Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

481K 27.6K 430

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Amira Salfira Rinjani
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Dimas Jenna Clayton
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Persiapan
Acara
Penghinaan
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Di Jauhi
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Bincang Santai
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Munafik

14.8K 821 9
By Zuraprilly

Ivana terkejut mendengar ucapan Tecna,
"Kenapa kamu larang, Na?"

Tecna mendecih sinis, "Dia itu munafik, ga pantes deket deket Bang Erick." balas nya datar.

Adam yang dari tadi sibuk dengan tab nya kini melihat ke arah Tecna, "Apa alasan kamu ngomong yang tidak baik tentang Amira, Tecna?" tanya Adam.

"Masa kalian ga tau sih? Dia tuh deketin abang sama temen temen nya karena ada mau nya aja" balas Tecna, sebelum ada yang kembali berbicara dia kembali berujar.

"Jangan nilai dia dari sampul nya doang, dia memang nampak polos dan baik. Tapi sebenarnya munafik dan bermuka dua."

Ivana seperti nampak tidak terima dengan ucapan Tecna, "kok kamu ngomong gitu sih,Na."

"Asal mama tau aja, dia itu kemarin udah buat hal jahat buat Gissel." Tecna memutar mata malas.

Adam dan Ivana tidak percaya dengan ucapan Tecna, tidak mungkin gadis yang terlihat baik baik bagi mereka bisa berbuat jahat. Apalagi pada Gissel yang mereka tau sendiri adalah biang masalah.

Tecna dengan dingin kembali membuka suara, ketika melihat orang tua nya tidak percaya.

"Dia ngejebak Gissel. Dia bilang kalo dia di bully, bang Erick yang terang terangan percaya nuduh Gissel karena mereka yakin kalo Gissel yang udah bully Amira." Katanya melirik Erick.

"Padahal kejadian aslinya dia sendiri yang nampar wajahnya di gudang belakang terus pura pura pingsan agar di tolong Bara dkk." Lanjut nya acuh.

Ivana menggeleng tidak percaya, "Ga mungkin Amira begitu." Bantah nya.

Gissel kesal dengan mama nya yang tidak percaya, apa Amira terlalu baik sampai sampai sangat mama membelanya sedemikian rupa.

Tecna menggeram kesal, dia membuka ponsel dan menunjukkan video yang ia rekam di gudang kemarin kepada papa mama nya.

"Ini lihat sendiri kalau ga percaya."

Adam dan Ivana segera melihat video yang ditujukan Tecna, dapat mereka lihat kelakuan Amira yang menampar diri nya sendiri, mengacak rambut, dan terakhir merebahkan diri nya seakan akan  pingsan.

Tentu mereka terkejut tak percaya, orang yang mereka kira polos, lembut dan baik melakukan hal yang menjijikkan seperti itu.

Jika karena bukan video ini mereka akan mengira Gissel benar benar membully Amira, melihat kondisi yang cukup mengenaskan dengan akting tergeletak tak berdaya di lantai gudang.

"Sudah lihat kan?" Kata Tecna kembali mengambil ponsel nya.

"Seharusnya papa sama mama itu tau dong sifat asli dia kayak gimana, karena kalian lebih berpengalaman menilai orang mengingat kalian sudah sering berbisnis."

"Tidak sekali dua kali kalian pasti menemukan orang orang yang munafik,bermuka dua dan penjilat demi kepentingan mereka sendiri." Ucap nya datar yang hanya melihat kedua orang tua nya diam.

Adam dan Ivana tak bisa membantah apa yang di ucapkan Tecna, karena memang benar mereka sudah sering melihat orang orang menjijikkan seperti itu saat mereka sudah masuk dunia pembisnis.

"Dan Amira tidak ada beda nya dengan orang orang seperti itu," dia melirik Gissel yang menundukkan kepalanya, "dengan bodoh nya kalian lebih percaya dengan orang menjijikkan seperti itu di banding kan anak kandung kalian sendiri." Lanjut nya kejam.

Mereka tertohok mendengar perkataan Tecna termasuk Erick sendiri yang sudah melihat sendiri drama yang dimainkan Amira, mengingat bagaimana dia menangis seakan akan menjadi korban bully. Padahal dia sendiri yang sudah melakukan nya membuat Erick merasa mual tiba tiba.

Adam dan Ivana melihat ke arah Gissel yang masih menundukkan kepala nya, membuat perasaan bersalah mereka semakin besar.

"Ini..." Adam tak bisa melanjutkan ucapan nya, dia tidak bisa berkata kata.

"Sudah lah, kali ini aku masih mentolerir kebodohan kalian." Kata Tecna tidak peduli sopan santun kepada orang tua nya, "kedepannya jika kalian mempercayai nya, aku bahkan tidak akan memandang kalian lagi sebagai keluarga ku." Lanjut Tecna menatap dingin kedua orang tua nya.

Dia menggenggam dan mengelus pelan tangan Gissel seakan akan mengatakan semua akan baik baik saja.

Gissel membalas menggenggam erat  Tecna dan tersenyum kecil.

"Ayok ke kamar, besok kita masih sekolah." Ajak Tecna pada Gissel dan di iyakan oleh nya.

"Kami pergi dulu ya, Pa, Ma." Katanya pada kedua orang tua nya yang masih saja diam.

Tanpa menunggu jawaban, Tecna membawa Gissel keatas untuk tidur di kamar mereka masing masing.

.

.

.

.

"Ini botol nya, non." Ucap bi Inah pada Tecna.

Tecna yang duduk di meja sembari memainkan ponsel nya pun berhenti.

"Makasih bi." Katanya sambil memasukkan botolnya dan Gissel ke dalam tas.

Ini masih pagi sekali, Tecna sengaja, dia tidak ingin makan dengan keluarga nya. Dia mengajak Gissel untuk makan di dapur, sekalian menunggu bekal mereka.

Bi Inah kembali melanjutkan masakan nya untuk sarapan keluarga Warren yang lain. Tecna menatap Gissel yang baru saja menghabiskan makanan nya.

"Berangkat sekarang?" Tanya nya pada sang kembaran.

Gissel mengangguk, dia tidak mengerjakan PR nya semalam jadi dia mau mengerjakan nya di sekolah.

Mereka pun bangkit dan meninggalkan dapur setelah pamit pada bi Inah.

Saat mereka melewati meja makan, di sana sudah ada orang tua nya dan Erick.

"Loh, kalian ga sarapan?" Tanya sang mama.

"Udah tadi di dapur sama bi Inah" kata Tecna datar.

"Kenapa ga di sini?" Kata Adam menatap putri nya.

"Malas." Kata Tecna singkat dan kembali menarik tangan Gissel yang hanya diam saja memperhatikan percakapan Tecna dan orang tua nya.

"Kami pergi."

Ivana hanya bisa membisu melihat kepergian kedua putri kembar nya itu. Dia merasa sedih, semakin lama hubungan nya dengan sang anak semakin renggang.

Ivana menghela nafas pelan dan mengangguk, Erick diam diam menatap kepergian adik adiknya. Terkadang Erick merasa asing.

Dia ingin dekat dengan adik nya layak nya persaudaraan yang normal. Namun entah kenapa dia merasa ada tembok tinggi yang menghalalkan mereka, dan dia tidak suka itu.

...

"Kenapa kamu ngerjain PR nya di sekolah sih?" Tanya Tecna pada Gissel.

Saat ini mereka berdua sedang berada di kelas Gissel, iya Tecna mengikuti adik nya. Dia sudah menaruh tas nya di kelas tadi, lagian kelas mereka bersebelahan.

Gissel memberi cengiran sebagai balasan. Tecna mendengus, "jangan bilang maraton drama lagi." Kata Tecna menatap adik nya datar.

"Kamu kan tau." Jawab Gissel, tangan nya sibuk menulis buku.

"Kurangi ya. Boleh nonton tapi jangan sampai begini, ga baik juga untuk kesehatan mu." Tecna menceramahi Gissel dengan lembut.

Gissel mengangguk kan kepala nya patuh, mungkin orang lain akan protes tentang nilainya yang akan menurun kalau sibuk maraton drama.

Tentu saja itu berbeda dengan Tecna, kakak kembar nya ini lebih mementingkan kesehatan nya dari pada nilai.

Dia bahkan tidak menuntut nilai nya harus sempurna dan tidak mempermalukan keluarga, sangat berbeda dengan Erick yang selalu menghina nya jika nilai nya tidak bagus.

Gissel juga terkadang sedih, kenapa dia tidak bisa dekat dengan abang nya seperti saudara di luar sana yang sangat dekat dengan kakak laki laki mereka. Tidak dengan nya, dia berbeda.

Mungkin dulu dia akan berusaha dekat dengan Erick, tapi sekarang.

Dia menatap Tecna yang sedang memainkan ponsel nya.

Sekarang sudah ada Tecna , kembaran nya.

Dia tidak memerlukan Erick, bahkan dia sudah tidak memerlukan keluarga nya. Selama ada Tecna dia merasa semua akan baik baik saja.

Gissel tersenyum kecil, kemudian dia kembali melanjutkan kegiatan nya. Mengerjakan PR di sekolah, miris.

Waktu berlalu, kelas semakin lama di isi oleh para murid. Beberapa dari mereka  melirik lirik pada Tecna yang ada di samping Gissel, cukup heran untuk apa dia disini. Tapi apa peduli nya? Jelas tidak ada.

Gissel sudah selesai menulis kan PR nya. Dia menoleh kearah samping, "Ga balik?" Katanya pada Tecna.

Tecna melihat jam di pergelangan tangan nya dan mengangguk, "Ni, mau balik." Katanya bangkit dari kursi yang ia duduki.

"Istirahat nanti aku jemput."

Gissel mengiyakan, tangan nya melambai pada Tecna yang berjalan keluar kelas.

...

"Nanti kalo udah di isi formulir nya, jangan lupa kasi saya balik ya." Ucap seorang murid perempuan berambut pendek dengan bando di kepala nya, Rose namanya.

"Disini juga kan?" Tanya Tecna.

"Iya, Nanti kamu ke sini aja. Kalau bisa jam istirahat kamu bisa kasih formulir nya, biar kamu bisa masuk ekskul besok."  Jawab Rose, dia salah satu anggota OSIS sekolah.

Saat jam pelajaran di mulai tadi, ternyata kelas nya tidak ada guru lebih tepatnya jamkos. Kebetulan Rose dan temannya anggota OSIS yang lain datang ke kelas nya untuk menanyakan dia ikut ekskul apa.

Mengikuti ekskul wajib di SMA KENTALA. kecuali saat sudah kelas akhir nanti maka sudah harus berhenti mengikuti ekskul, agar fokus dengan ujian kelulusan.

Tecna di ajak pergi ke ruang OSIS oleh Rose dan temannya tadi, Rangga namanya. Si pemuda berkaca mata dan cukup pendiam, pikir Tecna.

Setelah berbincang bincang sebentar, Tecna pergi  meninggalkan ruang OSIS.

Di jalan menuju kelas dia tidak sengaja bertemu dengan Bara, pemuda itu juga baru keluar dari sebelah ruang OSIS yang seperti tempat ekskul basket sekolah.

Mata mereka bertemu bertatapan persekian detik, Tecna memalingkan wajahnya. Dia pergi begitu saja, tidak memperdulikan tatapan Bara yang seperti ingin mengajak nya bicara.

Tecna Berpikir belum saat nya dia membuat banyak kontak pada Bara, masih terlalu awal.

Banyak rencana yang sudah tersusun di kepalanya, semua akan dengan perlahan dia lakukan.

Tecna sudah sampai di kelas nya, dia melihat kedua teman nya sedang sibuk bergosip ria.Oh tentu dengan Dimas yang masih setia tidur di meja nya.

Tecna sedikit heran dengan pemuda itu, sudah seminggu lebih dia bersekolah di sini tapi yang ia lihat pemuda itu selalu saja tidur di kelas. Dia penasaran namun itu bukan urusan nya.

"Kalian bicarain apa?" Kata Tecna saat sudah duduk di kursi nya.

...






Continue Reading

You'll Also Like

247K 19.1K 35
freya harus rela bahwa dirinya memasuki tubuh seorang gadis macho bernama 'VICTORIA ALGHAVERO' Gadis Macho dengan perawakan laki dan satu-satunya an...
35.9K 2.6K 12
Grecia merupakan gadis pendiam yang tidak banyak bicara. grecia gadis genius, tapi sayang kegeniusan nya sama sekali tidak berarti untuk kehidupan ny...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

311K 16.4K 30
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
29.5K 2.1K 27
Transmigrasi karena jatoh dari gerbang sekolah?! Yang benar saja! Dunia memang sudah gila. Bertransmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bermarga Laudh...