DELACEY & HER GUARDIAN

By sangrupawan

102K 10K 21.8K

❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞ ❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna tast... More

⋆༺ PROLOGUE ༻⋆
⋆༺ 01 - STRANGERS?
⋆༺ 02 - BODYGUARD
⋆༺ 03 - D FOR DIRTY
⋆༺ 04 - HOME FUCKING WORK
⋆༺ 05 - BETTER THAN HIM
⋆༺ 06 - ON A DATE?
⋆༺ 07 - SWEET MESSAGE
⋆༺ 08 - HELL
⋆༺ 09 - F'CK HIM
⋆༺ 10 - BEFORE PARTY
⋆༺ 11 - HALLOWEEN PARTY
⋆༺ 12 - BROKE UP
⋆༺ 13 - NIGHTMARE
⋆༺ 14 - FLASHBACK
⋆༺ 15 - BLACK TULIPS
⋆༺ 16 - NASTY
⋆༺ 17 - I LOVE KISSES!
⋆༺ 18 - PUNISHMENT AND FIGHTING
⋆༺ 19 - DELACEY VS SAKURA
⋆༺ 20 - MY HEART BELONGS TO YOU
⋆༺ 22 - THE AMUSEMENT PARK & BEACH
⋆༺ 23 - TRIP TO HELL
⋆༺ 24 - BURIAL

⋆༺ 21 - WISHLIST

2.1K 259 316
By sangrupawan

1K nya dulu baru fast update! ·˚₊· ͟͟͞͞꒰➳
________________________________

Perhatian Delacey tertuju ke segala penjuru ketika membuka mata setelah tertidur amat lelap. Ia terbangun di kamar lelaki yang sudah tidak ada di sebelahnya. Delacey membeku sebelum terbelalak ketika mengingat hal yang terjadi kemarin.

Jeaven menyatakan perasaannya dan tidur bersamanya.

Menyatakan perasaan kepadanya.

Dan tidur bersamanya.

Konyol.

Konyol sekali. Lebih konyolnya lagi, tidur bersama Jeaven justru membuatnya tidur nyenyak.

Delacey melirik sekilas ke perutnya. Kembali membayangkan bagaimana tangan besar Jeaven melingkar di sana, memeluknya erat. Hal itu tanpa ia sadari membuat pipinya bersemu merah, bahkan ia merasakan panas di wajahnya. Tersadar berperilaku aneh, Delacey segera menggelengkan kepala sendiri dan menyingkirkan segala pemikiran tidak warasnya.

"Sial. Cowok freak itu beneran mau bikin gue gila."

Sambil mendengus keras, Delacey beranjak bangun dari kasur besar bersprei hitam kemudian berjalan menuju balkon kamar yang menghadap ke halaman belakang. Mentari menampakkan diri secara, menyinari kulit bening Delacey yang pandangannya jatuh ke arah lelaki yang harus bertanggung jawab karena telah membuatnya nyaris gila. Atau bahkan Sudan gila.

Jeaven. Cowok itu sedang melakukan aktivitas fisik rutin setiap pagi di halaman dekat kolam berenang. Sinar surya turut terpancar mengenai tubuh sehat Jeaven yang tengah melakukan aktivitet fisik seperti push up untuk mengencangkan otot-otot di dada serta trisepnya.

"Dih. Ngapain sih dia olahraga di sana? Padahal udah tahu ada ruang gym di rumah. Mau caper? You show fucking off. I don't even fucking care," gumamnya dengan nada sinis sembari bersedekap.

Mungkin bibir Delacey memang berkata demikian, tetapi matanya tidak lepas memandang setiap gerakan fisik yang Jeaven lakukan. Memerhatikan amat intens bagaimana otot-otot indah itu bergerak, urat-urat kebiruan yang semakin menonjol, serta keringat menghujani sekujur badan besar yang membuat Jeaven terlihat hot. Reflek, Delacey menelan ludahnya.

"Why are there a guys who are as hot as Jeaven?" decaknya. Kesal karena Jeaven terlalu seksi dan memesona. "Dang it. He's always fucking hot."

Sampai akhirnya Delacey tertangkap basah oleh lelaki yang menjadi objek tontonannya. Reaksi Delacey sangat panik seperti pencuri yang ketahuan merampok, hal itu sanggup membuat Jeaven terkekeh gemas.

"Guten morgen, Princess."

Delacey membuka buang. Berusaha mengabaikan Jeaven.

"Wanna breakfast right now?" tanya Jeaven sedikit berteriak karena posisinya ada di halaman bawah sementara Delacey masih berada di balkon atas.

Delacey tetap tidak merespons tetapi posisinya tidak berpindah di sana.

"I have special menu for you today."

Satu alis Delacey terangkat. "Apa?"

"My bread." Jeaven menyeringai. "Wanna taste mine?"

Konyolnya, mata Delacey justru mengarah menuju perut kotak-kotak Jeaven yang bentuknya memang mirip seperti roti sobek. Cewek itu mendengus lalu melayangkan jari tengahnya tinggi-tinggi. "Fuck you! Cowok mesum!"

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Keributan yang terjadi kemarin akibat Jeaven dan juga Delacey menyebabkan keduanya diskors selama dua hari. Artinya, dua insan yang sedang duduk di meja makan—menikmati sarapan tidak perlu datang ke sekolah. Tentu itu hal gembira bagi Delacey karena tidak perlu berurusan dengan matematika sialan hari ini.

"Ini semua..." Delacey memerhatikan full english breakfast yang terdiri dari roti panggang, sosis, telur mata sapi, bacon, kacang panggang, serta tomat goreng yang disajikan dalam satu piring. "Lo yang siapin sendiri?" tanyanya kepada cowok yang duduk di sebelahnya.

Jeaven menganggukan kepala singkat.

"Kenapa?" tanya Delacey ketika mulai menggigit sosis ke mulutnya. "Kan udah ada pelayan. Lo mau mereka makan gaji buta? Emangnya jadi chef juga jobdesk lo?"

"Gak juga," balas Jeaven disusul senyuman. "Tapi gue pengen siapin sarapan istimewa dari tangan gue untuk nona. Jadi, nanti kalau kita berdua menikah, kita gak butuh pelayan. Gue bisa jadi suami idaman yang memasak untuk—Delly!" Ucapan Jeaven terpotong ketika Delacey tiba-tiba tersedak. Segera lelaki itu memberikan jus semangka buatannya untuk Delacey minum.

"Loo mau bikin gue mati?!" bentak Delacey. "Jangan ngomong sembarang lagi! Siapa yang mau nikah sama lo?!"

"You."

"Dih." Delacey mendengus geli. "Emang gue mau nikah sama lo?"

"Harus mau."

Delacey mengernyit. "Kenapa harus mau?"

"Karena gue limited edition," sahut Jeaven disertai kekehan. "Cuma seorang Delacey yang bisa memiliki Jeaven Las Vegaxon."

Jeaven tersenyum lebar melihat reaksi salah tingkah Delacey, apalagi wajah dan telinga cewek itu mendadak memerah. Delacey memukul lengan cowok itu. "Shut your mouth up. Lo bikin gue jadi gak selera buat makan."

"Alright. Habiskan sarapan lalu bersiap-siap setelahnya."

"Bersiap-siap buat apa?" Delacey bertanya lagi disela-sela mengunyah roti panggang. "Lo lupa? Kita 'kan diskors, jadi gak perlu ke sekolah."

Jeaven menggeleng. "Gue mau ngajak lo ke suatu tempat."

"What?" Delacey memicingkan matanya. "Gak mau. Lagian, gue udah punya rencana mau ke salon, klinik kecantikan, sama shopping. So, don't you dare bother me. Kalau mau jagain gue, terserah. Pastinya, gue gak mau nerima ajakan lo. Pasti membosankan and not fucking fun."

Perhatian Delacey lantas menuju ponsel di tangan kanannya. Ia baru sadar jika sedari bangun cewek itu tidak sempat memeriksa handphonenya. Ketika membukanya, kedua mata Delacey terbelalak, menunjukkan raut wajah kaget begitu membaca sebuah pesan.

Perubahan ekspresi Delacey membuat Jeaven cemas. "Kenapa?"

Delacey segera mematikan ponselnya sebelum Jeaven sempat melirik. "Bukan... bukan apa-apa." Delacey lantas menyantap sarapannya dan tidak berkata apapun lagi.

Dan Jeaven tahu, pasti ada sesuatu yang terjadi hingga menyebabkan Delacey tegang seperti sekarang.

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Pada akhirnya cewek yang mengenakan atasan berupa black crop tanktop dengan bawahan celana jeans pendek, mengikuti ajakan dari lelaki yang memakai kaos tanpa lengan bercorak garis-garis vertikal dilapisi kemeja putih sebagai luaran yang tengah mengemudikan mobil. Hanya satu alasan sederhana membuat Delacey setuju, cewek itu penasaran tempat apa yang dimaksud oleh Jeaven.

Dan Delacey tidak menduga jika tempat yang dituju oleh Jeaven sekarang adalah...

Taman hiburan.

Delacey menelan saliva. Seketika teringat dengan percakapannya bersama Jeaven ketika mereka masih berada di momen sekolah menengah pertama.

"Lo lagi ngapain?" tanya Jeaven yang akhirnya bersuara setelah satu jam lebih berkonsentrasi pada buku tulis penuh coretan angka-angka fisika yang bagi Delacey sangat memusingkan.

Sementara Delacey yang sedari tadi menemani Jeaven belajar di salah satu gerai kopi depan sekolah sibuk menulis sesuatu pada secarik kertas dengan spidol merah, sukses membuat Jeaven penasaran. Delacey berhenti menulis, menunjukkan isi kertas itu sambil tersenyum. "Ini adalah hal-hal yang pengen Delly lakuin bersama Jeaven! Baru ada sepuluh, sisanya masih mikir."

Jeaven memperhatikan sepuluh list itu dengan pandangan serius, sangat saksama ketika membaca tulisan Delacey.

Wishlist bareng Jevy:

1. ke taman hiburan bareng hehe!

2. fancy dinner biar cooooolll

3. makan gelato bareng!

4. piknik di pantai !

5. nonton film horror

6. berangkat ke sekolah bersama (nanti kalau udah boleh bawa kendaraan sendiri! harus sering jemput Delly pokoknya!)

7. cooking date! ihh kayaknya seruu

8. tatoan bareng nanti!

9. apalagi yaa, dibeliin buket mawar besar sama Jevy hehe

Sampai mata Jeaven tertuju pada hal terakhir yang Delacey inginkan.

10. ke Swiss bareng!!!

Tanpa sadar, Jeaven terkekeh membaca harapan-harapan yang Delacey inginkan.

"Nanti Jevy harus bantu wujudin ya!" pinta Delacey dengan mata berbinar penuh harap. "Nanti Delly tambahin lagi wishlistnya kalau ke sepuluh ini udah tercapai. Gak mau tau, Jevy harus mewujudkannya!"

Jeaven mendesah. "Mau tatoan? Gue gak mau tatoan. Gak mau ngotorin tubuh sama gambaran aneh."

"Ih. Kenapa gitu? Delly pengen tau tatoan gambar dewa telanjang di punggung!" balas Delacey setelah menyedot susu kocok rasa stroberinya. "Huft. Baiklah, kalau gitu gue ganti keinginan yang nomor delapan. Hmm... apa ya, museum date, ah gak suka, apa ya—"

"Delacey."

"Ya?"

"Kalau gue...." Jeaven bergeming selama seperkian detik. "Kalau gue gak sempet buat wujudin semua wishlist lo itu, apa lo... bakalan membenci gue?" tanya Jeaven pelan, menatap Delacey intens.

Delacey tidak langsung menyahut. Perempuan itu terdiam selama beberapa detik. Delacey langsung tersenyum. "Delly gak bakalan marah karena..." Senyuman Delacey semakin menggembang. "Karena Delly tau, Jevy bakalan mewujudkan semuanya! Termasuk ke Swiss bareng!"

Jeaven sejenak memandang Delacey dengan kegembiraan yang tidak pernah surut meskipun masalah keluarga menimpanya beberapa pekan terakhir. Jeaven bersyukur karena perempuan itu tidak putus asa dan Jeaven merasa jika sekarang alasan Delacey masih seceria itu karena... dirinya.

Senyuman Jeaven terbentuk. "Baiklah. Ayo wujudkan wishlist itu bersama."

Kesenangan Delacey seketika meningkat ke level tertinggi. "Ayo!"

"Ayo kita mulai keinginan nomor satu." Jeaven menyeruput ice americanonya. "Kita ke taman hiburan weekeend ini."

"AYO!"

Nyatanya itu adalah janji manis yang tidak diwujudkan Jeaven.

Karena Delacey yang sudah sangat semangat menunggu Jeaven di taman hiburan, berakhir menangis menyedihkan hingga malam sampai taman hiburan itu tutup karena Jeaven tidak kunjung datang hari itu.

Jeaven tidak menepati janjinya.

Jeaven tidak datang.

Setelah itu, Jeaven tidak pernah lagi muncul di kehidupannya.

Menghilang seperti ditelan semesta.

Tanpa kabar apapun.

Hingga beberapa hari setelahnya, insiden yang menghancurkan hidup Delacey terjadi.

Otomatis sebulir air mata Delacey jatuh. Perempuan itu segera menyekanya. "Kenapa... ke sini?" tanyanya serak.

Jeaven tidak langsung menanggapi, lelaki itu melepaskan kemeja putihnya hingga menyisakan kaos tanpa lengan itu di badan kemudian memakaikan kemeja tersebut ke Delacey untuk melapisi pakaian terbuka cewek itu. "Akan ada pria tak berotak yang gak bisa jaga mata sama pikirannya kalau gak ditutupin. Walaupun gue bisa langsung menghancurkan orang itu tapi gue harus mencegah agar lo gak diperlakukan gak menyenangkan."

Delacey tidak memberontak dengan perlakuan Jeaven sebab ia masih terpaku menatap cowok yang duduk di kursi mobil yang baru saja terparkir. "Kenapa kita ke sini, Jev?" tanya Delacey lagi.

"Tentu saja untuk bersenang-senang."

Delacey kembali menelan ludah, ekspresi Delacey tampak tidak senang. "Apa yang sebenarnya mau lo lakuin?"

Jeaven tersenyum. "Mari kita wujudkan semua wishlist yang belum sempat Jevy laksanakan, Lady."

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Sudah lama sekali Delacey tidak mendatangi kawasan besar penuh orang-orang yang mencoba berbagai wahana permainan di sana. Terakhir kali mendatangi tempat itu adalah saat ia terlihat menyedihkan ketika menunggu Jeaven tidak kunjung datang. Setelah itu, Delacey tidak pernah lagi mengunjungi taman hiburan yang baginya hanya mengungkit hari penuh kesialan.

Delacey tidak banyak bicara ketika mereka mulai memasuki area itu. Tidak protes atau mengeluh, hanya diam. Benar-benar diam. Membuat Jeaven khawatir sebab ekspektasi lelaki itu, Delacey akan merasa gembira tapi nyatanya justru terlihat sebaliknya.

"Are you... feeling unwell?"

Pertanyaan itu lantas membuat Delacey menunjuk salah satu wahana permainan klasik berupa kereta kuda putar besar penuh patung-patung kuda yang dinaiki pengunjung dengan struktur melingkar berornamen artistik. "Tiga tahun lalu. Di depan carousel itu."

"Iya?"

"Lo berjanji sama gue kita akan menghabiskan weekend di taman hiburan waktu itu. Meminta gue menunggu di depan carousel. Gue menunggu dari pagi sampai malem. Tapi..." Jeda sedetik ketika Delacey menurunkan telunjuk, menatap Jeaven. "You're lying. You didn't come. Lo pergi gitu aja tanpa kabar dan biarin gue jadi orang paling menyedihkan. After that, I never knew about you again. I don't know where you went and why you left me like we were nothing."

Mendengarkan ucapan Delacey, mata Jeaven seketika memerah, berkaca-kaca. "Delly..."

"Did you feel sorry about that?"

"I'm..." Jeaven menelan saliva pelan. "Regret it. I'm so sorry. I feel bad for you. Really," kata Jeaven serak. Nadanya terdengar tulus dan sedih.

"Sebenarnya lo pergi ke mana hari itu? Apa yang lo lakuin di Amerika Serikat sampai gak ada waktu buat kabarin gue? Even just one message." Delacey menatap Jeaven semakin intens. "Gue mencoba gak peduli tapi nyatanya gue selalu penasaran. Gue selalu bertanya-tanya perihal itu."

"Delly—"

"Apa mungkin gue punya kesalahan? Apa mungkin Jeaven merasa terbebani dengan wishlist yang gue bikin? Apa mungkin Jeaven sedang menghadapi masalah? Kemana dia pergi? Kenapa dia menghilang? Kenapa dia hilang disaat gue sangat membutuhkannya?

"Apa dia baik-baik saja? Apa Jeaven... udah mati?" Delacey mendesah. "Pertanyaan-pertanyaan itu selalu menghantui gue selama kepergian lo and I was suffering."

Jeaven memutuskan diam, mendengarkan baik-baik setiap kalimat yang dilontarkan  Delacey.

"Lo bilang... lo mau gue kasih kesempatan buat perbaikin semuanya 'kan? Buat buktiin kalau lo yang terbaik dari segalanya." Delacey merapatkan dirinya ke Jeaven. "Kalau begitu, gue minta penjelasan tentang kepergian lo secara tiba-tiba tanpa kabar saat itu. Gue minta lo jelasin semuanya secara detail tanpa sedikit pun terlewat."

"..."

"Mungkin gue bisa mempertimbangkan untuk memaklumi, memaafkan, dan memberikan lo kesempatan..." Delacey menyugar rambut tebalnya. "Setelah lo ceritakan semuanya, Jevy."

Di antara banyaknya pengunjung, sosok misterius berbusana serba gelap itu berada di antaranya. Sibuk memantau serta menyaksikan Jeaven dan Delacey yang terlihat seperti sedang berkencan di taman hiburan.

Sosok itu menyeringai. "Ini sudah waktunya untuk... memulai."

𝄡𝄢𓆩TO BE CONTINUED𓆪𝄡𝄢

400 vote and 1k comments for
next baby ྀ࿐ ˊˎ-

bagaimana chapter kali ini? kasih pendapatnya dong.

tembus target langsung update! <3 bantu promosi cerita ini yuk, biar dikenal dan diketahui sama yang lainnya! ^^

oh yaa! jangan lupa cek cerita baru bro yang berjudul "RIVERTALE" 🔞

BLURB:

Lupakan segala hal tentang malam itu. Just pretend it never happened.

How could I forget everything about that night when you were so hot, brother. Seraphine tersenyum nakal, tangannya bergerak meraba dada River.

Seraphine, stop... River menahan napas. Or you will regret it.

Seraphine menyeringai. Tangan nakalnya tidak berhenti. So, make me regret it. Make me sweat in your hell.

***

River pernah melepaskan gaun perempuan itu, sempat memandang betapa indah tubuh tanpa tertutup sehelai kain itu, hingga menjelajahinya sampai puncak. Namun, River tidak menyangka apabila perempuan berambut merah itu ternyata adalah saudari tirinya.

***

update secepatnya kalau tembus target, bantu share cerita ini ke media sosial kalian ya! thanks everyone!

spam next di sini ˚ · .

jangan lupa follow ya buat informasi
lebih lanjut!

Continue Reading

You'll Also Like

HOLLOW By S,

Teen Fiction

70.7K 4.4K 13
"Ada Cia, Al. Perhatiin dia." "Abis merhatiin lo, gue perhatiin dia. Janji." ♠♠♠ Persoalan sederhana yang harusnya menjadi kisah manis khas remaja...
38.3K 4.9K 4
Berawal dari takut kehilangan membuatnya menjadi posesif hingga berakhir obsesi. 𝑫𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓�...
6.6M 335K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
770 72 4
Sial sekali nasib Radita yang harus memiliki wali kelas seperti Pak Kaivan di tahun terakhirnya bersekolah Bagaimana tidak? Hampir setiap hari ada...