EAST: TAG! YOU'RE MINE

Від Mew_Nu

8.7K 582 87

Ini adalah terjemahan resmi dari novel dengan judul yang sama karya howl_sairy. Universe "เซ็ตพี่หมอ" akan me... Більше

PERMISSION
SINOPSIS
INTRO
Prolog
Chapter 1 : Cocoa & Chocolate Cake
Chapter 2 : When We Meet Again
Chapter 3: In Front of Me [1]
Chapter 3: In Front Of Me [2]
Chapter 4: Always
Chapter 5 : Tunnel of Candle Light
Chapter 6 : Owner of the watch
Chapter 7 : Through a lens
Chapter 8 : Not Fair
Chapter 10: Something in your eyes
Chapter 11: Christmas
Chapter 12: You're Mine

Chapter 9: Question & Answer

556 40 10
Від Mew_Nu


Tarikan lembut orang yang lebih tinggi di pergelangan tanganku membuatku mengikuti tanpa daya. Aku mencoba melepaskan tanganku tapi tidak berhasil. Phi Hill tidak berkata apa-apa setelah kami keluar dari sana. Terdengar suara berisik orang-orang di sekitar. Aku harap tidak ada yang memperhatikan kami. Jika ada yang melihatnya, itu buruk. Jelas sekali Phi Hill berjalan dan memegang tanganku.

Hoiiii...!!!!

Teriakan di hati Ter tidak ada seorang pun bisa mendengarnya...

Kerumunan menjadi tenang setelah mendengar Phi Nab Dao mengumumkan kepada seluruh bulan dan bintang untuk kembali berbaris. Tapi itu sepertinya tidak berpengaruh sama sekali pada orang di depanku karena Phi Hill terus membawaku keluar dari area aktivitas.

Hoiii, kenapa tanganmu lengket sekali? Aku tidak bisa melepaskannya sama sekali.

"Kemana kau akan membawaku?" Tanyaku sambil berusaha melepaskan tangan, tapi Phi Hill memegang tangannya lebih erat dari sebelumnya.

Pihak lain tidak menjawab apapun hingga mencapai sisi ujung area aktivitas yang terdapat deretan ruang penyimpanan berbagai peralatan kerja. Ini bukan seperti sebuah tempat yang sama sekali kosong, tapi karena saat ini sedang libur, sepertinya tidak banyak orang yang lalu lalang.

Hill berhenti berjalan tapi tetap tidak melepaskan tanganku. Aku dengan paksa menarik tanganku kembali.

"Lepaskan!" kataku dengan sedikit nada tidak senang dalam suaraku sambil terus.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi." Hill menoleh untuk menatapku. Pemandangan orang di depanku menghentikanku.

Aku tidak mungkin salah lihat, kan? Dalam sekejap mata, aku melihat ketajaman di mata itu, sebelum kembali dipenuhi kehangatan seperti biasanya

"..." Aku tidak bisa berkata apa-apa.

Phi Hill mengangkat tangannya yang lain dan dengan lembut menyentuh pipiku.

Kenapa aku merasa....

Sepertinya ada sesuatu yang meluap.

"Aku tidak bisa membiarkan orang yang menangis karenaku pergi ke manapun." Sebuah tangan hangat terangkat dan menghapus air mata yang mengalir di pipiku dengan lembut

Apa aku.. menangis karenamu?

"Aku tidak menangis!" Aku menepis tangan orang itu dan menyeka air mataku kuat-kuat.

"Jangan menggosok matamu," Hill memegang tanganku yang lain.

"Lepaskan..hiks." Aku benci mata yang penuh kekhawatiran itu.

Tiba-tiba, air mata mengalir entah dari mana. Aku menangis, aku masih tidak tahu kenapa... Aku mulai terisak-isak hingga aku tidak bisa bernapas. Sepertinya seluruh kesabaranku telah hancur.

"Hiks....sial." Aku membiarkan semua yang tadinya kutahan, mengalir keluar dengan air mata. Aku bahkan tidak tahu lagi...

Phi Hill melepaskan kedua tangannya, sebelum menarikku kedalam pelukannya

"Lepaskan...lepaskan!" teriakku sambil terisak dan memukul-mukul dada kekarnya sekuat tenaga. Aku tahu dia merasakan sakit karena pukulanku, tapi dia tetap tidak mau melepaskan pelukannya, bahkan memelukku lebih erat lagi.

"Tolong... hiks, lepaskan." Aku meremas dan menarik kemeja berwarna putih cerah itu. "Aku membencimu..hiks, aku membencimu, apa kau dengar itu!" Aku bahkan tidak tahu apa yang ku katakan. Aku tidak ingin melihat diriku sendiri saat ini.

"Ya..aku tahu..." sebuah suara lembut keluar dengan lembut, bagaikan air yang masuk untuk memadamkan api yang menjalar di seluruh hatiku. Tangannya menepuk pundakku maju mundur untuk menghibur. "Tarik napas dalam-dalam," bisik Phi Hill di telingaku, sambil menggunakan ibu jarinya untuk mengusap lembut pipiku dan menghapus air mata lagi.

Aku masih terisak dan melemparkan diri ku ke pelukan itu untuk beberapa saat. Jika tidak ada Hill yang mendukungku, aku mungkin akan ambruk sendirian.

Tapi, bagaimana mungkin aku tidak sengaja menangis sebanyak ini di hadapannya?

Padahal, dulu aku menangis sendirian sepanjang waktu...

Aku mencoba yang terbaik untuk mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri dan membawa diriku kembali ke kesadaran

"Mata merahnya hilang." Phi Hill tersenyum sayang dan mengendurkan pelukannya. Perlahan, aku menarik diri. "Apa kau sudah baik-baik saja?"

"Entahlah," Aku berusaha agar terdengar kesal untuk menghilangkan rasa maluku.

"Baiklah, kalau begitu... menurutku mungkin ini waktunya untuk bicara."

"Apa yang kau bicarakan?"

"Tentang apa yang membuatmu menangis."

"Tidak, aku menangis." Aku cemberut, wow, itu sangat memalukan.

"Tapi bajuku basah dan kusut," Phi Hill menunjuk dirinya sendiri. Menunjukkan baju siswanya yang sebelumnya masih baik-baik saja, namun kini semuanya ternoda oleh air mata dan kerutan akibat remasan tanganku.

"...Aku minta maaf." Aku berkata dengan nada penyesalan karena merasa bersalah.

"Tidak apa-apa." Phi Hill berjalan mendekat dan duduk di kursi marmer di dekatnya. "Ayo duduk di sini."

Aku tidak mengatakan apa-apa sebelum berjalan dan duduk di sampingnya dengan mudah. Yah, aku mungkin akan membiarkannya seperti itu.

Aku tidak akan menjadi gila dan lari darinya saat ini.

"Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana," Phi Hill membuat ekspresi serius. Tapi tatapan matanya saat mengatakan itu mmebuat hatiku bergetar.

Phi Hill... membuatku takut.

"Aku ingin memulai dari awal... tapi terkadang kita tidak bisa menghindari masa lalu."

"..."

"Karena lukanya dalam." Mata sedih itu membuatku ingin menangis. Datang lagi, aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya....

Tanganku mulai berkeringat lagi. Aku mengatupkan bibirku erat-erat untuk menahan sedikit gemetaran ku.

Aku tidak berani menatap mata sedih orang di sebelahku lagi. Itu membuatku merasa panas di sekitar mataku.

Phi Hill menghela nafas pelan, seolah mempersiapkan dirinya secara mental untuk mengatakan sesuatu yang selama ini dia tekan di dalam hati. Aku menunggu untuk mendengar kata-kata itu, tapi hatiku juga gemetar...

Aku juga... takut akan hal yang sama.

Aku khawatir apa yang dia katakan akan membuat banyak perubahan. Bahkan jika apa yang aku selalu pikir itu benar atau salah. Tapi, kebenaran apa yang akan berubah di antara kita?

Atau sesuatu yang mungkin seharusnya tidak aku ketahui? Jika itu adalah sesuatu yang akan menyakitiku lebih dari sebelumnya haruskah diam disini dan mendengarkan?

Bukannya aku tidak ingin tahu apa pun. Aku juga ingin tahu. Aku ingin mendengarnya dari mulutnya. Dan aku ingin melihat seberapa besar aku bisa mempercayai kebenaran itu...?

"Sebenarnya, semuanya dimulai lima tahun lalu." Sebuah suara lembut dan dalam akhirnya keluar, sementara aku berpikir dan bingung sendiri.

"Tunggu..." Aku tidak tahu apa aku bisa menerima semua itu..

"Ya?"

"Aku... izinkan aku bertanya dulu."

"...Ya?"

"Apa yang akan kau ceritakan...apa tidak apa-apa dikatakan padaku?"

"Hmm.. Seharusnya tidak apa-apa."

"Apa kau akan mengatakan yang sejujurnya?"

"Tentu saja.. atau apa kau tidak mau mendengarkan?"

"Entahlah. Menurutku bukan sekarang...mungkin," kataku ragu-ragu. Hatiku ingin tahu, tapi otakku mengeluarkan sinyal peringatan tentang bahaya.

"Jangan sekarang? Tidak apa-apa. Aku akan memberitahumu nanti." Hill tersenyum, sebelum menjangkau kepalaku dan membelainya dengan lembut.

"Hah...eh?"

"Itu tergantung pada mu, aku akan sangat menghargai pilihanmu, selama kau tenang." Phi Hill mengangkat tangan yang membelai kepalaku. "Tapi, saat ini kita harus bicara sedikit. Tidak baik membiarkannya seperti ini."

"Emmhh... tapi apa yang kau bicarakan?"

"Jika kau belum siap untuk mendengarkan cerita keseluruhannya, apa ada yang ingin kau tanyakan kepadaku?" Phi Hill bertanya seolah-olah dia tahu kalau ada sesuatu yang belum terselesaikan di hatiku, jadi dia memberiku kesempatan untuk menjadi orang yang bertanya. Itu benar. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan.

"Kalau begitu... jangan ceritakan semuanya padaku. Cukup untuk membuatku mengerti, tapi tidak harus semuanya." Ulangku, karena aku khawatir akan ada bagian buruk yang membawa kesedihan.

"Hahaha," Phi Hill tertawa kecil mendengar kata-kataku. Lalu dia mengangkat tangannya ke dagunya dan menatapku.

"Kamu sangat menggemaskan. Bagaimana bisa bercerita agar kau cukup untuk memahaminya, tapi aku tidak boleh menceritakan semuanya."

"Yah...hanya setengah. Ceritakan bagian yang bagus saja."

"Dan bagaimana dengan sisanya?"

"..." Aku mengerutkan kening dan berpikir sejenak. "Aku ingin tahu nanti," aku memutuskan, karena masa depan adalah hal yang terpenting.

"Baiklah. Pokoknya, aku akan menjawab semua pertanyaanmu. " Wajah tampannya dipenuhi bekas luka, dibalik senyuman lembut dengan mata lembut yang selalu aku lihat. Heemmhh... Aku benar-benar tidak bahagia melihatnya.

"Jadi berapa persentase yang bisa ku percaya?"

"Seratus."

"Benarkah? Dan bagaimana aku tahu?"

"Akan kubuktikan padamu." Dan nada tegas itu, membuatku berhenti meragukan Hill. Percaya atau tidak, aku akan memutuskannya nanti. Dia mengijinkan aku bertanya dulu... Jadi aku harus memilih pertanyaan yang bagus.

"Jadi pertanyaan pertama...Phi Thanmind..." Aku memutuskan untuk menyebutkan nama orang yang menggangguku saat ini. Sulit bagi Phi Hill untuk mengatakan apa hubungannya dengan Phi Mind, karena Phi Mind begitu jelas dan nyata memperlihatkan perasaannya.

"Kenapa?" ​​Phi Hill bertanya dengan ekspresi bertanya-tanya. Dia mungkin mengerti, tapi dia pura-pura tidak tahu.

"Siapa dia untukmu?"

"Mantan pacar temanku."

"Bukankah kalian berteman?"

"Tidak," Phi Hill menggelengkan kepalanya ringan. "Dia bukan teman"

"....Jadi, apa yang kau pikirkan tentangnya?"

"Dia menjengkelkan." Phi Hill menatapnya dengan mata tanpa ekspresi... Apa dia mengatakan menjengkelkan? Oh, itu sangat kejam. Jika dia sampai mendengar ini, dia akan sedih dan mati. TApi sepertinya dia tidak peduli tentang apapun. "Tapi aku harus menghormatinya karena dia perempuan."

Padahal Phi Mind sangat menyukai Phi Hill. Hmm...kalau begitu izinkan aku mengubah pertanyaannya.

"Bagaimana dengan Chris?" Aku memutuskan untuk bertanya padanya. Karena aku melihat Hill dan Chris, mereka dulu saling menyukai.

"Aku menganggapnya Nong-ku."

"Oh... kupikir kalian saling menyukai."

"Hanya Phi-Nong," Phi Hill tersenyum, "Karena kau tidak mengizinkan aku menceritakan semuanya kepadamu, kalau begitu aku tidak akan membicarakan ini lebih lanjut." Oh...sial, aku mulai ingin tahu. Tapi ketika aku memikirkannya. Ini sebenarnya tentang ku.

Jadi... apakah aku harus bertanya tentangku?

"Aku...""

"Hah? Kenapa?" Phi Hill menunjukkan senyuman lebar. Matanya seolah bersinar.

"Bagaimana denganku...?" kataku dengan suara pelan, seperti sebuah bisikan. Oh, aku tidak berani bertanya. Hah?

"Apa kau ingin aku memberitahumu?" Pria jangkung itu berkata. Suara lembut itu mengandung sedikit kenakalan.

"Ngh... Kalau begitu, aku tidak menginginkannya. Aku tidak menginginkannya. Aku tidak tahu. Aku rubah pertanyaannya. " Aku tanpa sengaja melambaikan tanganku ke depan dan ke belakang dalam upaya untuk mengoreksi, untuk melupakan apa yang baru saja ku katakan.

Apa salahnya bertanya langsung seperti itu? Ini tidak seperti menanyakan apa dia menyukaiku atau semacamnya....

Dan jawabannya tidak keluar dengan baik, apa yang harus aku lakukan? T^T

"Tapi aku hanya dapat menceritakan sebagian saja. Kau mau mendengarnya."

"Hah? Apa itu?" Aku menjadi tertarik dengan masalah yang ingin dibicarakannya. Setidaknya jika ini bisa menghilangkan beberapa keraguan aku tentang masalah saat ini.

"Misalnya... tentang soal aku yang meminta untuk menggodamu."

"!!!"'

Haaaah??? Tanpa sengaja, aku menarik napas dalam-dalam. Ketika mendengar kata 'menggoda', Ya... ini lah yang ingin kutanyakan.

"..."

"Aku menyadari bahwa aku memang harus mengatakan hal ini. Jadi kau tidak perlu menebak-nebak sendiri lagi."

"Jadi... dimana masalahnya?"

"Um.." Phi Hill mengeluarkan suara panjang di tenggorokannya. Sambil membuat ekspresi pikiran yang menggoda, "Itu dia. Bukankah sudah jelas."

"Apanya yang jelas? Tolong jelaskan. Kenapa kau mau mengejarku?"

"Yah, saat mau melakukannya pada seseorang, hanya ada satu alasannya, kan?" Hill memiringkan kepalanya sambil menyipitkan mata.

Hei, satu-satunya alasan adalah 'suka' kan? Bagaimana bisa dia menyukaiku? Kapan dia mulai menyukai ku? Dan kenapa dia tiba-tiba memberitahuku?

"Jadi, apa kau benar-benar akan mengejarku?" Aku masih bertanya-tanya.

"Benar." Sosok jangkung itu tersenyum tulus.

"Alasannya adalah... karena itu, kan?" Aku menghindari mengucapkan kata itu. Memalukan. Siapa yang berani bertanya apakah dia menyukainya atau tidak? Hah.... yang jelas jantungku berdebar kencang dan tidak kunjung membaik. Getaran mulai kembali hebat sejak kami duduk untuk berbicara.

"Oh...kalau maksudmu 'suka'?"

"Ya."

Hei, kenapa kau mengatakan itu dengan wajah datar!!

"...Karena aku suka?! Ya, itu karena aku menyukaimu."

"Apa? Berhenti, berhenti bicara, sensor kata itu!!!!" Teriakku, disertai dengan menyeret suara yang panjang untuk dijadikan sensor suara, sementara Phi Hill tertawa kecil saat melihat reaksiku.

Apanya yang lucu!!

Tapi...

Phi Hill bilang dia menyukaiku. Dia bilang menyukaiku...!!

Wow!!

"Hahaha, oke, aku tidak akan mengatakan itu," kata Phi Hill dengan lembut sebelum mengulurkan tangan dan membelai kepalaku lagi. Tapi kali ini aku menghindarinya.

"Dilarang menyentuhku!" Aku cemberut, sedikit menundukkan wajahku. "Pembohong!!"

"Aku tidak bohong."

"Bohong!!!"

"Aku mengatakan yang sebenarnya."

"Jika kau tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, siapa yang akan percaya? Dulu, kau bahkan tidak mengatakan atau melakukan apapun." Aku mulai berteriak, rasanya air mata hangat mulai memenuhi mataku lagi.

"Aku mencoba memperjelas semuanya dari awal."

"..."

"Tapi kau... tidak pernah menyadarinya."

"...."

Sial, ini berbahaya. Detak jantung yang tidak normal terdeteksi... Jantungku ada kemungkinan berhenti mendadak!!!

"Ter..." Suara lembut Phi Hill membuatku serasa terbangun dari lamunanku.

Tadi itu benar-benar mengejutkan, seperti alat elektronik yang terkena air.

"Sejak... kapan?" Aku memaksakan suaraku keluar dari tenggorokanku untuk bertanya. Sekarang otakku hanya bisa memproses kata ini.

"Apa kau baru sadar? Kupikir aku harus memberikan CPR padamu." Hill berkata pada dirinya sendiri, lalu memberiku senyuman manis dan nakal.

"Hah, CPR apanya? Apa kau benar-benar belajar kedokteran? Bagaimana cerita orang yang melamun diberikan CPR?" Aku berteriak dan kembali ke tempat lain.

"Lima tahun."

"Hah?"

"Yah, jawaban dari pertanyaan tadi... sudah lima tahun aku menyukaimu, sampai sekarang," kata sosok jangkung itu.

Ha..oh tunggu, lima tahun?!

Aku menyisakan waktu bagi otak ku untuk memproses dan menghitung tanggal dan waktu lagi.

"Tunggu, lima tahun...apa kita sudah saling kenal saat itu?" Aku berbalik bertanya pada Phi Hill yang kini sedang berjalan dan pergi ke sisi lain meja marmer.

"Em...itu benar." Orang itu mengulurkan tangannya padaku, mengisyaratkan agar aku meraih tangannya dan bangkit.

"...Lima tahun. Saat itu, aku masih SMP. Kita kenal satu sama lain ketika di SMA, kan?" Aku berdiri dengan bingung dari kursiku tanpa memegang tangan Phi Hill.

"Iya." Phi Hill meraih tanganku dan menggenggamnya. "Kalau kuberitahu, itu akan lama. Lebih baik, itu dikesampingkan dulu."

"Tapi..tapi aku ingin tahu. Ada apa?" kataku sambil menepis tangannya.

"Kau yang mengatakan pada dirinya sendiri bahwa kau tidak ingin mengetahui segalanya," kata Phi Hill, "Setidaknya, harusnya itu sudah cukup untuk mu memahaminya. Sekarang, kau tahu kalau aku benar-benar ingin mengejarmu secara romantis." Pria jangkung itu tidak mau melepaskan tanganku seperti biasanya. Aku masih cemberut karena malu dengan kata-kata genit dokter itu.

Hei, aku ingin tahu. Aku ingin tahu.... Tapi lagi-lagi hatiku takut. T^T

"Ayo pergi. Semua orang akan mendapat masalah."

Benar.. dia harus berlatih dengan bintang dan bulan lainnya. Sedangkan aku, aku harus pergi mengambil gambar. Oh, aku lupa!!!

"Tapi kau tidak perlu memegang tanganku." keluhku, bahkan tanpa melihatnya.

"Apa salahnya?" kata pria jangkung itu, "Apa karena kau sudah memberikan LINE mu pada Near?"

"Apa...? Dia hanya memintaku untuk mengambil foto untuknya."

"Aku sendiri yang akan mengambil fotonya. Kau tidak perlu melakukannya." Dia menarik pergelangan tanganku dengan paksa.

Dia dengan lembut membiarkanku mengikutinya. Daripada bertanya-tanya, itu akan membuat ceritanya lebih jelas dari sebelumnya. Dimanapun aku berada, aku semakin bingung dari sebelumnya!

Lima tahun yang lalu... Oh, aku tidak ingat pernah mengenalnya sebelum SMA.

Kupikir, aku akan menyalahkannya lagi karena dia akan berjalan sambil menggandeng tanganku kembali ke area aktivitas, tapi Phi Hill malah membawa aku ke tempat parkir.

"Ayo kembali dulu. Terima kasih telah menggandeng tanganku dan mengantarku." Ujur Phi Hill, sambil tersenyum manis seperti biasanya. Hei, bukankah kau memaksakan untuk memegang tanganku dan mengikutimu?

"Kemana kau pergi?"

"Kembali ke kondominium. Mengganti bajuku." Phi Hill berbalik untuk menjawab setelah membuka kunci pintu mobil mewahnya sambil menarik bajunya untuk ditunjukkan padaku. Yah, itu memang seharusnya diganti. Semua kerutan, air mata dan ingus keluar dari hidungku. Erm...aku benar-benar merasa malu pada diriku sendiri.

"Aku ingin menggantinya, tapi tidak akan mencucinya."

"...Kau gila!! Itu kotor." Aku tidak bisa tidak mengatakan bahwa dia sangat kotor jika tidak mencucinya.

"Ini karena kau yang melakukannya."

"Cuci... itu kotor!"

"Hahaha, aku bercanda. Kalau begitu, sampai jumpa di area kegiatan." Phi Hill membuka pintu dan masuk ke dalam mobil sebelum duduk. "Atau kau bisa ikut ke kondominium bersamaku." Segera, dia menurunkan kaca jendela mobil dan menggoda.

"Aku tidak menginginkannya. Kau pergi saja sendiri." Aku menjulurkan lidahku, sebelum berbalik untuk kembali ke area aktivitas. Tak lama setelah berjalan keluar, terdengar suara mobil mewah Eropa menjauh.

Aku berjalan perlahan melewati koridor. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan di kepalaku... Phi Hill bilang dia menyukaiku selama lima tahun? Bagaimana mungkin?... Lima tahun lalu, aku masih belum mengenalnya. Aku bahkan belum pernah mendengar namamu sebelumnya.

Saat aku mengenal Phi Hill, itu ketika saat aku di Mathayom 3 (SMP kelas 3). Aku hanya mengenal Phi Hill, tapi Phi Hill mungkin tidak mengenalku, karena di sekolah dipisahkan antara SMP dan SMA. Aku mendengar rumor bahwa ada senior baru dari Mathayom 4 (SMA kelas 1) yang baru saja pindah. Dia sangat tampan, pandai berorganisasi, dan berprestasi dalam olahraga. Selain itu, ada banyak hal baik yang aku dengar tentangnya.

Nama murid pindahan itu adalah Hill. Maksudku, aku tidak tertarik. Yah, aku tidak tahu juga. Tapi, aku sering melihat Hill saat istirahat sekolah dan sebelum pulang ke rumah. Dia suka menunggu di gerbang sekolah, menunggu seseorang yang tidak ku kenal. Kata orang, dia menunggu pacarnya setiap hari. Sangat romantis, bukan?

Dan setelah itu, tersiar kabar bahwa mereka berbicara dengan Thanmind. Namun tidak lama kemudian Phi Mind berpacaran dengan teman Phi Hill. Sepertinya Phi Mind sebenarnya sudah mengenal Phi Hill sebelum aku.

Saat aku berada di Mathayom 4 dan dipindahkan ke SMA. Aku jadi sering bertemu dengannya. Aku sering melihatnya latihan basket atau bermain bola di lapangan pusat olahraga. Dan aku selalu tahu keberadaan orang itu karena para fans pun berteriak-teriak dan membuat keributan sehingga guru harus turun dan mengusir mereka, karena siswa di kelas lain tidak bisa konsentrasi belajar.

"Khun Ratchakit, bisakah kau berhenti berlatih sepak bola di jam pelajaran? Khru tidak bisa mengajar sama sekali dan mereka pun tidak bisa fokus belajar. Apa kau tidak ada kelas?!"

Khru Chomkwan mengajar bahasa Thailand, di Mathayom 4. Khru baru saja mengajar kelas ku kurang dari sepuluh menit ketika suara yang datang dari lapangan samping tidak mereda. Hal ini membuat khru yang sudah bersabar, berkali-kali menjadi kehilangan kesabarannya.

Seluruh kelas berkumpul di sekitar balkon untuk melihat apa yang akan dikeluhkan khru. Wanita paruh baya, dalam seragam pejabat pemerintah. Dia berdiri dengan tangan di pinggul karena marah. Seragam olahraga Hill sebenarnya tidak ada masalah, tapi karena dia terlalu lama bermain sepak bola di bawah sinar matahari, kemejanya terlepas dari celananya dan rambutnya sedikit berantakan.

Tapi seperti ini, mungkin cukup menyenangkan bagi perempuan.

"Khru, kami sedang ada kelas olahraga. Bagaimana kami bisa berhenti bermain?" Bukan Hill, tapi teman lain yang berdiri di dekatnya yang menyela.

"Jangan berisik."

"Khru harusnya menegur klub penggemar Ratchakit. Terakhir kali, kami memperingatkan mereka tapi mereka menolak mendengarkan."

"Sama seperti kalian. Meski khru sudah memperingatkanmu, kau tetap tidak mendengarkan. Teman-temanmu akan terganggu belajar. Aku harus memanggil guru BP jika kalian seperti ini." Khru Chomkwan tampak lebih marah dari sebelumnya.

"Di kelas mana khru sedang mengajar?"

"Mathayom 4/7."

Продовжити читання

Вам також сподобається

Who Am I? Від Irys

Романтика

828K 78.9K 34
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
Housemate Від noenicha

Романтика

1.5M 136K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
797K 51.7K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...