Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

528K 30.5K 564

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Amira Salfira Rinjani
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Munafik
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Persiapan
Acara
Penghinaan
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Di Jauhi
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Bincang Santai
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Dimas Jenna Clayton

14.9K 860 1
By Zuraprilly

Adam bingung kenapa anak perempuan nya tidak ada yang baik, tempramen mereka mengikuti kakek dan nenek nya.

"Seharusnya aku yang tanya sama kalian, maksud kalian bersikap jelek pada Gissel itu apa?!" Sentak Tecna menatap marah ke orang tuanya.

"Kamu jangan bela belain Gissel terus, Tecna. Dia itu memang salah, sikap dia yang makin kurang ajar itu ga bisa di biarin." Jawab Adam tegas.

Dia selaku kepala keluarga disini, jadi semua harus berada di bawah perintah nya.

Tecna menatap bengis pada Adam.

Adam tidak suka tatapan itu, dia jadi teringat adik nya di Jerman. Dia paling tidak suka menyangkut hal hal dunia bawah.

"Kalian itu orang tua egois." Ucap Tecna melihat Ivana dan Adam dingin.

"Kalian dengan seenaknya menjodohkan Gissel di saat dia masih kecil demi kepentingan pribadi kalian."

Ivana ingin berbicara, tetapi Tecna mengangkat tangan menahan ucapan mamanya.

"Jangan kalian kira aku tidak ada di sini, aku tidak tau apa apa. Aku tau bagaimana perlakuan buruk kalian pada Gissel." Lanjut nya sinis.

Tecna menatap Adam tajam, "aku juga tau kalo papa suka main tangan ama Gissel, kalian suka ngelakuin kekerasan pada nya."

Kini dia mengalihkan pandangan nya pada Erick yang langsung memalingkan wajahnya.

"Kelakuan kalian itu udah keterlaluan dan kalian bilang Gissel kurang ajar? Kalian waras kan?" Tanya Tecna mengejek.

Adam tidak terima perkataan Tecna, "kamu-"

Sebelum Adam berucap Tecna kembali menyela.

"Jangan lupa kalo Gissel itu termasuk cucu kesayangan Oma sama Opa. Bagaimana kalo mereka tau, cucu mereka di perlakuan kasar sama kalian?" Ucap Tecna.

Adam dan Ivana terdiam mendengar itu.

"Kalian gak pantes di sebut orang tua, selain kalian lebih percaya pada orang luar. Kalian lebih suka darah daging kalian sendiri menderita dari pada orang lain."

"Aku ga akan diam akan kelakuan kalian semua di sini pada Gissel. Gissel ga bisa balas perbuatan kalian, tapi aku bisa."

"Jadi jangan macam macam dengan nya selama aku di sini, aku bukan orang yang toleran. Kalian ingat itu!" Ucap Tecna mengancam.

Kemudian dia bangkit mengambil tasnya Dan menarik Gissel meninggalkan mereka yang masih terdiam membisu.

.

.

.

Dalam perjalanan ke sekolah

"Kamu ga seharusnya ngelakuin itu, kak." Gissel memecahkan keheningan dalam mobil.

Dia menatap jalan yang di penuhi kendaraan.

Tecna mengalihkan pandangan pada Gissel.

"Aku datang ke indonesia bukan tanpa alasan." Ujar nya singkat.

Setelah itu dia kembali fokus menyetir.

Gissel mengerukan kening nya, "Tempramen papa itu suka naik turun, Na. Aku ga mau karna bela aku, kamu jadi di cap jelek sam orang tua kita." Jeda nya sambil melihat Tecna.

"Cukup aku aja, kamu jangan." Lanjut nya dengan tersenyum kecil.

Tecna melirik Gissel sebentar tetapi dia tidak menjawab ucapan Gissel.

Gissel yang melihat itu hanya bisa menghela nafas pasrah, dia baru tau kalo kakak kembarnya ini sangat keras kepala.

Jujur dia senang karna Tecna perhatian ke diri nya,Tapi dia juga takut kalau Tecna di tolak seperti dia di rumah atau di mana pun.

Tecna terlalu baik untuk itu semua, bagi nya.

...

"Kamu sudah mulai bisa mengikuti ekskul nya besok, ya." Ucap Rose sambil memberi kan kertas pada Tecna.

"Ini jadwal nya ekskul kamu. Usahakan jangan absen, karena beberapa bulan lagi ekskul melukis akan mengikuti pameran untuk ultah sekolah."

Tecna menerima kertas itu dan berterima kasih pada Rose.

Setelah urusan nya selesai, Tecna pamit dan pergi dari ruang OSIS.

Tanpa sengaja dia beradu tatapan dengan Gerald, namun Gerald langsung mengalihkan pandangan pada kertas kertas di meja.

Tecna mendengus pelan dan lanjut berjalan.

.

.

.

Tecna kembali ke kelas nya dan menyimpan jadwal ekskul itu di tas.

"Dari mana?" Tanya Nadine pada Tecna.

Mereka baru menyelesaikan tugas di papan tulis, Lily sendiri baru mengemas barang barang nya.

"Ruang OSIS, ngambil jadwal ekskul." Jawab Tecna.

Nadine mengangguk, "mulai kapan jadwal nya?" Lanjut nya bertanya.

"Besok." Jawab Tecna singkat.

Setelah itu mereka berdua mulai bergosip, sedangkan Tecna dia membuka ponselnya.

Mereka sedang pergantian les, dan guru pelajaran berikut nya tidak hadir untuk satu jam mendatang jadi mereka sedikit bebas.

Tecna mengetik sesuatu di ponselnya.

Tingg

Tidak lama sebuah pesan masuk, pesan itu berisi nomor seseorang.

Tecna tersenyum miring, "Bara, lihat saja nasib mu nanti." Gumam nya pelan.

Dia melirik ke samping karna merasakan ada pergerakan dari Dimas.

Pemuda itu bangun dan menatap mejanya seperti orang melamun.

Dalam hati Tecna berpikir, kalau pemuda di samping nya ini memiliki gejala penyakit jiwa.

Seperti tau apa yang di pikir kan Tecna, Dimas melirik Tecna.

"Gue ga gila." Ucap nya datar.

Tecna memasang wajah julid nya.

"Tumben lo ngomong," ucap Tecna curiga.

Dimas memutar mata malas, "Gue ga bisu." Ucap nya malas, dia menguap pelan dan menatap sekitar.

"Ck, terserah."

Tecna memasukkan ponsel nya dan mengambil buku nya, dia mulai membaca.

Melihat Tecna mulai membaca, Dimas kembali melirik nya. Kemudian, tubuh nya sedikit miring ke arah Tecna dan menopang dagu malas, dengan intens memperhatikan Tecna dari atas sampai bawah.

Tecna sedikit risih melihat kelakuan Dimas.

"Kalo di pikir pikir, gua baru nge lihat lo." Kata Dimas dengan mata sayu seperti orang yang ingin tidur detik itu juga.

Tecna yang mendengar itu agak kesal, baru lihat katanya? Jadi selama ini dia transparan gitu? Wahh sialan.

Tecna meremas buku yang ia pegang hingga menimbulkan suara.

Dimas yang melihat itu melirik ke arah buku, dia mengedipkan mata beberapa kali dan menelan ludah takut.

Buku nya kasian, pikir nya.

"Karena kita belum saling kenal dengan benar, alangkah baik nya kita berkenalan." Ucap Dimas lagi mengalihkan topik.

Tecna menghela nafas pelan, dia meletakkan bukunya dan memiringkan tubuh nya menghadap Dimas.

Dimas terkejut tiba tiba, melihat Tecna seperti itu. Matanya berkedip beberapa kali, kemudian fokus melihat Tecna.

"Gue, Tecna Warren. Panggil aja Tecna, dan gue murid baru yang udah hampir sebulan bersekolah di sini." Ucap Tecna menyodorkan tangan nya pada Dimas.

Dimas sedikit ragu menerima uluran tangan Tecna, karena meski Tecna tersenyum ramah hingga mata cantik itu tertutup. Entah kenapa dia merasakan aura hitam di sekeliling gadis itu.

Melihat Dimas hanya terdiam saja, dia menggerakkan tangan nya memberi kode agar Dimas menerima salam perkenalan nya.

Pemuda itu melirik buku yang sudah tidak berbentuk sebelah sebelah, dia memikirkan nasib nya.

"Ahahaha." Tawa Dimas canggung diam diam berkeringat dingin.

Dengan segera dia mengambil uluran tantang Tecna dan mengguncang pelan.

"Gue Dimas, Dimas Jenna Clayton. Senang berkenalan dengan mu." Kata Dimas ikut tersenyum ramah.

Tecna menatap Dimas datar dan segera mengambil tangan nya, "idiot." Ucap nya sinis.

Dimas yang di perlakuan seperti itu hanya bisa diam, dia juga kembali mengambil tangan nya.

"Gue dengar lo kembarannya Gissel, ya?" Kata Dimas membuka pembicaraan dan dengan malas menopang dagu nya lagi.

"Ya," jawab Tecna singkat, dia kembali membuka bukunya lagi.

Nadine dan Lily yang dari tadi sibuk bergosip pun saling melirik diam diam. Kemudian dengan bersamaan mereka menghadap meja Tecna.

Mereka menatap Dimas lekat dari atas hingga bawah, kini Dimas yang risih akan kelakuan kedua gadis itu.

Lily tersenyum aneh menatap Dimas, melihat itu Dimas bergidik ngeri.

"Dimas tumben bangun dari tidur mati nya?" Tanya Lily masih dengan senyum aneh.

Tecna menaikan sebelah alisnya melihat tingkah Lily.

Dimas mengalihkan pandangan agar tidak menatap Lily yang tidak sengaja membuat dia bertatapan dengan Nadine.

Nadine sendiri lebih aneh, menatap nya dengan mata berbinar dan tersenyum cerah.

Dimas menghela Nafas pasrah.

"Ga usah marok kalian berdua." Ucap nya malas.

Lily mencebik kan bibir nya, "Ga seru lo." Ucap nya kesal.

Dimas mengangkat bahu acuh.

"Tapi tumben lo ramah ngajak orang ngomong duluan, biasanya malas dan tiduran aja kerja nya."

Kali ini Nadine yang membuka suara.

"Pengen aja," jawab Dimas singkat.

Nadine menatap tak percaya pada Dimas dengan raut mengejek nya, "masa sih? Kok gue ga percaya." Ucap nya.

Lily mengangguk, "iya, semenjak lo berantem sama Gerald waktu itu. Lo jadi lebih banyak diam, bahkan cuek kin kita yang bestie lo ini." Ucap Lily mengeluh dengan sedih.

Dimas yang mendengar perkataan Lily menjadi malas, mengabaikan Lily dan melipat tangan nya kembali untuk tidur.

Lily yang melihat itu buru buru menghentikan Dimas dan mencoba membuat Dimas bangun lagi.

Nadine hanya diam melirik Lily dan Dimas.

"Kalian ada hubungan apa sama ketos?" Tanya Tecna penasaran.

Nadine mengalihkan pandangan pada Tecna.

"Sebenarnya bukan kami, tapi Dimas." Ucap Nadine.

Tecna memiringkan kepala bingung, "Gimana?"

Dengan suara yang diPelankan, Nadine mendekat ke arah Tecna, melihat itu Tecna ikut mendekat.

"Dulu awal kita masuk SMA, kami bertiga ga sengaja berteman saat MOS hingga sekarang." Ucap Nadine mengingat ingat kenangan.

"Terus."

"Yang kami tau, selain dengan kami berdua. Dimas juga berteman dengan si ketos, lebih tepatnya mereka sudah berteman dari SMP."

"Dimas orang ceria dan ramah, meski dia sedikit malas. Tapi dia orang yang baik." Lanjut nya kini melirik ke arah Dimas yang berusaha tidak menanggapi Lily.

"Lalu apa yang terjadi?" Tecna ikut menatap Dimas dan Lily.

"Awal naik kelas 2,tidak tau apa yang terjadi tapi Dimas dan Gerald terlibat perkelahian. Kami tidak tau apa alasan nya,mereka bertengkar hebat hingga masing masing babak belur."

"Mereka di bawa ke BK, sejak itu kami tidak melihat Dimas dan Gerald besama lagi. Dan sifat Dimas menjadi pendiam dan tidak pernah ingin berbicara, dia selalu saja tidur seperti sekarang." Lanjut Nadine sedih.

"Kami sudah berusaha mengajak Dimas untuk berbicara atau mengajak nya bermain tapi semua nya nihil. Bahkan kami mendatangi Gerald saat itu, tapi dia mengacungkan kami." Kata Nadine menggeleng kan kepala pasrah.

"Karena itu kami terkejut, saat Dimas mengajak mu bicara." Ungkap Nadine.

Tecna mengangguk mengerti, dia tidak pernah tau soal tokoh tokoh ini. Karena mereka semua hanya figuran dan tidak pernah di sebut.

Tetapi saat Dimas menyebut nama lengkap nya, dia jadi teringat sesuatu.

Dia seperti pernah membaca nama Clayton, tapi dia sedikit lupa. Ingatan nya agak sedikit kabur semenjak dia mulai lama tinggal di Novel.

Meski Nadine berbicara dengan suara pelan, tapi seperti Dimas masih mendengar pembicaraan mereka.

Karena itu dia yang tadi tidur kini tiba tiba bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kelas.

Kebetulan guru yang mengajar masuk dan melihat Dimas yang ingin keluar, "kamu mau ke mana, Dimas?!" Teriak Guru itu.

"UKS, buk." Ucap nya singkat kemudian menghilang.

Lily menatap Nadine kesal, "gara gara lu sih." Katanya pada Nadine.

Nadine memutar mata malas, "itu pasti karna lo yang dari tadi gangguin dia." Balas Nadine tidak terima.

Kemudian mereka berdebat,meninggal kan Tecna yang terdiam melihat pintu kelas. Hingga semua nya diam saat guru memulai pelajaran.

HALO GUYS MAAF SELAMA BEBERAPA BULAN LALU AUTHOR JARANG UPDATE, AUTHOR ADA BANYAK KESIBUKAN MAKANYA GA BISA UPDATE. TAPI BESOK AUTHOR AKAN UPDATE DOUBLE JADI LANJUTKAN CERITA INI DI TUNGGU BESOK YA...

...

Continue Reading

You'll Also Like

12.4K 1.5K 12
Dia kembali. Bukan untuk membalas mereka yang menyakiti. Tapi melindungi apa yang ia sayangi. Dia datang untuk membumihanguskan apa yang masih tersis...
217K 21.3K 28
Ethoca bukan tokoh protagonis bukan juga tokoh antagonis, menjadi teman dari pemeran utama pun juga bukan. Ethoca hanya tokoh figuran tanpa peran ya...
641K 53.3K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
1.2K 511 30
Evandra Jehan Adiptya ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai. Perihal mengikhlaskan sudah ia coba, namun penyesalan karena tidak ada disaat ke...