Chapter 5 : Tunnel of Candle Light

345 32 3
                                    


Aku duduk dan mulai melihat halaman Facebook ku. Tampaknya foto yang baru saja dipostingnya menjadi populer. Baru-baru ini, hashtag #Siapa pemilik jam tangan itu? sudah mulai membuat semakin banyak orang membicarakannya dan sepertinya mereka sangat penasaran. Mereka membuat berbagai tebakan, mencoba menebak nama orang tersebut. Ada nama-nama yang familiar bagi ku, namun ada pula nama-nama lain yang belum pernah ku dengar sebelumnya.

Mungkin tidak ada yang tahu siapa pemilik jam tangan tersebut. Bahkan pemilik jam tangan pun mungkin tidak menyadarinya. Aku sangat ingin tahu ekspresi yang dia buat sekarang, apa dia marah atau malu?

Aku mencoba membayangkan wajah pria kecil yang sedang marah, dengan wajah merah dan senyuman rahasia, sendirian. Sial... Aku pasti sedang dalam masalah serius.

Hal ini sengaja ku lakukan, karena aku sudah memutuskan bahwa pendekatan secara langsung adalah cara yang paling praktis. Aku sudah jelaskan dari awal, percaya atau tidak, mungkin ada peluang, tapi kalau aku melakukan sedikit demi sedikit, dia bisa dengan mudah menjauhkan diri.

Singkatnya, aku ingin segera menangkap mangsaku. Jika aku bergerak perlahan, mangsaku mungkin akan menyadarinya terlebih dahulu dan melarikan diri. Namun metode apapun yang ku gunakan, selalu ada resikonya. Saat ini, dia mungkin membenciku.

Lebih baik dibenci daripada merasakan ketidakpeduliannya, karena jika dia tidak peduli, berarti dia tidak merasakan apa-apa.

Aku tidak ingin melakukannya secara bertahap seperti sebelumnya, dan kenyataannya dalam kasus kami, tidak semudah itu. Aku ingin jelas dan tegas sehingga dia bisa melihatnya dari awal.

Pertama, Aku harus mengambil resiko dan melihat reaksinya.

Aku mengatakan kepada semua orang bahwa sekarang aku memiliki seseorang yang sedang serius ku kejar. Awalnya aku hanya sekedar iseng mengatakannya pada orang-orang disekitarku, namun beritanya menyebar dengan sangat cepat. Bua mengatakan bahwa para shipper mulai mendapat masalah. Sebenarnya, aku tidak bermaksud membuat kekacauan, tapi aku mungkin tidak bisa menghentikan apapun.

Aku khawatir tentang dia. Mungkin aku terlalu banyak berpikir, tapi kalau tiba-tiba aku bilang aku akan menggodanya, aku takut terjadi sesuatu padanya. Dia mungkin hanya mengalami hal-hal kecil, seperti ditatap atau diremehkan. Namun hal itu membuatku semakin terpuruk, aku tidak ingin masalah kecil seperti itu terjadi.

Apa ini akan terlalu sulit kalau aku langsung mengumumkan dan memberi tahu orang lain? Tidak... Aku harusnya bisa.

Hari berikutnya...

Aku datang bekerja di klub seperti biasa, selama ini semua persiapan hampir selesai, hanya beberapa yang tersisa dan belum sepenuhnya sempurna. Klub tahun ini sangat kekurangan orang. Sesuai rencana yang diberikan para dosen, harus ada tarian untuk membuka acara, kemudian MC akan datang dan berbicara. Ada beberapa pertunjukan yang menjadi tanggung jawab klub dan kelompok pertunjukan yang dipilih tahun ini. Dan setelah itu, sesuai rencana, konser penyanyi yang diundang oleh pihak universitas akan dimulai sekitar jam 6 sore.

Saatnya untuk mulai bekerja di klub. Aku berasumsi Ter tidak akan datang hari ini karena dia berhenti bekerja di klub sejak aku memposting foto terakhir ku. Jadi aku bisa menebak, dia sepertinya berusaha menghindariku. Mungkin aku bingung dan terlalu banyak berpikir. Aku tahu jalan menuju asramanya, tapi mencarinya kesana akan terlalu terburu-buru bagiku.

"Hill, Nong Ter sudah beberapa hari tidak kesini. Setelah kita pergi makan, aku belum melihatnya lagi. Apa ada yang salah dengan dia?" Bua datang dan bertanya padaku.

"Aku kira tidak."

"Tapi aku mencoba menelepon beberapa kali dan dia tidak menjawab sama sekali. Mungkin karena makanan Jepangnya. Dia mungkin mengalami reaksi alergi."

EAST: TAG! YOU'RE MINEWhere stories live. Discover now