My Nerd Is Perfect

By VitaNori

93.9K 4.7K 691

๐Ÿ‘‘Spin Off Ello Untuk Ola๐Ÿ‘‘ (TAHAP REVISI & ON GOING) Karena kecantikan yang dimiliki Kaycia bisa membuatnya... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47

Bab 38

1K 78 4
By VitaNori

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

"Pokoknya aku gak suka ya, kalau kak Keen kasar!!" Kaycia merajuk, melempar asal belanjaan mereka ke atas sofa.

"Itu semua demi kamu." jawab Keenan dengan singkat, mendudukkan dirinya di sofa.

"Kak Keen tau sendiri Cia itu gak suka sama sikap Kak Keen yang kasar!!"

Meskipun Keenan merupakan pria yang tenang, tapi di sisi itu Keenan pun memiliki sisi yang kasar.

"Ini semua gara-gara kak Keen dompet Cia sampai gak ke ambil!"

"Biar pak Ujang yang ambil."

Kaycia duduk di samping Keenan, melirik kakaknya dengan sinis. Dia kesal, akhir-akhir ini sikap kakaknya itu sangat menyeramkan dan sensitif.

Melihat Kaycia terus merajuk dan mengatakan hal-hal yang sama, Keenan menghela nafas. Rasanya lelah sekali menanggapi celotehan Kaycia sedari tadi.

"Kakak gak akan kasar kalau kamu jauhi Asten."

"Cia gak pernah dekat sama kak Asten."

"Gak dekat sampai kamu dan bajingan itu pacaran?"

Kaycia menjadi kikuk, mengelus tengkuk dan merasa kalah dengan perdebatan ini.

Ia tidak menyangka Keenan akan membawa-bawa hubungan yang sebenarnya didasari kontrak tak jelas itu. Ingin menjelaskannya, namun, sangat rumit.

"I-itu gak sesuai sama kak Keen pikirin. Kita cuma---"

Ucapan Kaycia terhenti ketika tangan Keenan mendarat di kepalanya, selanjutnya mengelus pelan, "kakak tau semuanya. Dari sini, tolong turuti permintaan kakak."

"Kakak gak mau kehilangan kamu setelah Karl." Keenan mendekap Kaycia ke dalam pelukannya, dibalas Kaycia yang juga memeluknya.

Kaycia sangat mengerti dengan maksud Keenan. Tak bisa dipungkiri olehnya, sosok Keenan yang pendiam menjadi sosok yang menyeramkan karena alasan untuk melindunginya. Ia sangat menyayanginya, sampai tak terasa air matanya mengalir.

"Ada apa, hm?"

Pelukan Kaycia dan Keenan terlepas, mereka mendongak mendapati Rasello tengah mengelus kepala mereka.

"Ada masalah?"

Segera Kaycia menghapus air matanya, menerbitkan senyumnya sambil menatap Rasello.

"Gak ada masalah apapun, Pa. Aku sama kak Keen cuma kangen kak Karl."

Rasello ikut tersenyum, namun senyum itu terasa sendu, "kak Karl juga pasti kangen sama kalian. Terus berdoa dan sering-sering menjenguknya."

Keduanya mengangguk menanggapi Rasello, setelahnya pelukan menjadi akhir perbincangan mereka sebelum pada akhirnya sebuah pecahan kaca dan teriakan terdengar dari atas sana.

Semua orang berlari, menghampiri bilik kamar dimana suara itu berasal. Alangkah terkejutnya, melihat Viola tengah berbaring di tengah pecahan kaca dengan teriakan-teriakan menyayatnya.

"Karl, maafin Mama, Nak ..."

"Jangan marah sama Mama, ayo pulang ..."

"PULANG KARL!!"

Kondisi Viola kian memburuk, membuat mereka sangat bersedih dan terpuruk.

"Sayang!! Apa yang kamu lakukan?!" Rasello membangunkan tubuh Viola, di ikuti Kaycia dan Keenan yang membersihkan tubuh Viola dari pecahan-pecahan kaca.

Viola memegang dadanya erat, nafasnya tercekat, "Ka-Karl gak mau pulang ... Aku mau menjemput Karl, sayang."

Kaycia menggeleng cepat, "Mama ... Jangan seperti ini, Cia takut Ma." tangisnya, memeluk Viola.

"Mah, sadar!! Ada aku dan Cia di sini." sela Keenan, suaranya bergetar menahan sedih yang mendalam.

Kepergian Karl merusak kewarasan Viola, rasa bersalah terus menghantuinya. Tanpa sadar, kedua mata Viola perlahan menutup.

"Sayang bangun!! sayang!!" Rasello menepuk pipinya, mengecek detak jantungnya yang terasa sangat lemah.

Seolah tau apa yang terjadi, dirinya segera membawa tubuh Viola menuju mobil.

🍭MNIP🍭

Berbagai posisi tidak membuat Asten tertidur, pose yang ia gunakan semuanya tak terasa nyaman.

Ia membangunkan tubuhnya, menyandarkan punggung dengan duduk di lantai yang hanya dilapisi tikar tipis.

Apa yang dilakukannya serba salah karena pikirannya terus tertuju pada Kaycia. Ia memikirkan cara untuk meluluhkan hati Kaycia agar tidak membencinya.

Nikotin yang tergeletak di atas meja diambilnya. Ia menyundut nikotin itu lalu menghirupnya melalui sela-sela bibirnya.

'Gue sebenarnya gak mau egois, tapi semakin gue bayangin lo benci dan menjauh dari hidup gue ... Gue gak sanggup.'

'Hati gue sakit, pikiran gue terus terbayang lo, dan gue hampir gila mikirin itu semua.'

Batin Asten terus membisik, sampai nikotin yang dihisapnya sudah hampir menyisakkan putung.

Tok ... Tok---- suara ketukan pintu basecamp membuyarkannya.

"Masuk," Asten membuang nikotinnya, menatap seseorang yang tengah berdiri menatapnya dengan berkaca-kaca. Lalu, sebuah pelukan menerjang tubuhnya.

"Asten ... Lo kemana aja? Kenapa gak kabarin gue kalau lo udah keluar dari rumah sakit?"

Asten tak membalas pelukan Lidya. Benar, yang memeluknya saat ini adalah Lidya. Entah dari siapa Lidya tahu jika dirinya tengah berada di basecamp. Sangat malas Asten menerkanya.

"Gue bener-bener khawatir sama lo, As."

Pelukan itu di lepas oleh Asten, "gue baik-baik aja." singkatnya, mengambil lagi sebatang nikotin.

"Tante suruh lo pulang."

"Gue gak akan balik."

"Jangan gitu, As. Tante Jessica terus mikirin keadaan lo."

Sunggingan di bibir Asten terbit, meremehkan ucapan Lidya. "keadaan? Setelah dia lantarin gue, waktu gue koma?" dengusnya.

"Tapi As---"

"Gue bilang pergi Lidya. Gue pengen sendiri!" membuang nikotin yang tak habis ke sembarang arah.

Dengan tangan yang mengepal, Lidya berkata, "kamu beneran suka sama cewek cupu itu?"

Asten menatap sekilas, "bukan urusan lo," seraya memejamkan matanya.

"Gue kurang apa, As? Jelas-jelas gue cinta sama lo, dulu dan sekarang."

"Lo udah tau jawabannya." ujar Asten tanpa membuka mata.

Jika Lidya katakan lelah, maka jawabannya sangat lelah. Ia, sudah lama sekali mencintai sosok dingin didepannya ini.

Ungkapan-ungkapan cinta yang dirinya katakan sudah sering didengar Asten.

Pria dingin dan kejam itu pasti akan menjawabnya dengan jawaban yang sama 'gue gak cinta sama lo, jangan paksa gue buat cinta sama lo'.

Diantara banyaknya pria yang menyatakan cinta, tidak ada yang bisa membuat Lidya menyingkirkan nama Asten di dalam hatinya. Seolah nama Asten mutlak untuk diasingkan oleh nama lain.

"Sedikitpun perasaan itu gak ada? Tapi kenapa malah orang baru yang milikin lo? Kenapa bukan gue yang jelas-jelas udah bertahun-tahun sama lo?" ungkap Lidya.

Kini mata Asten terbuka. Tanpa menatap Lidya, Asten berucap, "gue bilang pergi Lidya ..."

Seolah perintah Asten adalah angin lalu, Lidya kembali berbicara. Tak peduli, Asten akan semarah apa padanya setelah ini.

Lidya pikir, ini kesempatan untuk mengungkap semua yang mengganjal di lubuk hatinya akhir-akhir ini.

"Jangan bohong As, gue tau banyak tentang lo. Bahkan---" Ia menghela nafasnya sejenak berusaha menetralkan rasa sesak, "gue tau cinta itu ada saat lo menatap Kaycia."

"Iya, gue cinta sama Cia. Akhiri perasaan lo!" jujur Asten.

Satu patah pun tak bisa menjadi balasan untuk perkataan Asten yang begitu menohok. Lidya hanya memalingkan wajah, muak dan sakit menyatu sempurna.

Sebelum Lidya beranjak pergi, ia berkata, "gue mau egois, As."

🍭MNIP🍭

Hati kosong kembali terisi. Tapi, kenapa lagi-lagi yang terasa hanya sakit? Kebimbangan memilih antara ikhlas atau egois menjadi hal yang tersulit. Semua itu begitu bergejolak didalam diri Asten.

Apalagi kini hanya bisa melihat sosok Kaycia dari kejauhan, mengikutinya kemana pun pergi. Namun, siapa sangka jika kehadiran Kaycia dihidupnya merubah segala sikap brutalnya.

Bahkan pagi ini semua orang terheran-heran, mengapa bisa Asten yang gemar berkelahi dan mencari perkara sekarang menjadi lebih pendiam tak banyak tingkah.

Baju yang biasanya acak-acakan menjadi tertata rapih, seringai dan tatapan menusuk tak terlihat melainkan berwajah datar serta tatapan sendu.

Tak lupa, Asten yang dulunya tidak suka mengikuti peraturan sekolah kini menjadi siswa yang teladan dengan mengikuti semua mata pelajaran.

Semua perubahan Asten tidak luput dari perhatian kedua sahabatnya, Ren dan Tio.

"Lo berubah banyak, As." Ren duduk disamping Asten yang tengah menyantap makanannya, di ikuti Tio.

"Apa karena Kaycia?" timpal Tio.

Tanpa ragu, Asten mengangguk, "gue gak mau Cia terus mandang gue jahat."

Ren menepuk bahunya, "lo juga harus perjuangin dia."

"Untuk itu, gue belum tau."

Benar, kebimbangan masih meliputinya. Semalaman berpikir, Asten hanya dapat mengikuti cara untuk menjadi lebih baik.

"Perjuangin As, sebelum cowok lain milikin Cia." bisik Ren, menuntun pandangan Asten pada Kaycia yang tengah bergandengan dengan Gala.

'Cia ... Gue gak mau cinta yang kedua kalinya ini sia-sia.' batinnya.

Malang kisah cintanya, malang juga nasib keluarganya.
.
.
.
.
.
.

TBC

*Gess maafin aku yang baru up😭 seperti biasaaa jadwalku amat padat di dunia nyata😔🤏




Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.7M 315K 35
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
3.6K 2.4K 22
WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! AGAR KALIAN SEMUA TIDAK KETINGGALAN JADWAL UP NYA! HAPPY READING!๐Ÿ’
152K 3.9K 24
!!! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, DILARANG KERAS PLAGIAT !!! Tidak disangka malam itu adalah malam terburuk yang pernah ada di dalam hidup sang gadis yan...
1.1K 281 7
[ACTION - ROMANCE] [FRIENDSHIP - LOVE] Arunika sebatang kara, hanya ditemani dua Adik laki-lakinya. Dan dua teman yang hanya dianggap sebagai rekan b...