MARVELO ANDROMEDES

By alyaa_rakus

514K 39.4K 1.3K

jiwa seorang pemuda yang gila karena mental nya yang kian hancur dan melebur. melakukan apapun tetap membuat... More

Satu
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Dua
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Tiga
Enam belas
Delapan belas
Empat
Lima
Tujuh belas
Sembilan belas
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Dua puluh
21. Dua satu
22. Duapuluh dua
23. Duapuluh tiga
24. Duapuluh empat
25. Duapuluh lima
26. Duapuluh enam
27. Duapuluh Tujuh
28. Duapuluh delapan
29. Duapuluh sembilan
30. Tiga puluh
31. Tigapuluh satu
32. Tigapuluh dua
33. Tigapuluh tiga
34. Tigapuluh empat
35. Tigapuluh lima
36. Tigapuluh enam
37. Tigapuluh tujuh
38. Tigapuluh delapan
39. Tigapuluh sembilan
40. Empat puluh
41. Empatpuluh satu
42. Empatpuluh dua
43. Empatpuluh tiga
45. Empat lima
46. Empat enam
47. Empat tujuh
48. Empat delapan
49. Empat sembilan
50. Lima puluh
Extra part. 1

44. Empatpuluh empat

3.7K 377 15
By alyaa_rakus

"Cara pakek nya gimana?"

"Berat nya berapa kilo?"

"Kenapa ukurannya besar, panjang lagi,"

Marvel memegang mantap senapan laras panjang kesayangan Wilder, hari ini bungsunya James meminta sebuah permintaan kepada kakak sepupunya itu untuk merasakan bagaimana menembak menggunakan senapan laras kesayangan pemuda itu. Dan berakhir dengan berat hati putra tunggal Jacob itu hanya menyetujui saja. Karena memang dirinya langsung yang turun untuk mengawasi setan kecil itu. Sang tuan anak tak lain adalah James juga ikut mengawasi anak nya namun pria itu hanya duduk di teras belakang Mansion sembari menyesap cocktail nya, itung itung bersantai sembari menikmati suasana pagi menjelang siang.

"Luruskan pandangan mu ke arah objek yang akan kau tembak," Wilder mengarahkan arah badan si bungsu tepat ke arah hutan rimbun di belakang Mansion. Anak itu mengangguk tangan nya juga mulai menggenggam mantap badan laras panjang itu.

"Tarik pelatuk nya perlahan dengan pandangan terus bergerak berfokus pada titik yang akan kau tembak. Ingat fokus," Marvel tak menyahut anak itu mulai fokus pada titik objek yang akan ia tembak, tak muluk muluk. Objek nya hanya sebuah pohon besar tepat di hutan. Matanya menyipit guna melihat apakah arah senapan nya sudah benar dan pas.

Dorr...

Tembakan satu peluru tepat sasaran mengenal sebuah dahan pohon itu hingga dahan itu terjatuh ke tanah. Nampaknya juga anak itu masih belum usai bermain dengan benda kesayangan kakaknya itu. Anak itu kembali mencoba menembak ke arah lain, Wilder sendiri hanya diam memperhatikan.

Dorr...

"Arghhh..." Pendengaran tajam Wilder menangkap suara yang begitu kecil dan teredam tepat saat Marvel melepaskan peluru keduanya. Wilder segera merampas senapan nya di tangan Marvel, tak mengucapkan apa apa pemuda itu langsung berlari ke arah tempat di mana dia menembak tadi. Marvel terkesiap karena tingkah tiba-tiba Wilder, anak itu menatap penasaran punggung tegap Wilder yang mulai menjauh dari nya.

Suara grusuh di hutan itu membuat Marvel tak tenang, sebenarnya ada apa dengan kakaknya itu, langkah nya ia bawa mendekati hutan itu namun badannya lebih dulu di angkat seseorang. "Daddy turun, aku mau liat kakak." Berusaha menjauhkan tangan besar James yang menutup mata nya.

"Diam! Sekarang waktunya istirahat," James berkata sedikit membentak membuat Marvel terdiam, berusaha mencari celah untuk mengintip apa yang Wilder lakukan di semak semak rumput yang tingginya sebatas pinggang orang dewasa itu.

"Daddy apa aku tadi salah tembak?" pertanyaannya tidak James jawab sama sekali, pada akhirnya Marvel hanya memilih bungkam menaruh kepala nya di bahu lebar James. Helaan nafas berat ia keluarkan tanda jika dirinya belum puas karena pertanyaannya tak dijawab sang Daddy sama sekali.

"Tidur," Marvel menggeleng kuat mendengar titahan James. Anak itu tidak ingin tidur semarang, ia masih penasaran dengan Wilder. Mencoba bangkit dari atas kasur namun lengan James kembali menahan badan nya lalu dengan paksa pria itu membaringkan badan si bungsu.

"Tidak Dad! Aku ingin melihat kakak~" Rengeknya, Anak itu memberontak berusaha menyingkirkan lengan James. Marvel sangat geram dengan Daddy nya itu, anak itu membelakangi James berusaha memberikan jarak antara dirinya dan sang Ayah. Namun James dengan santai menarik pinggang ramping sang anak hingga pria itu kembali mendekap erat badan si bungsu.

"Berhenti menangis dan tidur," James menyembunyikan wajah anak nya di dada nya, hingga dadanya semakin terasa basah karena sang empunya menangis. James membuka matanya saat di rasa isakan kecil itu tidak terdengar lagi. Pria itu mengganti posisi nya menjadi duduk, di usapnya lembut peluh keringat sang anak.

"Tidur saja susah," James berujar pelan. Pria itu membelai lembut wajah memerah sang anak. Ciri-ciri anak itu jika habis menangis, James mengecup lama gumpalan pipi berisi itu.

"Eughh.. Hiks, ikut. Aku ikut gak mau.. Di tinggal lagi.." Marvel terisak kecil dalam tidur nya. Anak itu terus meracau tak jelas hingga terpaksa membuat James kembali memposisikan dirinya berbaring. Di angkatnya badan sang anak ke atas dada nya tangannya tergerak membuka dua kancing baju Marvel mungkin saja anak nya itu merasa panas makanya rewel.

"Tenanglah nak, tidak ada yang akan meninggalkanmu." Wajah manis dengan mata terpejam itu mengkerut dalam hingga akhirnya sang anak mendusel manja di dada bidangnya.

"Mencoba menyusup heh?" Wilder menyeringai setan. Tangan besar nya menarik kuat rambut seorang pria asing yang bersembunyi di hutan belakang Mansion, kaki kanan pria itu tampak terkena tembakan karena peluru tak sengaja yang si bungsu luncurkan dan mengenai pria asing itu. Ringisan terus terdengar saat Wilder dengan santai menginjak kuat dada pria itu hingga terbatuk darah.

"Kau tau? Aku sangat membenci penyusup, tapi tenang saja, kau tidak akan mati sebelum kau membuka mulut."

****

Bruk!!

"A-aston, anggota d-dari BlackDevil--"

Dorr...

Belum sempat penyusup itu menyelesaikan ucapan nya namun James dengan santai menembak kepala pria itu hingga hancur, darah berceceran di mana mana namun orang orang berwajah datar di ruangan itu sedikitpun tak menunjukkan keterkejutan yang berarti. Tanpa di suruh tiba orang anggota DiamondGolden langsung menyeret mayat itu ke luar dari ruangan itu. Keheningan melanda dengan aura mencekam teramat menekan di sama. Aura gelap dan suram memenuhi ruangan tertutup itu. Setelah Wilder berhasil menyeret penyusup itu ke dalam Mansion, saat itu juga semua anggota keluarga Andromedes berkumpul untuk merundingkan perihal aliansi musuh yang kian merajalela.

"Mereka hampir saja mendekati bungsuku," Levant Berdehem singkat merasakan tekuk leher nya merinding saat suara berat James mengudara. Suasana yang memang di antara mereka selalu suram dan menekan kini bertambah mencekam berkali-kali lipat, apalagi saat ini aura gelap James tampak begitu terasa.

"Hanya bagian selatan yang belum terasir sepenuhnya. Dan malah dengan begitu licinnya kelompok BlackDevil berani beraninya masuk ke kawasan ini," ujar Jacob mengepalkan tangannya kuat.

"Anggota ku sudah menyebar ke bagian itu, beberapa mata mata ku juga sudah ku sebar ke markas musuh, bukan hanya satu tempat yang ku awasi namun juga beberapa kelompok mafia lainnya yang ada kaitannya dengan musuh kita juga aku awasi," Gilbert berujar serius. Jari tangannya tampak memperbesar bagian titik merah yang ada di hologram tepat di hadapan nya.

Bukan hanya anggota keluarga Andromedes yang berada di ruangan kedap suara dan sangat tertutup itu, namun juga ada beberapa orang asing yang ada di sana, mereka juga ikut andil dalam perundingan kali ini. Mengingat aliansi musuh bisnis dan musuh dari berbagai masalah kian meluas, mereka memang belum menyerang secara terang terangan namun tetap saja mereka semua harus waspada mengingat layaknya air tenang yang bisa saja menenggelamkan seseorang yang berada di tengah-tengah nya. Malam semakin larut namun mereka semua terus berusaha memecah masalah ini dan menyelidiki siapa tokoh utama yang berani mengirim penyusup ke kediaman James.

"BlackDevil, Rezone. Dua kubu yang kini bersatu untuk memberikan sebuah peringatan pada kawasan kita saat ini tuan besar," Either-- tangan kanan Tuan Lee sekaligus wakil ketua dari kelompok Mafia Andromedes itu angkat suara. Pria yang memang di tugas kan memimpin kelompok Mafia Andromedes yang berada di Spanyol itu kini turut hadir dalam perundingan kali ini. Pria berbola mata hijau itu juga menaruh beberapa berkas di atas meja sembari membungkukkan setengah badan nya di hadapan tuan Lee dan seluruh keturunan pria tua itu.

Someone is coming.

Suara dari speaker yang berada di beberapa sudut ruangan terdengar menandakan jika ada orang dari luar akan masuk. Hingga kaca yang blur dari luar itu memperlihatkan sosok si kesayangan yang berdiri di depan pintu ruangan tertutup yang mereka injak saat ini.

"Buka pintu nya," James membuka suara nya setelah tadi menetralkan aura gelap nya. Pintu terbuka secara otomatis. Berdehem singkat saat pintu itu terbuka hingga yang terlihat lebih dulu adalah dua pasang sandal rumahan.

Marvel menatap canggung ke arah dalam ruangan, ia kira hanya ada keluarganya saja di sana namun ternyata ada beberapa orang asing yang juga berada di satu ruangan dengan keluarga nya. Matanya menelisik sekitar mencari wajah familiar yang akan ia dekati, ice blue itu menyosong sayup ke arah Jacob yang duduk tepat di ujung sebelah kanan Tuan Lee. Sedikit membungkukkan badan nya sembari berjalan ke arah Jacob. Anak itu merentangkan tangannya ke hadapan Jacob.

"Anak ku sudah besar ternyata," Jacob mengecup pipi putih tembam sang keponakan. Tangan besarnya mengusap punggung si bungsu membuat anak itu merebahkan dirinya nyaman di dada bidang sang Papi. Netra nya bergulir menatap ke depan di mana James duduk, anak itu bertambah menempel di dada bidang Jacob sembari memainkan jari jemari sang Papi.

"Papi jalan jalan yuk!?" Hanya itu yang terlintas di benak si bungsu. Karena memang tujuan nya datang ke sini hanya untuk bermanja dengan para saudara dari Daddy nya itu.

Suasana seketika hening saat itu juga, suara yang Marvel hasilkan begitu terdengar jelas di ruangan senyap itu namun mereka kembali sibuk dengan urusan masing-masing, tanpa berbicara sedikitpun begitu juga James yang sedari tadi menyibukkan dirinya dengan laptop di pangkuan nya. Hal itu juga membuat Marvel sedikit kesal karena sang Daddy tidak memperdulikan kehadirannya saat ini.

"Kapan, aku juga ikut," Itu suara Gilbert lalu disusul Zelixon yang juga ikut bersuara. Jika kedua kakaknya ikut maka ia juga akan ikut apalagi ada kesayangannya.

Marvel mengangguk antusias, dirinya turun dari pangkuan Jacob kemudian beralih ke arah Tuan Lee yang masih duduk santai melihat apa tingkah bungsunya James selanjutnya. "Kakek aku mau jalan-jalan dulu boleh kan?" Anak itu menaruh dagu nya di paha Tuan Lee dengan bola mata bulat yang mengerjap menatap wajah tampan dengan sedikit keriput itu.

"Tentu saja boleh, pergilah." Tuan Lee memberikan kecupan di dahi anak itu. Dengan senyum lebar nya anak itu menatap mereka semua membuat Para bujang Andromedes mendelik marah karena dengan beraninya mereka semua menatap senyum indah adik bungsu mereka itu.

"Turunkan pandangan kalian! Itu aset milikku!" Sentak mereka semua bersamaan membuat Jacob terkikik geli sendiri melihat tingkah mereka. Apalagi dengan patuhnya mereka menundukkan kepala mereka dengan wajah merah mereka, hey ingatkan jika tuan kecil mereka itu sungguh ramah sekali memberikan senyum cantik dan manis pada mereka.

Gilbert segera menggendong sang keponakan dan membawanya keluar dari sana. "Jangan seperti itu lagi, kau itu cuma milik kami." 

****

Mall, menjadi tempat singgah pertama Marvel dan para ayah nya, ah. Jangan lupakan sepupu Kembarnya dan Alpha yang juga ikut. Sekalian ketiga mahasiswa itu juga refreshing dari tugas tugas kuliah yang menumpuk dan lagi beberapa masalah tentang dunia gelap mereka memenuhi otak jenius mereka itu. Ketujuhnya turun dari Lexus NX hitam yang tadi di kendarai. Alpha sudah lebih dulu mengajak sang adik untuk lebih memasuki gedung kaca itu.

Tempat di mana puluhan barang barang branded berada mulai dari baju, tas, dan sepatu. Alpha sendiri dengan sabar tingkah kota menemani si bungsu berkeliling di tempat penjualan barang barang branded itu. Hingga jatuh pada setelah couple yaitu sebuah hoodie berwarna soft blue terpajang di sana.

"Kakak beli yang ini yah, jadi kita bisa couple!" Alpha mengangguk semangat mendengar jika sang adik ingin couple bersama nya. Anak itu kembali melangkah riang memutari toko itu dengan seorang pegawai wanita yang mengikuti langkah mereka sembari memegang paperbag milik kedua kakak beradik itu.

Sedang di toko sebelah ketiga bersaudara Jacob dan kembar L kini tengah sibuk memiliki beberapa perhiasan di toko perhiasan, beberapa kalung perak dan emas dan juga beberapa cincin dan gelang kini menjadi pilihan mereka.

"Beli semua saja, nanti jika ada yang tak terpakai bisa kita kasih ke para maid," Levant akhirnya membuka suaranya setelah hampir setengah jam mereka diam sibuk memiliki di mana antara perhiasan itu yang di sukai si bungsu. Bukan karena mereka terlalu irit namun karena apa yang bungsu mereka suka maka mereka rela memberikan nya.

"Bungkus semua ini," Jacob akhirnya bersuara menyetujui ucapan keponakan kembarnya. Tak ada salahnya jika ada yang tak terpakai, karena banyak yang menampung itu semua. Sang pemilik toko mengangguk di bantu oleh para pegawai nya.

Mereka keluar dari toko tersebut menuju restoran yang ada di dalam mall, hingga senyum tipis terbit di wajah mereka melihat Alpha dan Marvel yang kini melambai ke arah mereka, tidak. Hanya Marvel saja yang melambai sedangkan Alpha kini mendekap erat badan si bungsu dari belakang. Ia tak rela jika adiknya diambil oleh para manusia menyebalkan itu.

Beberapa pesanan makanan tiba, yang paling banyak memesan makanan adalah si bungsu, hingga meja besar di depan mereka kini hampir di penuhi bermacam-macam ice cream, Alpha sendiri nampak nya terlihat menyukai ice cream, karena sedari dekat dengan sang adik pemuda itu jadi nya juga ikut menyukai apapun yang si bungsu sukai. Walaupun pemuda itu masih sering diam diam tanpa sepengetahuan orang. Dia mengemil ice cream ketika sedang gabut.

"Pulang nanti langsung istirahat," Zelixon membuka suaranya saat melihat wajah lelah Marvel. Anak itu mengangguk singkat saja menyembunyikan wajahnya di perut berotot Zelixon. Tangan kanan pria itu juga terulur mengelus surai Alpha yang kini juga ikut terlelap dengan paha Levian sebagai bantalan kepala pemuda itu.

****

"Kak," James yang berkutat dengan laptop itu kontan menoleh saat sebuah panggilan tertuju pada nya. Terlihat presensi Zelixon yang berdiri di hadapan nya dengan Marvel yang berada di gendongan pria itu.

"Darimana?"

"Mall, timezone lalu pulang," Zelixon meletakkan Marvel di pangkuan James. Bungsunya Tuan Lee itu berbaring di sofa sebelah James, hingga usapan lembut di kepala nya bisa ia rasakan, netra legam nya menatap sayup Gilbert yang tengah mengelus rambut nya. Hingga pria itu memilih berbaring miring menduselkan wajahnya di perut berotot Jacob yang duduk di dekatnya.

"Tidur di kamar Zelix! Kamarmu bukan pajangan," James berujar dengan sedikit sarkas, memang udara di ruang tengah terasa sejuk di pagi hari ini.

"Apa masalah mu, kakak elus lagi rambut ku." Gilbert kembali mengelus surai adik bungsu mereka. James berdecih pelan pria itu memilih mengeratkan pelukan nya pada si bungsu. Rasa lelah nya hilang saat di suguhkan bungsunya ini apalagi anak itu tampak masih tertidur di dekapan nya.

Hening menyapa, ketiganya sibuk dengan kegiatan masing-masing, James yang memilih mengeloni bungsunya, Jacob yang sibuk dengan tablet di tangannya lalu Gilbert yang sibuk pada laptopnya sedangkan Zelixon sibuk pada keheningan suasana.

"Bagaimana dengan masalah aliansi musuh? sudah ada dua penyusup yang mendekati Marvel. Aku tak ingin jika Marvel terancam gara-gara aliansi bedebah itu," Zelixon mengubah posisinya menjadi duduk tegap. Pria itu mematik nikotin lalu mengisap benda yang baru baru ini di tersemat di jemari nya.

Pria itu memejamkan matanya sembari memijat pelipisnya, hidup di lingkaran dunia bawah dan bisnis gelap membuat para musuh yang iri dan berpotensi sebagai pengkhianat kini berusaha keras untuk menjatuhkan mereka hal apapun itu mereka akan melakukannya demi menghancurkan seseorang yang mereka anggap musuh walau nyatanya banyak dari beberapa aliansi musuh itu adalah musuh dalam selimut.

"Melawan mereka hanyalah sebatas melawan debu tak berguna, mungkin sedikit mengadu dombai mereka dan membuat sebuah klarifikasi yang mengancam mungkin akan membuat mereka semua tunduk. Uang memang tidak bisa membeli kasih sayang, namun uang adalah sumber dari semuanya. Pengkhianatan, kejayaan dan mengelabuhi pada orang orang bodoh yang tamak," ujar James sembari memutar ponsel nya, sangat tenang namun ponsel berlogo apel gigit itu tidak menyentuh lantai sedikitpun.

Seringai setan muncul di bibir tiga bersaudara itu. James memang yang paling tenang jika soal balas membalas. Pria itu tentu tak akan tinggal diam saat titik tanda bahaya mulai terlihat di dekat bungsu nya. Ingatkan jika James itu iblis berwujud manusia. Pria yang begitu tenang layaknya air itu selalu saja bisa menenggelamkan musuh nya hanya dengan jentikan jari nya.

"Dad, jika bisa bernegosiasi. Aku menginginkan para pengkhianatan yang menjadi tawanan mu itu untuk aku bedah, saat ini aku sedang berbaik hati untuk menjadi dokter bedah." Imanuel yang entah datang dari mana kini berujar sembari menatap datar ke arah James sembari menyarungkan sarung tangan putih di tangan nya.

"Kau banyak pesanan boy?" tanya Jacob terkekeh pelan dengan ucapan santai Imanuel.

"Iya, banyak pesanan yang menanti organ tubuh dari bisnis ku," Sahut nya santai. Di sebelah pria itu juga ada Trex yang berdiri tegap sembari membawa sebuah koper kecil berisi alat alat bedah milik Imanuel.

"Terserah, tapi jika adik mu mencari kau harus cepat menemuinya,"

"Dan aku meminjam Levant sebagai asisten ku hari ini," Imanuel melangkah menjauh dari sana dengan menarik kerah belakang Levant, kebetulan sekali pemuda itu baru saja memasuki Mansion.

"Hey kak! Aku ingin bertemu Marvel!" Protes Levant saat mereka menjauh dari pintu utama Mansion.

"Kau mau uang bukan?" Levant yang akan kembali protes seketika tersenyum lebar hingga pemuda itu langsung masuk ke dalam mobil.

"Kalau itu aku masih bisa mentolerir nya,"

*****

₮฿₵

Hay guys!

Gimana suka gak.

Segini dulu, see you next time

Continue Reading

You'll Also Like

262K 27.8K 17
Ace, seorang pemuda malas dan hobi menulis novel. Harus menerima sebuah fakta bahwa ia bertransmigrasi menjadi salah satu karakter antagonis yang per...
111K 7.6K 14
• • • • 𝐒𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐥𝐚𝐤𝐢 𝐥𝐚𝐤𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐀𝐫𝐤𝐚𝐧𝐚 𝐀𝐫𝐯𝐢𝐚𝐧𝐨 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐢𝐟𝐚𝐭 𝐩𝐨𝐥𝐨𝐬, 𝐛𝐞𝐫�...
58.3K 5.6K 20
[ Brothership, Bromance, Fantasy ] Arkeno hanya ingin dirinya di butuhkan oleh orang lain, di terima, di perhatikan. Namun, mengapa nasib naas mengha...
127K 10.6K 18
Masuk di dunia novel yang ia baca karena kecelakaan dan berakhir mati ditempat, membuat andre harus memperbaiki hubungan Lio dan Keenan menjadi dekat...