Chapter 3: In Front of Me [1]

310 27 1
                                    




"Tolong, segelas coklat." Aku merogoh dompet dan mengeluarkan dua puluh lima baht, untuk membayar minuman, setelah lari maraton selama sepuluh menit yang melelahkan. Pertanyaannya adalah, kenapa aku berlari?

Ceritanya, ada seorang mahasiswa tahun pertama yang mempermalukan dirinya sendiri di depan semua orang ketika dia tiba-tiba melarikan diri dari tugasnya. Pada titik ini, apa yang akan dipikirkan oleh mereka yang melihatnya?

Artinya, tidak ada alasan yang bisa diberikan saat ini. Terlepas dari apapun alasannya, seperti mengatakan bahwa memiliki urusan mendesak yang harus diselesaikan, tapi itu bukanlah alasan yang logis. Masalah mendesak apa yang mengharuskan seseorang terburu-buru seperti ini? Bisakah aku mengatakan bahwa aku takut presiden akan memakan kepala ku? ️Bukankah itu bodoh? Baiklah, ayo terus berpikir untuk mencari alasannya. Bagaimana jika aku bilang kalau aku tiba-tiba ingin berolahraga? Aishh!! Pembenaran itu sangat buruk.

"Ini dia..."

"Terima kasih." Aku mengambil secangkir coklat dan mengangkatnya untuk diminum saat aku berjalan kembali ke kamar. Saat cuaca panas dan cerah seperti ini, tidak cocok untuk berlari sama sekali. Aku merasa bekerja dengan klub kali ini mungkin tidak akan berhasil. Karena salah satunya adalah karena Phi Hill bajingan itu adalah presidennya. Yang kedua, adalah dia telah melihatku, meskipun aku tidak yakin apa yang akan dia lakukan mulai sekarang. Akankah dia bersikap seolah dia tidak mengenalku? Akankah dia bersikap seolah-olah dia tidak peduli tentangku dan bertingkah seolah tidak ada apa-apa diantara kita? Atau dia akan mendekatiku?

Untuk mendekatiku? Apa ini, apa yang kau pikirkan Ter, demi Tuhan! Tidak ada alasan untuk melakukannya. Sesederhana itu. Ditambah lagi, dia memiliki, um...pasangan? Dengan calon pacar yang berencana menunggu sampai dia keluar lulus kuliah. Aku sangat kesal!!

Alasan ketiga adalah aku seolah-olah sedang lari lari 400 meter di tengah-tengah olimpiade. Aish, memikirkannya saja membuatku merasa malu. Aku seharusnya memikirkan hal itu terlebih dahulu dan setidaknya berhenti berlari ketika Phi Preem meneriaki ku.

"Hei, kau sudah kembali? Apakah pekerjaanmu di club menyenangkan?" tanya North yang sedang bermain tapi berbalik untuk menyambutku ketika aku membuka pintu dan masuk ke kamar.

"Menyenangkan apanya. Aku justru ingin keluar dari sana."

"Kenapa? Apa pekerjaannya begitu berat?"

"Tidak juga, tapi aku tidak menyukainya." Aku menghela nafas ringan sebelum meletakkan gelas coklat di atas meja di sebelah tangan North sebelum melompat ke tempat tidur.

"Kalau begitu, apa yang akan kau lakukan? Kau sudah mengajukan beasiswa. Kalau tidak, kau akan kehilangan dana," katanya sambil mengambil coklat yang dibawakan East, sebelum meminumnya.

"Yah, orang yang aku tidak suka, yang aku katakan padamu... dia ada di sana." Aku ingat pernah menceritakannya pada North.

"Benarkah? Apa itu kebetulan atau apa?"

"Itu benar. Itulah kenapa aku melarikan diri kesini."

"Benarkah? Kau lari begitu melihatnya?"

"Hmm, aku lari."

"Hah?" North berbalik dengan ekspresi terkejut.

"Ya," aku mengangguk.

"Kau lari begitu melihatnya?" Aku mengangguk lagi, meyakinkan dia bahwa dia tidak salah paham. "Kau akan membuat semua orang bingung. Pantas saja kau tidak mau pergi. Kalau itu aku, aku akan menganggapmu gila."

"Yah, aku tidak berpikir begitu. Aku hanya melarikan diri. Aku stres hanya memikirkan harus kembali besok."

"Kenapa kau harus membuat badai dalam segelas air? Apa kau benar-benar membencinya?"

EAST: TAG! YOU'RE MINEWhere stories live. Discover now