Sweet Friend (Xodiac SingZay)

By SugaJennie24

26K 2.8K 5.1K

Bercerita tentang salah seorang anak kembar bernama Won Zayyan yang sama sekali tidak mirip dengan kembaranny... More

Chap 1~ Teman Seberang Apartemen
Chap 2~ Zayyan Melamar Kerja
Chap 3 ~ Bossy
Chap 4 ~ My Sweet Friend
Chap 5 ~ Sing Beneran Berubah?
Chap 6 ~ Tugas Pertama Yang Mendebarkan
Chap 7 ~ Apa Yang Dilakukan Sing?
Chap 8 ~ Zayyan Panik Karena Leo
Chap 9 ~ Selamatkah Leo?
Chap 10 ~ The Hero
Chap 11 ~ Mulai Goyah
Chap 12 ~ Masih Bersaing
Chap 13 ~ Zayyan Ngambek Dan Kabur?
Chap 14 ~ Zayyan Kepergok Sing?
Chap 15~ Perkara Beliin Baju
Chap 16 ~ Hati Yang Berdebar
Chap 17 ~ You're My Pretty Boy
Chap 18 ~ Perkara Makan Siang
Chap 19~ Cemburu
Chap 20 ~ Emosi
Chap 21 ~ Membatalkan Taruhan?
Chap 22~ Kencan
Chap 24 ~ Leo Marah?
Chap 25 ~ Gara-Gara Gyumin
Chap 26 ~ Jangan Melampaui Batas
Chap 27 ~ Usaha Bona Memisahkan SingZay
Chap 28 ~ Terbongkarnya Rahasia
Chap 29 ~ Apakah Berakhir?
Chap 30 ~ Apa Yang Terjadi Pada Sing?
Chap 31 ~ Zayyan Mencari Sing
Chap 32 ~ Ungkapan Hati Leo
Chap 33 ~ Sing Di mana?
Chap 34 ~ Akhirnya Sing Ditemukan?
Chap 35 - Zayyan Bertemu Sing Kembali?
Chap 36 - Jadian Dan Balikan
Chap 37 - Kencan Terpaksa
Chap 38 - Repotnya Kalau Mendua
Chap 39 - Sing Kabur Dari Rumah Sakit?
Chap 40 - Haruskah Mengalah?
Chap 41 - Sehari Bersamamu
Chap 42 - Menginap
Chap 43 - Panggilan Interview
Chap 44 ~ Bertemu Sing?
Chap 45 ~ Menyusul Sing
Chap 46 ~ Melepas Rindu
Chap 47 ~ Zayyan Cemburu?
Chap 48 - Saling Percaya
Chap 49 ~ Cinta Yang Ditolak
Chap 50 ~ Keceplosan

Chap 23 ~ Pilihan Sing

454 52 116
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Zayyan menatap nanar kepada kedua orang itu. Namun Sing nampaknya belum menyadari jika Zayyan saat ini telah ke luar dari dalam toilet dan menyaksikan kejadian tersebut.

Dengan reflek rupanya Sing malah mendorong tubuh Bona yang tadi memeluknya sehingga menjauh darinya.

"Sing, kamu apa-apaan sih?" Pekik Bona tak terima dengan perlakuan Sing barusan.

"Kamulah yang apa-apaan, Bona, datang-datang main peluk aja!" Omel Sing.

Sementara Zayyan masih berdiri mematung menyaksikan perdebatan keduanya.

"Emang kenapa kalau aku meluk kamu? Nggak boleh, hah?!" Protes gadis bernama Kim Bona itu.

Sing menghela napas. "Bona, jaga jarak denganku, please!"

"Tapi Sing, aku sudah sangat rindu kamu. Aku udah cukup bersabar loh, kamu ngerti nggak sih?" Bona mengungkapkan rasa rindunya.

Sing hanya diam menatap Bona, ia tak tahu harus bersikap bagaimana pada gadis yang sudah lama hilang dari hati dan pikirannya itu.

"Ekhem! Maaf aku mengganggu kalian, tapi...apakah kalian sudah selesai bicara?" Zayyan tiba-tiba bersuara sambil berjalan menghampiri, yang tentu saja membuat Sing dan Bona terkejut.

Lalu dengan percaya dirinya, Zayyan pun berdiri di samping Sing dengan posisi tubuhnya yang menempel pada Sing. Zayyan sengaja melakukan itu, sebagai bentuk kepemilikannya terhadap Sing. Itu karena setahu Zayyan, Sing dan Bona memang sudah putus.

Tentu saja Bona tidak suka melihat hal itu, namun dirinya kembali teringat akan perjanjiannya dengan Sing beberapa waktu lalu. Sehingga ia pun terpaksa menahan hatinya untuk tidak marah.

Zayyan sedikit membungkuk pada Bona hanya demi menunjukkan sikap sopan santunnya sebagai sesama orang Korea.

"Zayyan kamu sudah selesai di toiletnya?" Sing bertanya sambil menatap lembut pada Zayyan, hal itu membuat hati Bona terasa sakit.

"Iya, Sing. Aku sudah selesai," jawab Zayyan.

"Ng...kalau begitu kamu tunggu aku di mobil saja ya, aku mau bicara empat mata dulu dengan Bona," ucap Sing.

Mendengar itu Zayyan pun langsung merengut imut, seperti tidak setuju.

"Ayolah, Zayyan. Aku cuma sebentar kok, nanti aku akan segera menyusulmu. Mau ya?!" Bujuk Sing sambil mengusap lembut pipi Zayyan di hadapan Bona.

Zayyan pun luluh, lalu mengangguk. Sing pun memberikan kunci mobilnya pada Zayyan, lalu kemudian Zayyan pun pergi ke area parkir mobil.

Setelah Zayyan pergi, Sing mengajak Bona ke tempat lain yang lebih nyaman untuk berbicara.

"Sing, aku kangen banget!" Lagi-lagi Bona memeluk Sing. Namun sayangnya Sing kembali mendorongnya agar menjauh.

"Sing!!" Pekik Bona kesal. "Kamu kenapa sih? Kok berubah banget sekarang dan semenjak kamu main taruhan sama kedua teman kamu itu, kamu jadi benar-benar menjauhiku. Kamu udah nggak pernah angkat telepon dariku dan semua pesanku pun tidak ada yang kau balas!" Bona mulai menumpahkan semua uneg-unegnya yang ia rasakan selama beberapa waktu belakangan ini.

"Maaf, itu karena aku sibuk. Aku banyak kerjaan di kantor," Sing beralasan.

"Banyak kerjaan di kantor atau lagi sibuk ngerjain taruhan buat dapatin Zayyan, huh?" Sindir Bona.

"Dua-duanya."

"Kalau begitu sekarang udah selesai belum main taruhannya?"

"Udah."

"O ya?" Tiba-tiba mata Bona berbinar dan wajahnya kembali ceria.

"Eum."

"Lalu siapa yang menang? Eh, tunggu-tunggu! Kalau aku lihat dari gesture tubuh kalian berdua tadi, kayaknya kamu yang menang ya?" Tebak Bona.

"Iya, aku yang menang."

"Wuaahh...sudah kuduga kau pasti akan menang, chagi! Wajah tampan dan keren sepertimu, mana mungkin kalah, iya kan?"

Sing hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Kalau begitu, hadiahnya mana? Aku kebagian, kan?"

"Maaf, Bona. Aku nggak ngambil hadiah uangnya."

"Loh kok gitu? Kan hadiah uangnya gede banget? Lumayan kan bisa buat kita jalan-jalan ke Eropa atau ke Amerika."

"Iya, tapi aku menolak hadiah itu karena...," Sing menghela napas sejenak.

"Karena apa?"

"Karena aku membatalkan taruhan itu."

"Loh kenapa dibatalin sih? Aneh banget!"

"Awalnya aku memang setuju ingin memainkan taruhan itu dengan Davin dan Wain. Tapi ditengah perjalanan...semuanya berubah."

"Apanya yang berubah, hah?" Entah mengapa tiba-tiba saja perasaan Bona menjadi tidak enak, dan seolah takut dengan jawaban Sing nanti.

"Perasaanku. Perasaanku terhadap Zayyan yang berubah."

"Apa maksudmu, Sing?"

"Aku jatuh cinta beneran sama Zayyan."

"APA KAMU BILANG?!" Mata Bona membelalak tak menyangka.

"Aku jatuh cinta sama Zayyan," Sing menegaskan lagi.

PLAAAKKK!!!

Tiba-tiba Bona menampar pipi Sing dengan keras.

"BRENGSEK KAMU SING!!" Umpat Bona dengan mata berkaca-kaca.

"Maafin aku, Bona. Ini semua diluar rencanaku. Perasaan itu muncul begitu saja, dan tumbuh menjadi semakin kuat," ucap Sing dengan rasa bersalah.

"Hiks...kamu tega, Sing! Aku bahkan rela untuk berpura-pura putus sama kamu waktu itu di depan Zayyan, demi membantumu agar bisa memenangkan hati Zayyan dan menang taruhan. Dan apa kau lupa, bahwa kau sudah berjanji padaku, jika aku membantumu, maka kau akan kembali lagi padaku setelah kau memenangkan taruhan itu. Tapi sekarang mana buktinya? Kamu malah seenaknya membatalkan taruhan dan juga jatuh cinta beneran pada Zayyan? Hiks...," Bona pun tak kuasa menahan air matanya lagi. Dirinya merasa telah dikhianati oleh Sing.

"Bona, aku tahu aku salah. Dan minta maaf pun sepertinya tidak berguna, karena aku sudah mengecewakanmu," Sing mengaku bersalah.

"Sing...kamu pasti sedang goyah, makanya kamu jadi kepincut si cupu miskin itu, iya kan?"

"Tolong jangan sebut dia seperti itu lagi! Dia kekasihku sekarang!" Sing marah dengan ucapan Bona mengenai Zayyan barusan.

"Heuh! Kenapa kau marah? Bukankah dulu kau juga membullynya, tapi kenapa sekarang kau malah jatuh cinta padanya? Sadarlah, Sing. Kau pasti hanya sedang goyah, akibat keasikan mengejar-ngejar Zayyan terus, makanya jadi jatuh cinta tapi sebenarnya kau itu tidak jatuh cinta sungguhan, karena cinta kamu itu ya cuma aku! Iya, kan Sing?"

"Enggak Bona, kamu salah! Aku nggak lagi goyah sama sekali. Aku beneran jatuh cinta sama Zayyan. Karena itu mulai sekarang...ayo kita putus," ucap Sing yang membuat Bona syok tak menyangka Sing akan mengucapkan kata itu juga padanya.

"Sing! Kamu serius??"

"Iya, aku serius. Aku ingin kita putus beneran dan bukan pura-pura lagi seperti saat itu di depan Zayyan."

"Hiks...hiks...Sing kamu keterlaluan!! Masa kamu tega mutusin aku hanya demi si cupu miskin itu?! Kamu jahat! Jahat! Jahat!" Bona memukul-mukul dada Sing.

"Sekali lagi maafin aku Bona, masalahnya aku udah nggak ada perasaan apa-apa lagi sama kamu. Maaf," Sing hanya bisa meminta maaf dan berkata jujur tentang perasaannya saat ini.

"Kuharap kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku. Hubungan kita sampai di sini ya, terimakasih atas semunya, Bona. Maaf, aku harus pergi sekarang, Zayyan sudah menungguku!" lanjut Sing lagi, lantas berlalu dari hadapan Bona.

"Siiingg!! Jangan pergii! Aku mohon jangan pergi! Aku nggak mau kita putus! Aku nggak mau!! Siiiingggg...!!" Bona berteriak frustasi dengan derai air mata di pipinya.

Namun Sing tak perduli, ia tetap melangkah meninggalkan Bona.

Bona yang patah hati kini mengepalkan kedua tangannya dengan penuh rasa benci.

"Ini semua gara-gara kau Zayyan, aku jadi kehilangan Sing. Lihat saja nanti, aku pasti akan membalasmu! Aku akan menghancurkan hubungan kalian!" Tekad Bona dalam hati.

***

Leo tiba di apartemen keluarga Won dan di sambut oleh Gyumin di depan pintu.

"Eh, Leo, ayo masuk!" Gyumin mempersilahkan Leo untuk masuk ke dalam.

"Ng...Zayyannya lagi apa?" Tanya Leo yang masih berdiri di muka pintu.

"Eh? Ng...Zayyan?"

"Iya, Zayyan. Lagi apa dia?"

"Sepertinya Leo nggak tahu, kalau Zayyan lagi pergi sama Sing. Duh gimana ini? Aku harus ngasih tahu apa nggak ya? Soalnya Leo kan selama ini dekat sama Zayyan, tapi kok anehnya dia enggak tahu ke mana Zayyan saat ini? Hmm...apa jangan-jangan mereka berdua lagi marahan ya, makanya Zayyan hari ini lebih milih pergi sama Sing," berbagai pikiran kini berkecamuk di kepala Gyumin.

"Ng...kamu sama Zayyan lagi baik-baik saja atau lagi marahan?" Tanya Gyumin kemudian.

Mendengar pertanyaan dari Gyumin, Leo malah jadi bingung. "Maksud kamu apa Gyumin? Kenapa kau bertanya seperti itu? Tentu saja aku dan Zayyan baik-baik saja. Kami tidak ada masalah kok."

"Masa?"

"Iya," jawab Leo sambil mengangguk yakin.

"Kalau gitu, kok kamu nggak tahu Zayyan lagi apa sekarang?" Tanya Gyumin lagi yang malah semakin membuat Leo semakin Bingung.

Leo mengernyitkan keningnya. "Gyumin, sebenarnya ada apa sih? Kamu mau ngomong apa? Ngomong aja langsung, nggak usah berbelit-belit," kesal Leo yang kini curiga jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Gyumin.

"Ng...enggak kok, aku cuma heran saja, kenapa kamu bisa nggak tahu kalau Zayyan sekarang lagi nggak ada di apartemen, secara kan kalian selama ini sangat dekat. Jadinya aku curiga kalau kalian berdua lagi marahan," akhirnya Gyumin keceplosan memberi tahu jika Zayyan sedang pergi, dan hal itu membuat Leo terkejut.

"Ha? Jadi Zayyan lagi nggak ada di apartemen? Bilang dong dari tadi, nggak usah mutar-mutar ngomongnya!" Kesal Leo lagi.

"Hehe...iya maaf, kan kirain kamu udah tahu kalau Zayyan lagi pergi sama Sing," lagi-lagi Gyumin keceplosan.

"Ha?? Zayyan pergi sama Sing Hyung??" Pekik Leo. Kali ini Leo benar-benar terkejut, karena tak biasanya Zayyan dan Sing pergi berduaan di hari libur. Selama ini jika ada waktu luang atau hari libur, Zayyan selalu pergi bersama Leo dan bukan dengan yang lain, apalagi dengan Sing.

"Iya, mereka pergi berdua."

"Ke mana?"

"Nggak tahu deh ke mana. Soalnya tadi mereka berdua nggak bilang. O ya, tadi mereka berdua pakai baju hoodie couple warna kuning loh," cerita Gyumin.

"Ha? Pakai hoodie couple segala??" Hati Leo jadi tak tenang.

"Iya."

"Kenapa mereka berdua pergi pakai hoodie couple segala?" Leo penasaran dengan hati cemas.

"Entahlah, mana kutahu!" Gyumin mengedikkan bahunya.

Leo menghela napas kasar.

"Ya udah deh, kalau gitu aku pergi dulu ya. Makasih atas informasinya," Leo berpamitan dengan wajah kecewa, karena tak jadi pergi dengan Zayyan hari ini.

"Iya, dadah!" Gyumin melambaikan tangannya, lantas menutup pintunya kembali.

Leo melangkah pergi dengan lesu dan tak bersemangat.

Sesampainya di bawah, Leo pun mencoba menghubungi nomor Zayyan.

***

Di kediaman keluarga Kim.

"Beomsoo-yaa, kau itu kan bukan vampir yang takut dengan cahaya matahari. Tapi kenapa ruanganmu ini gelap seperti gua. Kau tidak mengijinkan sinar mentari masuk ke dalam kamarmu? Kenapa? Lihatlah kulitmu itu jadi pucat seperti itu gara-gara kurang terkena sinar matahari?" Hyunsik mengoceh sambil membuka semua tirai jendela di dalam kamar Kim Beomsoo.

Beomsoo hanya tersenyum tipis menanggapinya, ia sama sekali tak protes saat Hyunsik membuka semua tirai dan bahkan kaca jendela kamarnya satu per satu, sehingga kini ruangannya pun terlihat terang akibat sinar mentari yang masuk ke dalam ruangan kamarnya.

"Nah, kalau gini kan enak. Kamarmu jadi terlihat terang, dan tidak semenyeramkan tadi," celoteh Hyunsik sambil mendudukkan dirinya di kursi samping tempat tidur Beomsoo.

Beomsoo kembali tersenyum, meski sambil menahan sakit.

"Hyunsik-ie, terimakasih sudah mau datang. Aku senang kau datang."

"Tentu saja aku mau datang, karena kita ini kan sahabat."

"Hunsik-ie, kau tahu tidak aku selama ini selalu merasa kesepian. Sangat kesepian. Kau lihat sendiri kan, di rumah ini aku hanya tinggal bersama dengan para pelayan. Sedangkan kedua orang tuaku, mereka malah sibuk berpergian ke luar negeri demi mengurus bisnisnya. Mereka sama sekali tidak perduli padaku," Beomsoo mulai curhat. "Karena itulah, aku sangat bersyukur kau mau datang dan menemuiku saat ini."

Hyunsik sebenarnya sudah lama tahu mengenai kedua orang tua Beomsoo yang sangat gila kerja, dan lebih mementingkan bisnisnya ketimbang putra semata wayangnya itu. Itu karena Beomsoo sudah sering menceritakan hal itu padanya, sejak mereka masih SD dulu.

Namun Hyunsik saat ini tak ingin membahas mengenai hal itu, karena hanya akan membuat Beomsoo menjadi sedih setiap kali teringat akan kedua orang tuanya. Karena itulah, Hyunsik lebih memilih untuk menyemangati Beomsoo.

"Beomsoo-yaaa...cepatlah sembuh dan beraktifitas kembali seperti dulu. Aku ingin pergi jalan-jalan denganmu lagi dan pergi makan tteokbokki denganmu," Hyunsik mengusap-usap sebelah tangan Beomsoo yang dekat dengannya.

Mendengar itu, mata Beomsoo malah berkaca-kaca.

"Aku juga ingin, Hyunsik-ie. Tapi keadaanku...tidak memungkinkan," air mata Beomsoo pun lolos membasahi pipinya.

Hyunsik pun segera mengulurkan tangannya ke pipi Beomsoo dan mengusap air matanya.

"Beomsoo-yaa, jangan sedih. Kau harus semangat dan percaya bahwa kau pasti akan sembuh."

"Tapi Dokter bilang penyakit jantung dan paru-paruku sudah sangat akut. Aku mungkin tidak akan bertahan lama."

"Beomsoo-yaa, jangan bicara seperti itu! Kau tidak boleh patah semangat. Aku akan selalu mendoakanmu agar kau lekas sembuh," Hyunsik pun ingin menangis, namun ia menahannya.

"Beomsoo-yaa, kau adalah sahabatku yang paling pengertian, kau juga selalu mau membantuku melakukan pekerjaanku tanpa gengsi sedikit pun meskipun kau berasal dari keluarga kaya. Dan dulu kau juga yang selalu membelaku di sekolah, saat Dohyun atau orang lain membullyku. Maka jika kau pergi, aku pasti akan sangat sedih dan kehilangan," tutur Hyunsik.

"Beomsoo-yaa, aku sangat menyayangimu. Jadi kumohon berusahalah untuk sembuh dan jangan menyerah. Jangan pernah tinggalkan aku," pinta Hyunsik dengan sangat.

Perkataan-perkataan Hyunsik membuat hati Beomsoo terharu dan membuatnya merasa berharga di mata Hyunsik.

***

Sing menemui Zayyan yang telah menunggunya di mobil. Dirinya pun merasa lega, karena akhirnya ia telah menentukan pilihan di antara Zayyan dan Bona.

Namun saat ia masuk dan duduk di kursi kemudi, wajah Zayyan terlihat cemberut. Zayyan bahkan membuang muka ke luar jendela, saat Sing menatapnya.

"Kenapa sih, kok cemberut gitu?" Tanya Sing dengan nada lembut.

"Heuh, enak ya pelukan sama mantan pacar!" Sindir Zayyan ketus.

Mendengar ucapan Zayyan barusan, Sing pun paham jika Zayyan kini sedang cemburu.

"Kamu cemburu, hm?"

"Pakai nanya!" Ketus Zayyan lagi.

Sing terkekeh, karena Zayyan terlihat menggemaskan saat sedang ngambek seperti ini.

"Iya deh, aku minta maaf. Aku nggak bakalan pelukan sama Bona lagi kok. Dan lagian tadi itu Bona yang meluk aku duluan, bukan aku yang mau," ucap Sing sambil menjelaskan.

"Cih! Bohong."

"Beneran, nggak bohong kok. Maafin aku ya, chagi," Sing masih berusaha merayu Zayyan, namun tiba-tiba ponsel Zayyan berdering.

Zayyan pun memeriksa ponselnya.

"Siapa yang nelepon?" Tanya Sing.

"Ouyin," jawab Zayyan. "Aku angkat dulu ya," tanpa menunggu jawaban dari Sing, ia pun langsung menerima panggilan tersebut.

"Ouyin-ah, ada apa?"

"Zayyan, kau dan Sing Hyung sedang pergi berdua ya?" Tanya Leo tanpa basa-basi dan suara Leo di ujung telepon terdengar seperti sedang emosi.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa Votmen.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Continue Reading

You'll Also Like

712 52 3
Apakah cerita yang di dalam novel sherlock Holmes ada kasus yang sengaja tidak tertulis ? Ada kah hal yang pembaca tidak boleh tau? Sebagian masyarak...
1.2K 82 1
Bromance! but romance... Sing β™‘ Zayyan [ Oneshot fanfiction ]
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
54.9K 5.4K 25
"Aku pernah terjatuh begitu dalam dan terluka begitu parah. Sebegitu bodohnya hingga terus terulang pada lubang hati yang sama, aku lupa rasa sakit y...