Rahasia Di Sekolah

By DinaAngelicaLee

77.1K 6.3K 1.6K

[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awa... More

PROLOG
1 | Ditunjuk
2 | Niat Buruk
3 | Kedatangan Zuna
4 | Diawasi
5 | Mendadak Terasa Dingin
6 | Mulai Menunjukkan Kemunafikan
7 | Pertikaian Paling Ringan
8 | Ketakutan Zuna
9 | Tanda Dari Sekar
10 | Memberi Penjelasan
11 | Sedikit Mengungkit
12 | Reza
13 | Yang Terungkit
14 | Penilaian Dari Reza
15 | Menebar Perlawanan
16 | Dihantui
17 | Terkejut
18 | Arti Dari Perasaan Tidak Enak
19 | Tersenyum Untuk Sekar
20 | Tidak Memberi Jalan
21 | Sedikit Menjebak
22 | Membicarakan Rudi
23 | Saran
24 | Menguping Dengan Sengaja
25 | Pusat Kemarahannya
26 | Bertetangga
27 | RH
28 | Menerjemahkan
29 | Paket
30 | Sisi Lain Yang Tak Pernah Terlihat
31 | Menjalankan Misi
32 | Menjalani Bagian Masing-masing
33 | Umpan Baru
34 | Isi Hati Diana
35 | Fakta Yang Dilihat Reza
36 | Berhadapan Secara Langsung
37 | Tragis
38 | Kecurigaan
39 | Serangan Mendadak
40 | Mengincar Kardus
41 | Membantu
42 | Pengakuan Rudi
44 | Mereka Saling Mengetahui
45 | Pecah Pertengkaran
46 | Interaksi Dengan Sekar
47 | Yang Mengejutkan Untuk Zuna
48 | Mempermainkan Rudi
49 | Lia
50 | Membuatnya Nyaman
51 | Mulai Terbuka
52 | Pesan Untuk Sekar
53 | Tak Ingin Menangisi Takdir
54 | Telepon Dari Rudi
55 | Isi Kardus Milik Rudi
56 | Menahan
57 | Mulai Menuntaskan Pelan-Pelan
58 | Pura-Pura Menyerahkan Pada Zuna
59 | Akhir Untuk Beni
60 | Diteror
61 | Pancingan
62 | Menduga Soal Harapan Sekar
63 | Helmi Mencoba Balas Dendam
64 | Berhasil Memasuki Wilayahnya
65 | Mita Diusir
66 | Peringatan Soal Mita
67 | Mengawasi Dari Dekat
68 | Si Calon Menantu
69 | Rasa Takut Yang Mulai Menghantui
70 | Penyamaran
71 | Ditemukan
72 | Kembali Ke Rumah Sakit
73 | Kecemasan Mita
74 | Dukungan
75 | Pengakuan Secara Langsung
76 | Dekap Hangat Pelipur Lara
77 | Bersiap
78 | Mimpi Buruk Rudi
79 | Penggeledahan
80 | Jasad Sekar Dan Semua Bukti
81 | Perlawanan Sengit
82 | Pengejaran
83 | Akhir Bagi Rudi
EPILOG

43 | Saling Mengungkapkan

1.1K 75 17
By DinaAngelicaLee

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna terus mondar-mandir dengan gelisah di ruang tengah rumah Diana malam itu. Sejak ia menjemputnya dari restoran setelah Rudi tidak bersamanya, Diana tidak mengatakan apa-apa dan berwajah sangat murung. Setibanya di rumah, Diana langsung masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya rapat-rapat. Zuna bisa mendengar suara shower yang terus dinyalakan oleh Diana, serta mendengarnya muntah berulang-ulang kali. Ia benar-benar tidak tahu ada apa dengan Diana saat bertemu Rudi. Firasat Zuna mengatakan bahwa Diana telah mendengar sesuatu yang cukup membuatnya merasa marah, namun tidak bisa melampiaskan marahnya secara langsung kepada Rudi. Ia kenal betul bagaimana Diana jika sudah mulai menahan-nahan amarah. Wanita itu akan mengalami mual yang hebat, hingga akhirnya muntah padahal tidak mengalami sakit.

Setelah hampir satu jam menunggu, Zuna akhirnya memutuskan untuk mendekat ke pintu kamar mandi. Ia mulai mengetuk pelan pintu tersebut, karena tidak ingin membuat Diana merasa dipaksa agar keluar.

"Na. Ayolah, Na, cepat keluar dari kamar mandi dan cerita padaku. Aku akan dengarkan semuanya meskipun ceritamu adalah hal yang paling buruk sekalipun," mohon Zuna.

Samar-samar, Zuna akhirnya mendengar isak tangis yang begitu pelan dari dalam kamar mandi. Diana tengah menangis, membuat Zuna semakin merasa penasaran dengan apa yang sudah wanita itu lewati bersama Rudi.

"Rudi enggak berbuat macam-macam sama kamu, 'kan, Na? Dia enggak melecehkan kamu, 'kan?" tanya Zuna, dengan suara agak sedikit meninggi.

Diana masih belum juga menjawab, namun suara isak tangis yang tadi Zuna dengar perlahan mulai menghilang.

"Na, please, kalau ada apa-apa langsung cerita sama aku. Jangan dipendam sendiri, Na. Bilang padaku kalau Rudi berbuat kurang ajar sama kamu. Aku akan menghajar dia dan membuat dia babak belur tanpa belas kasih. Kalau perlu aku akan ...."

Pintu kamar mandi mendadak terbuka dan membuat Zuna terdiam. Diana tampaknya baru selesai mandi. Namun titik-titik air yang tersisa di wajahnya tidak bisa menyamarkan kedua matanya yang sembab akibat menangis. Zuna tidak lagi mengatakan apa pun, ia lebih memilih menarik Diana ke dalam pelukannya agar wanita itu kembali mendapatkan rasa nyaman.

"Kenapa pulang-pulang langsung mandi? Tumben," Zuna ingin tahu.

"Rudi tadi sempat membelai-belai rambutku saat kami sedang mengobrol. Aku merasa jijik dengan sentuhan tangannya, jadinya aku memutuskan langsung mandi saat pulang," jawab Diana, dengan suara yang agak sedikit serak.

"Terus, kenapa kamu juga muntah-muntah dan menangis? Kamu menahan amarah sejak tadi dan baru bisa terluapkan saat tiba di rumah?" tebak Zuna.

Diana pun mengangguk. Wanita itu melingkarkan tangannya pada pinggang Zuna dengan erat. Entah kenapa Diana berharap dirinya tidak kehilangan sandaran malam itu, setelah mendengar semua pengakuan yang Rudi katakan saat sedang bersamanya.

"Pokoknya kita harus segera menuntaskan semuanya, Zu. Aku enggak mau ada yang ditunda-tunda. Aku mau jasad Sekar segera ditemukan, agar Rudi bisa menerima hukuman yang sangat berat," mohon Diana.

Zuna pun teringat dengan rencana penyamaran menjadi perawat yang Diana tawarkan. Zuna tidak mau bertanya terlalu jauh tentang apa yang terjadi di restoran tadi. Ia merasa kalau Diana tidak perlu diberi pertanyaan, karena Diana akan bicara dengan sendirinya tanpa ditanya. Zuna segera mengajak Diana ke ruang depan, agar Diana bisa bersandar santai di sofa setelah melewati hari yang cukup berat. Diana sendiri justru meraih tas yang dipakainya, lalu menyodorkan ponsel rahasianya kepada Zuna.

"Apa ini, Na? Kenapa ponsel kerjamu kamu serahkan kepadaku?" Zuna tampak kebingungan.

"Aku merekam semua pembicaraanku dengan Rudi. Dengarkan saja bagian di mana Rudi berbicara. Jangan hiraukan bagaimana caraku memancingnya, karena caraku terdengar seperti sedang berusaha menggodanya," jelas Diana.

Wanita itu kemudian memutuskan bersandar pada sofa sambil meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal. Zuna tidak langsung mendengarkan rekaman pembicaraan antara Rudi dan Diana. Ia memilih menyimpan ponsel yang ada di tangannya ke atas meja, lalu mendekat ke sisi Diana. Ia merangkul Diana seperti biasa, agar Diana bisa bersandar pada pundaknya untuk melepaskan beban pikiran.

"Aku enggak akan menilai bagaimana caramu memancing Rudi melalui obrolan kalian tadi. Aku enggak perlu melakukan hal itu, karena aku tahu betul bahwa kamu ...."

"Aku sayang kamu, Zu," potong Diana secara tiba-tiba.

Zuna pun terdiam dengan jantung berdebar hebat. Diana bahkan bisa mendengar bagaimana kuatnya debaran jantung pria itu, karena dirinya sedang bersandar pada pundaknya.

"Aku sayang kamu. Maka dari itu aku enggak mau kamu merasa cemburu dengan nada obrolanku bersama Rudi. Meski kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah memiliki perasaan apa pun terhadap laki-laki macam Rudi, aku tetap tidak mau kamu merasa cemburu saat mendengar rekaman itu. Aku enggak mau kamu merasa aku bisa berbicara manis sama laki-laki lain tapi enggak pernah berbicara manis kalau sama kamu," ungkap Diana.

Hening mendadak melingkupi ruangan tersebut, sehingga menimbulkan sedikit kecanggungan. Diana tidak lagi bicara dan Zuna pun sedang berusaha menyusun kalimat dalam pikirannya, agar tidak salah bicara pada Diana.

"Enggak apa-apa, kok, kalau kamu enggak bisa berbicara manis padaku. Biar aku yang berbicara dengan nada manis untuk kamu," ujar Zuna, menawarkan.

"Jangan, Zu," sahut Diana. "Jangan sampai Mita mendengar kamu bicara manis sama aku, lalu aku menjadi sasaran amukannya. Kamu enggak bicara manis pun, aku sudah jadi sasaran amukannya seperti yang terjadi di MAXX Coffee. Jadi, bicara saja seperti biasanya."

Zuna kembali membawa Diana ke dalam pelukannya dan kali ini pria itu memeluknya dengan perasaan gemas luar biasa. Diana berusaha melepaskan diri, namun jelas tidak berhasil sama sekali meski dirinya meronta-ronta.

"Mana bisa aku enggak bicara manis sama kamu, setelah mendengar pengakuan kalau kamu sayang aku. Aku juga sayang sama kamu, Na, makanya aku jelas akan melaksanakan niatanku barusan tanpa menunggu lama. Soal kamu menjadi sasaran amukan Mita, nanti aku yang akan mengamuk balik sama dia. Aku siap, kok, mengamuk sama Mita kapan pun yang kamu butuhkan," Zuna menekankan hal itu dengan sangat manis.

"Zu ... le-pas-kan ... a-ku!" pinta Diana, terbata-bata.

"Hah? Apa? Peluk lebih lama? Oke, Tuan Putri! Siap, laksanakan!" sahut Zuna, sambil menahan tawa.

Di tempat lain, Rudi saat ini sedang mengamuk sambil menendang-nendang bagian samping mobilnya. Laki-laki itu berteriak-teriak penuh emosi, saat ia tiba di tempat pembuangan sampah namun tidak menemukan kardus penting yang tadi dibawanya dari SMP GENTAWIRA pada bagian belakang mobil. Emosinya benar-benar meluap, karena dilingkupi rasa takut kalau-kalau orang yang mencuri kardus itu dari mobilnya akan membuka isi kardus tersebut.

"SIALAN!!! SIAPA YANG BERANI MEMBOBOL MOBILKU DAN MENCURI BARANG PENTING ITU!!! AKU AKAN MENEMUKANNYA!!! AKU AKAN MEMBERINYA PELAJARAN SAAT MENEMUKAN ORANG ITU!!!" amuknya, seraya mencoba memeriksa rekaman kamera yang ada pada mobilnya.

* * *

SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰

Continue Reading

You'll Also Like

15.1K 454 36
•BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA• Setelah meninggalkan tempat dirinya di lahirkan, Erlang pergi nge-kost. Tidak di sangka juga, Tetangga nya adala...
896K 82.2K 58
#1 in Horor [2020] #1 in Humor [15/10/2020] #1 in Lawak [03/11/2020] #1 in Misteri [08/11/2020] #5 in Hantu [09/11/2020] #2 in Matabatin [10/12/2020]...
2.1K 196 22
Dira mungkin saja tidak akan pernah merasa terasingkan jika wajahnya putih bersih dan licin. Lihat teman-temannya itu, sudah cantik, pintar, kaya, ba...
1.3K 338 22
[END | TAHAP REVISI] Musik itu bagian dunia baru bagiku. Tanpa musik hidup terasa hampa. Tanpa musik hidup tidak berarti. Walau seburuk apapun lagu y...