Toxic

pinkkanaurelly

150K 10.1K 1.5K

Privat story (follow wattpad author terlebih dahulu) "I never let you go ..." Еще

Toxic 1
Toxic 2
Toxic 3
Toxic 4
Toxic 5
Toxic 6
Toxic 7
Toxic 8
Toxic 9
Toxic 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 15
Bagian 16

Bagian 14

2.6K 195 37
pinkkanaurelly

Halooo siapa nih yang penasaran sama kelanjutan cerita Toxic😜😜😜
Jangan lupa untuk vote dan komennya ya supaya pink semangat nulisnya🤧🤧

Gak perlu basa-basi dehh langsung ke story aja

Happy Reading guys🤩

—Setelah berjam-jam mengelilingi mall, Altair dan Clarissa memutuskan untuk duduk di parkiran. Mereka berdua tidak bisa pulang karena hujan tengah turun dengan deras membasahi apa saja yang berada di bawahnya.

Clarissa berdiri memandangi rintik hujan. Sepasang tangannya bergerak memeluk tubuhnya sendiri, sedangkan Altair kini sudah damai dengan hoodie merah maroon miliknya.

Ia berdiri di samping Clarissa tanpa melirik sedikit pun ke arah perempuan itu. Clarissa menggosokkan kedua tangannya bersamaan dengan tiupan ringan dari bibirnya. Clarissa akui di luar cukup dingin dan ia sekarang merasa kedinginan.

"Kapan hujannya berhenti ya, Kak?" Clarissa melirik Altair sekilas lalu melanjutkan kegiatannya untuk menghangatkan diri.

"Mana gue tau," jawab Altair singkat, padat dan jelas.

Altair melihat ke arah Clarissa untuk beberapa detik. Pandangan Altair datar dan tidak berekspresi. Definisi hati batu benar-benar melekat pada sosok Altair.

"Alay lo! Hujan kecil gini aja langsung pura-pura kedinginan," sindir Altair melihat Clarissa memeluk dirinya sendiri.

Mendengar ucapan Altair yang menusuk, bibir Clarissa membentuk sebuah lengkungan ke bawah. Bukan karena Altair tidak peduli kepadanya tetapi ia sedih karena hujatan Altair yang tidak kunjung habis untuk dirinya.

"Ishhh Cla serius Kakak bukan lagi pura-pura," elak Clarissa.

"Hidup lo kalau gak caper ya ganjen. Sana-sini cari panggung,"

"Kalau Kakak gak percaya, nih pegang tangan Cla. Pasti dingin kayak esss."

Clarissa menyodorkan tangannya kepada Altair. Tetapi dengan kasar Altair menghempas tangan tersebut tanpa perasaan.

"Gatel banget sih jadi cewek!" gusar Altair menujukkan raut kesalnya.

Clarissa meringis memegang tangannya. "Ishhh, sakit tau Kak."

"Jangan deket-deket gue bisa?" peringat Altair dengan wajahnya yang tak bersahabat.

"Gak bisa! Karena Cla suka harum Kakak, sikap dingin Kakak, sikap posesif Kakak, suka apapun yang ada sama Kakak!"

Dengan sekali gerakan Clarissa menghamburkan peluknnya pada Altair. Tidak peduli dengan penolakan yang ia terima, Clarissa sudah terbiasa. Clarissa menghirup rakus aroma wood yang menguar dari tubuh Altair.

"Apaan sih lo! Lepasin gak?!"

Altair bergerak tidak nyaman. Tangannya berusaha melepaskan lilitan tangan Clarissa di perutnya. Tenaga Altair yang jauh lebih besar dibandingkan Clarissa membuat cewek itu terjungkal dan berakhir terduduk di tanah.

Clarissa memegangi bokongnya yang mencium tanah dengan keras. Bibirnya mengaduh merasakan bokongnya yang terasa mati rasa. Sedangkan sang pelaku hanya melirik tanpa berniat membantu.

"Aduhh ..., kenapa pake acara dorong Cla sih, Kak? Sakit tauu," ringis Clarissa.

"Suruh siapa pegang-pegang gue!"

Bibir Clarissa mengerucut. Sedetik kemudian ia mengulurkan tangan sebagai kode meminta bantuan kepada Altair. Tetapi cowok itu hanya diam tanpa ada aksi selanjutnya.

"Kakak  ..., bantuin Cla dongg," pinta Clarissa.

"Gak usah manja! Lo gak cacat, kan?" cemooh Altair.

"Tapi kaki Cla sakit kayak gak bisa digerakin gitu," sahut Clarissa sedikit meringis.

Sudut bibir Altair tertarik membentuk sebuah senyuman jahat. "Bagus dong, biar gak usah pulang sekalian." kata Altair pedas.

"Kenapa sih Kakak tega banget sama Cla? Cla ada salah apa sama Kakak?" tanya Clarissa sedikit kesal.

"Banyak, sampe gue bingung ngitungnya!"

Clarissa tidak membalas celaan Altair lagi. Bibirnya bungkam, wajahnya tertunduk dengan raut muka yang memerah menahan tangis. Tangannya sibuk memegang kakinya yang mungkin saja terkilir.

Clarissa dapat merasakan betapa sakit kakinya itu. Tetapi melihat respon Altair yang terkesan memojokkannya membuat Clarissa mengurungkan niatnya untuk mengeluh lebih jauh. Lebih baik Clarissa diam.

"Kerjaan lo kalau gak buat ulah ya nangis," cibir Altair.

Sepertinya semua yang Clarissa lakukan akan selalu salah di mata Altair. Clarissa melakukan ini dibilang buruk, Clarissa melakukan ini dibilang gatel, Clarissa melakukan ini dibilang manja.

Bisa dibilang kehadiran Clarissa di hidup Altair itu salah.

"Maaf, Kak ...," lirih Clarissa.

"Bangun, gak usah manja," titah Altair bossy.

Clarissa menggeleng. "Gak bisa Kak, kaki Cla sakit banget. Buat digerakin aja susah."

"Hitungan ketiga kalau lo gak bangun juga gue tinggal!" tukas Altair berlalu menuju motor besarnya.

"Tapi Kak—"

"1!" Altair mulai menghitung tanpa menghiraukan raut kesakitan Clarissa.

Gadis itu mulai berusaha untuk bangkit walau rasanya sulit. Bahkan mendekati kata tidak mungkin.

"2!"

"Se-sebentar, Kak ....," ucap Clarissa bergetar menahan sakit.

Altair sudah menghidupkan mesin motornya, bersiap untuk meninggalkan kawasan parkiran tersebut. Sedangkan Clarissa masih setia duduk di sana dengan kakinya yang mulai tampak membiru.

"Ahhh, lama lo!"

Dengan cepat Altair turun dari motornya lalu menggendong Clarissa dan langsung mendudukkannya di motor hitamnya. Ia melepas hoodie miliknya kemudian memasangkannya pada Clarissa. Clarissa terkejut mendapat perlakuan yang tiba-tiba itu

Altair itu cowok yang penuh dengan teka-teki. Semua yang ada pada dirinya sulit ditebak dan dimengerti oleh Clarissa.

Jika saja ada kamus dengan judul 'Seni memahami Altair' sudah pasti Clarissa akan menjadi pembeli yang pertama.

"Makasi Kak Atar," ungkap Clarissa lembut.

"Lain kali diet, gue udah kayak gendong gajah!" hardik Altair tanpa perasaan.

Baru saja Clarissa ingin memuji Altair, cowok itu sudah menunjukkan sisi buruknya lagi. Seperti bibir Altair akan gatal jika tidak menghujat Clarissa untuk satu hari saja. Kata-kata pedas Altair seolah dirancang khusus untuk Clarissa.

"Maaf kalau Cla ngerepotin Kak Atar terus," sesal Clarissa tertunduk.

"Bukan kalau lagi, lo itu memang ngerepotin gue tiap hari!" sergah Altair.

"Maaf ...,"

Altair tidak membalas permintaan maaf Clarissa. Cowok itu tengah berfokus mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Menghiraukan cengkraman Clarissa yang semakin erat pada pinggangnya.

Altair tau Clarissa takut tetapi ia memilih untuk tidak peduli. Toh, cewek itu tidak protes kepadanya.

Sementara selama perjalanan Clarissa menutup matanya. Tangannya mencengkram kuat kaos hitam polos milik Altair. Di dalam hati Clarissa meramalkan doa-doa agar bisa selamat sampai tujuan.

Walaupun hujan sudah berhenti tetapi tetap saja jalanan masih licin karena basah oleh air. Tetapi seperti Altair tidak menggubrisnya, lelaki itu terus menambah kecepatan motor besarnya.

"Cla takut Kak ....," cicit Clarissa tetapi masih bisa didengar oleh Altair.

"Diem!"

Benar, lebih baik Clarissa diam daripada harus berdebat lagi dengan Altair.

Di tengah aksi kebut-kebutannya, ponsel Altair berdering. Cowok itu berdecak dan segera menepikan motornya. Ia merogoh saku celana abu-abunya dan melihat sebuah panggilan masuk di sana. Tanpa ragu Altair mengangkatnya.

"...."

"Kamu di mana?"

"...."

"Tunggu aku. Aku ke sana sekarang, oke?"

"..."

"Kamu tenang dulu, tolong jangan nangis ....,"

Percakapan itu tidak lepas dari pendengaran Clarissa. Cewek itu bertanya-tanya dalam hati, siapa kah yang berhasil membuat Altair se-khawatir itu? Bahkan dengan Clarissa, Altair tidak pernah sekali pun menunjukkan raut ibanya.

"Aku-kamu?"

Itu adalah kosa kata impian Clarissa bersama dengan Altair. Nada Altair begitu lembut dan terdengar sangat khawatir. Jauh berbeda saat dengan dirinya.

"Turun!"

"Apa Kak?"

"Turun di sini,"

Clarissa meneguk salivanya ketika melihat keadaan sekitar yang mulai gelap. "Tapi kenapa Kak? Kakak mau tinggalin Cla?"

"Lo tunggu di sini nanti gue jemput," perintah Altair. Clarissa menggelengkan kepala.

"Nggak mau Kak. Cla takut di sini gelap ...," tolak Clarissa.

"Cepet turun, gue lagi buru-buru!" usir Altair terlihat tidak sabaran.

"Tapi Kak—"

"GUE BILANG TURUN, YA TURUN ANJING!!!" bentak Altair membuat Clarissa tersentak.

Clarissa bungkam. Ia terdiam seribu bahasa. Matanya berkaca-kaca dengan seluruh tubuh yang bergetar. Clarissa turun dari motor Altair dengan hati yang retak dan tidak lagi utuh.

Altair langsung meninggalkan Clarissa di deretan ruko yang sudah tutup begitu saja. Meninggalkan Clarissa di sana seorang diri tanpa berniat untuk kembali lagi.

Clarissa mematung dengan netranya yang menatap kepergian Altair. Air mata dari sepasang mata itu luruh. Dinding pertahanan yang Clarissa bangun dengan kokoh hancur dengan mendengar serangkai kalimat yang keluar dari bibir Altair.

"Clarissa salah apa, Kak?"

Helloooo jangan lupa untuk vote dan komennya yaaaa🤩
Gimanaa puass ga?!!!!
Dikit siiiii tapiiii cukup khannn😇

Spamm nextt!!!!

See youu in another chapterrr😍

Продолжить чтение

Вам также понравится

Rayendra : Bad Obsession majen🌻

Подростковая литература

10.2K 629 7
toxic relationship 15+ Entah mengapa setiap kali aku melihat mu rasanya seakan akan aku menemukan dunia ku. tidak peduli seberapa keras kamu menolak...
His Lips (TAMAT) Aya Emily

Любовные романы

1.4M 112K 28
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Kenapa kau selalu membuat kisah yang berakhir bahagia? Kau buta, munafik, atau seorang wanita yang tinggal dalam is...
TAVISHA el

Боевик

3K 98 20
"apa gue harus ngasih pelajaran ke bibir yang manis ini karena mengucapkan kata kasar seperti tadi. " "gue Alastor. Lo benci karna lo belum cinta sam...
My Eyes On You Alvhisya_Ben

Подростковая литература

66.5K 5K 35
⚠️Warning Detected⚠️ -Mengandung unsur kekerasan -Tekanan psikologis -Mental Health -Self harm -Toxic Relationship -Adegan berdarah #Tidak untuk usia...