, namaku Qailula tapi Tante bisa panggil aku Lula" Lula mengulurkan tangannya ke hadapan Raina, baru saja Raina akan menjabat tangan itu tapi terlebih dulu di tarik oleh anak laki-laki yang ternyata sedari tadi memperhatikan

"Jangan ngomong sama orang asing Lula" Tegur Zerga

Lula langsung mencebikkan mulutnya "Aku cuma mau kenalan sama Tante Raina Kak, emang apa salahnya?" Tanya Lula

Zerga mendelik pada adiknya itu "Kita nggak boleh sembarangan dekat sama orang asing, gimana kalau mereka punya niat buruk ke kita?" Raina yang mendengar hal itu hampir tersedak dengan air liurnya sendiri, apakah wajahnya seperti kriminal? fikirnya

"Tapi-" belum selesai bicara, lift terbuka kembali dan Zerga langsung menarik tangan Lula agar berjalan cepat sampai Lula hampir terhuyung

Raina yang melihat hal itu geleng-geleng kepala, ada-ada saja. Tapi walau begitu, Raina salut karena anak laki-laki itu terlihat sangat menjaga adiknya. Raina tersenyum kemudian berjalan ke arah basement untuk mengambil mobilnya

Malam itu Raina berkendara seorang diri di jalanan yang masih padat dengan kendaraan lain. Wanita itu mencari supermarket yang ada di dekat gedung apartemen, setelah menemukannya ia segera turun dan mencari bahan-bahan yang akan ia beli. Setelah mendapatkan semua yang ia cari, wanita itu kembali ke mobilnya

Entah kebetulan atau bagaimana, di tengah perjalanannya menuju Penthouse Raina kembali di pertemukan dengan dua orang anak tadi, tapi kondisinya mereka terlihat sedang berdiri di pinggir jalan sembari menuntun motor. Karena jalanan yang mulai sepi, Raina akhirnya menghampiri keduanya

Raina membuka jendela mobilnya "Motor kalian kenapa?"

"Tante Raina!"

"Lula!" Tegur Zerga saat Lula hendak mendekati Raina

Raina hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat anak laki-laki yang masih saja berburuk sangka padatnya. Pada akhirnya Raina turun dan menghampiri Lula "Kenapa malam-malam begini belum pulang? ini motornya kenapa?"

"Motor Kak Zerga mogok Tante" Jawab Lula

Raina memandang wajah anak laki-laki bernama Zerga itu "Kamu udah hubungin montir? atau Ayah kalian?"

Zerga menggeleng "Kita berdua nggak bawa handphone"

"Astaga, kalau begitu kalian ikut sata aja ya nanti biar saya yang hubungin bengkel sekitar sini" Lula mengangguk sedangkan Zerga menolak mentah-mentah tawaran Raina

"Nggak perlu"

Lula menatap kesal kakaknya itu "Kak! kakiku udah nggak sanggup jalan terus! kita ikut Tante Raina aja"

"Lula udah kakak bilang kan jangan mudah percaya sama orang asing"

Raina tersenyum "Kamu tenang aja, saya bukan orang jahat. Daripada kalian jalan yang nantinya bakalan lama dan bisa bikin Ayah kalian khawatir mending ikut saya aja"

Lula mengangguk "Tante Raina bener Kak, Ayah pasti khawatir kalo kita belum pulang-pulang juga"

Zerga tampak berfikir, ia sebenarnya juga khawatir dengan Lula yang tampak sudah lelah berjalan. Akhirnya ia setuju untuk menumpang dengan Raina dan mereka berdua naik ke mobil Raina. Zerga duduk di depan bersama Raina sedangkan Lula di bangku belakang

"Motor aman kan?" Ketus Zerga

Raina mengangguk "Aman, sebentar lagi montirnya dateng" Jawab Raina yang sudah menghubungi bengkel terdekat

"Tante Raina abis belanja ya?" Tanya Lula

Raina tersenyum "Iya, saya tadi beli yogurt juga. Lula mau?"

Lula tersenyum lebar "Yogurt?! Mau banget Tante" Tidak tahu saja kalau Lula ini adalah pecinta Yogurt nomor satu. Zerga yang melihat itu hanya merotasikan matanya

"Kamu ambil aja ada di kantong kresek warna putih" Ucap Raina, kebetulan semua barang belanjaannya ia taruh di samping tempat duduk yang Lula tempati

Raina kemudian melirik Zerga "Kalau kamu mau juga ambil aja, kebetulan saya beli banyak tadi" Namun Zerga menggeleng dan Raina tidak akan memaksanya. Wanita itu kembali memperhatikan Lula yang terlihat sangat bahagia di bangku belakang. Melihat Lula, Raina jadi teringat saat dirinya muda dulu. Raina juga penggemar yogurt, apalagi yogurt strawberry

Setelah sekitar lima belas menit mereka menempuh perjalanan, ketiganya berjalan berbarengan menuju lantai teratas dimana Penthouse mereka berada. Raina berjalan di depan sedangkan Lula dan Zerga ada di belakangnya, Lula bahkan ikut membantu Raina membawa barang belanjaannya, padahal Raina sudah melarang tapi gadis itu tetap kukuh ingin membantu

"Anak-anak!"

Ketiganya menoleh bersamaan setelah mendengar suara seseorang dan setelahnya muncul Marcel yang berjalan cepat menuju ketiganya "Ayah darimana?" Tanya Zerga

Marcel berkacak pinggang "Ayah yang harusnya tanya, kalian darimana? katanya cuma mau beli susu di minimarket, terus sekarang mana susunya?" Omelnya setengah khawatir

"Motorku mogok jadi nggak sampe ke minimarket" Jawab Zerga

"Mogok lagi? besok-besok jangan di pake lagi motornya, Ayah cariin yang baru" Ucap Marcel dengan santai, seperti membeli sebuah permen "Motornya sekarang dimana? kalian pulang naik apa?" Tanya Marcel

"Kita pulang bareng Tante Raina Yah dan Tante Raina juga udah hubungin bengkel buat ambil motor Kakak" Jawab Lula. Marcel langsung menoleh ke arah Raina yang sedang tersenyum kepadanya, laki-laki itu baru menyadari ada orang lain di sana

Melihat wajah Marcel yang bertanya-tanya, tanpa di minta Raina berusaha menjelaskan "Kebetulan saya juga dari luar dan nggak sengaja ketemu mereka di jalan jadi sekalian saya ajak pulang, apalagi ini udah malem"

Marcel mengangguk "Terimakasih banyak Raina, sekali lagi saya berhutang jasa ke kamu"

Raina tersenyum "Sama-sama, kalau begitu saya duluan" Marcel mengangguk dan membiarkan wanita itu berjalan di depan, tapi baru beberapa langkah Raina memutar tubuhnya kembali sembari menepuk jidatnya, semua pergerakannya tidak luput dari perhatian Marcel dan kedua anaknya

"Ah maaf Lula, Saya sampai lupa" Wanita itu hendak membawa barangnya sendiri, namun Lula tetap menolak

"Biar Lula bawain sampe atas Tante"

"Jangan, ini berat Lula"

"Tapi Lula kuat Tante"

"Nanti kamu kecapean, sini biar Tante aja yang bawa"

Melihat keduanya berebut ingin membawa barangnya, Marcel maju ke depan dan mengambil barang belanjaan tersebut dari tangan Lula. Lula dan Raina jelas bingung, tapi Marcel langsung menyahut "Biar saya yang bawa, kalian jalan aja dulu" Ucapnya

Setelah itu keempat orang itu bersama-sama menuju lantai atas menggunakan lift, jika orang lain melihat pasti mereka di kira suami dan istri. Di dalam lift, Raina dan Lula berada di depan sedangkan Marcel dan Zerga ada di belakang mereka

"Sekali lagi terimakasih Raina, kalau nggak ada kamu mungkin anak-anak bingung mau pulang pakai apa" Marcel memecah keheningan yang terjadi

Raina menoleh ke belakang "Bukan hal besar, kalau anda ada di posisi saya mungkin juga akan melakukan hal yang sama"

Marcel mengangguk "Sebagai balasan, kapan-kapan saya akan undang kamu dan keluargamu untuk makan malam di rumah"

"Nggak perlu, saya ikhlas membantu kalian"

"Sayangnya ini bukan pertanyaan, tapi perintah"

"Ah oke"

Dan di balik perdebatan itu, Zerga hanya memperhatikan dengan wajah datarnya. Sedangkan Lula, dia sangat bahagia melihat interaksi Ayahnya dengan Raina. Entah kenapa, Lula sangat menyukai Raina padahal mereka baru saja kenal. Menurut Lula, Raina akan sangat cocok jika di jadikan sebagai pendamping Marcel

________________________________________________

Haloo guys

Update lagi hari ini

Selamat membaca dan jangan lupa untuk vote dan komennya

See you next time

Love you sekebon 💕💕💕



(Kira-kira begini Penthouse tempat tinggal Raina dan Marcel- photo by pinterest)





Continue Reading

You'll Also Like

843K 31.7K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
616 74 14
Sereia celeste, gadis berusia 24 tahun yang tinggal di sebuah apartemen sendirian. Gadis cantik nan pintar unggulan jurusan hukum ini tentu menjadi...
44K 5.7K 41
Irene awalnya tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Korea akan mengubah banyak hal. Rencana pernikahan Jisoo dan mantan kekasihnya membuat Ire...
5.8M 281K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...