2891 mdpl

Von SimfoniHitam_

23.5K 1.3K 1K

(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) (JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DI DALAMNYA) ‼️DI LARANG PLAGIAT‼️ "Semesta, aku mem... Mehr

PROLOG
BAB 1- DIA, ADANANTA TENGGARA
BAB 2 - PENGHUNI DI DALAM CERITA
BAB 3 - APAKAH INI CEMBURU SEORANG SAHABAT?
BAB 4 - HARI YANG MENYENANGKAN
BAB 5 - SOSOK ABANG YANG KEREN
BAB 6 - TONGKRONGAN COMPANY
BAB 7 - CERITA MALAM DI DERMAGA
BAB 8 - KELAS MUSIK DI HARI YANG CERAH
BAB 9 - HUJAN YANG MENGGUYUR KOTA BUMI
BAB 10 - KISAH YANG AKAN TETAP TINGGAL
BAB 11 - CERITA TENTANG KEMARIN
BAB 12 - RASA KHAWATIR
BAB 13 - TIDAK ADA TUNTUTAN DALAM PERSAHABATAN
BAB 14 - DOA YANG SELALU DI SEMOGAKAN
BAB 15 - SAJAK INDAH BERSAMA PEMANDANGAN INDAH
Bab 16 - MENGENAL SOSOK ADANANTA
BAB 17 - PERSIAPAN MENJELAJAH BERSAMA ICOM
BAB 18 - BAHAGIA YANG MENJADI ANGAN-ANGAN
BAB 19 - BERPETUALANG BERSAMA IBUFAMS
BAB 20 - PULANG DENGAN HADIAH YANG MENGESANKAN
BAB 22 - HARI BESAR ICOM
BAB 23 - HARAPAN SEORANG ADANANTA
BAB 24 - PERIHAL KEHILANGAN
BAB 25 - CERITA YANG BARU SAJA DI MULAI
BAB 26 - PENENANG SEBUAH RASA
Bukan Update
BAB 27 - TEMPAT TERNYAMAN TIDAK HARUS BERBENTUK RUMAH

BAB 21 - ROOFTOP GEDUNG TINGGI

318 22 6
Von SimfoniHitam_

Jangan lupa vote nya terlebih dahulu

Jangan jadi Sider!!

SEMOGA SUKA, AAMIIN

SELAMAT MEMBACA ❤️

***

Hari libur biasanya banyak di gunakan oleh orang-orang untuk mengistirahatkan diri dari aktivitas yang melelahkan di hari-hari produktif mereka, dengan bersantai, bahkan menghabiskan waktunya untuk berkumpul dengan keluarga tersayang. Sama seperti yang dilakukan oleh seorang Adananta. Cowok itu menuruni anak tangga dengan gelas yang ia bawa dari kamarnya.

“Abang udah pulang?” tanya Mama yang baru saja keluar dari arah dapur.

Adan menaruh gelas di tangannya begitu saja di atas meja, “Iya, Ma”

Bagaimana bisa? Pikir sang Mama yang tidak mengetahui kepulangan anaknya ini.

“Jam berapa? Kok Mama nggak denger Abang pulang?” tanya Diana penasaran.

“Sekitar jam sebelas malam, Ma. Mungkin Mama sama Papa udah tidur jadi nggak tau kalo Adan udah pulang. Lagipula Adan, 'kan ada kunci cadangan, Ma”

Diana seperti mengingat sesuatu, "Iya, ya. Mama lupa kalo kita ada kunci serep" ujar Diana mengangguk.

“Abang mandi, gih! Mama mau bangunin dua anak gadis Mama dulu” ucap Diana ingin melangkahkan kakinya ke kamar si kembar.

“Nggak usah, Ma.” ujar Adan membuat Diana yang tadinya ingin melangkahkan kakinya kearah kamar Asa dan Ava.

“Kenapa?”

“Asa sama Ava tidur di kamar Adan” jawab cowok itu menatap sang Mama yang penasaran.

Diana terdiam beberapa detik. Melihat Mama nya yang terdiam, Adan kembali bersuara, “Tadi malam pas Adan pulang, Asa sama Ava udah ada di kamar Abang. Terus nggak tahu kenapa, mereka mau tidur sama Adan” jelas Adananta

Diana bergeming sebentar, kemudian mengatakan, “Asa sama Ava kangen banget kayaknya sama kamu, Bang” ucap Diana duduk di sofa tak jauh dari Adan.

Adan terkekeh, “Aku ngangenin banget, ya, Ma? Buktinya banyak yang nggak betah jauh-jauh dari Adan” Adan terkekeh ketika mengutarakan hal tersebut.

Diana tersenyum, “Kamu tuh percaya dirinya nggak ketulungan, ya, Bang?”

“Percaya diri banget emang dia, Ma” ejek Laskar yang tiba-tiba muncul.

Adan menoleh kearah Laskar dengan wajah yang tak bersahabat, “Lo mau gue timpuk pakek gelas ini, Las?” ucap Adan yang sudah ancang-ancang mengambil gelas yang ia bawa dari kamarnya tadi.

“Santai. Jangan galak-galak banget, ini masih pagi” ujar Laskar santai.

“Udah. Ini masing pagi, jangan berantem” Mama menghentikan perdebatan kedua anaknya.

“Kita nggak berantem kok, Ma. Cuma berselisih aja. Iya, ‘kan, Bang?” Laskar memainkan kedua alisnya ketika menatap Adananta

Adan tidak menanggapi ucapan Laskar, dan tidak berniat untuk membalasnya juga. Laskar yang merasa di kacangi pun menyipitkan kedua matanya, “Songong banget sih Abang gue” batin laki-laki itu.

“Yaudah, Adan mau mandi dulu, ya, Ma” pamit Adan beranjak dari tempatnya.

Mama mengangguk, “Abang libur, ‘kan, hari ini?” tanyanya

“Adan mau ke kampus, Ma. Ada persiapan untuk acara pameran antar universitas beberapa hari lagi. Dan kali ini tuan rumahnya di kampus Adan.”

“Gue tau. Gue sama temen-temen gue juga sedang mempersiapkan itu di fakultas gue” timpal Laskar

“Bagus!”

“Kamu baru pulang, loh. Nggak mau istirahat dulu?”

“Enggak, Ma”

“Lo nggak capek, Bang?” tanya Laskar. Cowok itu kadang kasihan melihat kakaknya yang sangat sibuk dalam beberapa bulan ini.

“Enggak. Gue malahan seneng dengan kegiatan yang gue kerjakan ini” jawab Adan

“Terus lo capeknya kapan?”

Adan berpura-pura berpikir, “Nanti setelah gue mendaki sekali lagi. Baru gue akan capek” ucap Adan tertawa

“Mau mendaki dimana, Bang? Gue boleh ikut nggak?” ucap Laskar antusias

“Lo nggak boleh ikut!” tekan Adan

Laskar langsung merubah wajahnya dengan cemberut, “Pelit banget. Gue, ‘kan, juga pengen ngerasain hiking

“Nanti”

“Nanti, nya kapan?”

“Ya…Kapan-kapan” ucap Adan tertawa

Laskar menatap Adan dengan tatapan kesalnya. “Jaga kesehatan! Gue nggak mau lo kayak kemaren” ucap Laskar yang sejujurnya masih kesal dengan kakaknya ini.

Entah sadar atau tidak ketika Laskar mengatakan hal itu. Adan langsung tersenyum kemudian memberikan usapan di kepala Laskar. Usapan seorang kakak yang menyayangi adiknya, kemudian berjalan meninggalkan Mama dan Laskar dengan senyum yang tak dapat di bendung.

***

Dengan style yang selalu keren, Adan memasuki parkiran kampusnya tak lupa dengan gitar dan slayer merah yang sudah terikat di kepalanya. Cowok itu turun dari motor sport merah kesayangannya, merapikan kemejanya yang sedikit berantakan karena di terpa angin di perjaanan tadi.

“Adan”

Panggil perempuan yang sering menganggu ketenangannya di kampus ini, laki-laki itu hanya menoleh menatap perempuan yang memanggilnya itu. Tidak memberikan reaksi yang antusias tentunya.

“Kenapa?”

“Lo ada kelas?” tanya Mona yang sudah senyum-senyum sedari ia melihat Adananta di parkiran tadi.
Adananta menggeleng

“Terus lo ke kampus ngapain?”

“Ada urusan” jawab Adan

“Woi Kapten! Mending kita cepet-cepet masuk. Nanti bakal lama persiapannya kalo lo terlalu lama disini” ucapan yang ingin dilontarkan Mona langsung terhenti ketika suara Reven yang tiba-tiba datang langsung merangkul Adan.

Adan menghela nafasnya lega, “Gue duluan, ya, Mon” pamit Adan yang ingin cepat-cepat beranjak dari perempuan di hadapannya ini. Sedangkan Reven pura-pura tidak melihat keberadaan Mona di dekatnya.

Mona yang seperti tidak di anggap pun mengepalkan kedua tangannya, “Awas aja, ya kalian. Gue bakal bales semuanya” batin Mona

Diperjalanan menuju ruang kelas, mereka berdua melewati koridor yang sudah sangat ramai.

Thanks, ya, bro” ucap Adan berjalan beriringan dengan Reven, “Untung lo cepat datang. Gue nggak tau bakal jadi apa kalo gue lama-lama di dekat Mona.”

Reven terkekeh sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan perempuan itu. Reven sangat tau seorang Adananta memang benar-benar susah untuk di dekati, pantas saja masih jomblo sampai sekarang.

“Iya, sama-sama.” ucap Reven “Emang lo nggak mau membuka hati lo buat si Mona, Dan? Dia udah berusaha banget buat deketin lo” sambung laki-laki itu sedikit bercanda.

“Gue nggak mau! Fokus gue cuma untuk ke depan. Gue belum mau mikirin hal itu, masih banyak hal yang mau gue capai”

Reven menoleh sebentar kearah Adan lalu kembali menatap jalan di depannya, “Emang ke depannya lo mau mencapai pada titik apa, Dan?”

Adan berpikir sejenak, “Hmmm…nggak banyak. Gue cuma mau punya umur yang panjang”

“Hanya itu?” pikir Reven tak percaya
“Kenapa?” tanya Reven yang tadinya terdiam sejenak.

“Ya kalo gue nggak banyak umur, gue nggak bisa mencapai semuanya dong? Lo gimana sih?!!”

Reven menghela nafasnya pelan, “Maksud gue, selain itu, Adananta?” tekan Reven saat menyebutkan nama Adananta.

“Gue nggak mau berangan-angan, takut nanti kecewanya banyak. Selain kecewa, gue takut semuanya nggak sesuai keinginan gue” ucap Adan
“Tapi gue cuma mau memberikan kebahagiaan untuk keluarga gue, orang-orang terdekat dan tersayang gue” sambungnya.

“Lo nggak mau jadi hakim, Dan?”

“Mau lah!” jawab Adan cepat, “Gila aja gue nggak mau” Adan terkekeh.

“Berarti lo harus dapet gelar itu untuk dapetin semua itu”

Adan mengangguk, “Doain gue”

Reven merangkul Adananta yang berjalan sejajar dengannya sejak tadi, “Gue pasti akan mendoakan sahabat gue ini”

Diperjalanan menuju persiapan untuk acara pameran antar beberapa universitas di kota ini, kedua laki-laki dengan langkah besarnya melangkahkan kaki mereka setelah membuat cerita pencapaian yang entah nantinya akan menghampiri atau tidak. Tapi yang jelas mereka sedang mengusahakan hal itu. Do’akan saja.

***

Segini aja dulu!

Semoga suka

Jangan lupa vote dan komen banyak2, Men!!

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

88K 13.6K 39
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...
774 449 12
Perjalanan seorang anak kecil yang tak disangka-sangka. Dengan penuh kemisteriusan, ia menempuh alur dan berusaha menemukan jawaban yang belum terung...
681K 88.6K 200
Novel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG...
187K 12.4K 42
Dengan waktu 2 tahun lamanya (namakamu) harus berusaha melupakan cinta nya, namun setelah ia sudah siap untuk MOVE ON pria itu datang kembali dalam k...