Life With You

By junghyura21

22.1K 1.2K 32

Sequel dari Dosen Duda Itu Suamiku. ini kisah Jena dan Ardi bersama anak kembarnya. More

1. After 5 Years
2. The Real Baby Is ....
3. Trauma
4. Namanya Anak Cowok
5. Tahta Tertinggi
6. Calon Ipar
7. Ardi Masih Ingat
8. Liburan
9. Tentang Orisa
10. Insiden
11. Tidak Sesuai Ucapan
12. Sold!
13. Tamu Tak Terduga
14. Masalah Ekonomi?
16. Kabar Baik

15. Susah Nurut!

814 63 0
By junghyura21


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE 🙂
RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR JUGA
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.

Sore kemarin Ardi memang terlihat sudah sehat, tetapi ternyata malamnya sungguh tidak terduga. Panas yang sempat menurun nyata naik lagi, seolah obat penurun panas tidak memberi efek berarti tadi. Titik puncaknya ketika termometer menunjukkan suhu 39.3, cukup membuat Jena kepanikan di tengah malam.

IGD tujuan utama tadi malam, tidak mengemas baju banyak Jena segera membawa Ardi ke RS terdekat. Dia mengurus semuanya sendiri, tidak ingin membuat keluarga panik lebih tepatnya. Untung saja twins masih menginap di rumah bundanya. Jadi tidak terlalu panik yang terbagi antara mengantar Ardi dan meninggalkan twins sendiri di rumah.

Setelah beberapa jam berlalu baru ketahuan kalau Ardi mengidap penyakit DBD. Tes lab menunjukkan adanya penurunan trombosit. Waktu tadi menggantikan baju baru Jena juga tersadar dengan adanya bintik merah di beberapa tubuh Ardi. Agak heran karena ini sedang perlalihan musim, tapi nyatanya seperti itu.

"Cepet sembuh ya Mas, enggak tega lihat kamu terbaring gini. Padahal tadi malem udah ketawa ketiwi gombalin, malemnya kok tumbang." ucap Jena, dia mengusap tangan suaminya yang tengah tertidur lelap karena efek obat.

Ini masih jam 5 pagi, Jena masih terjaga di samping suaminya. Sesekali mengecek demam Ardi, termometer menjadi benda yang wajib Jena pegang. Agak parnoan perkara tadi malem karena Ardi sempat menggigil juga.

Cklek
Suara pintu terbuka, Jena menengok ke sumber suara.

"Assalamualaikum, gimana keadaan Ardi? Ini Bunda kirimin makanan buat kamu." ucap Algan

"Waalaikumsalam Mas, demamnya turun perlahan. Baru tidur sejaman kali Mas saat selesai di pindah ke kamar." ucap Jena

"Twins gimana? Rewel kah, berantem sama Keyna enggak? Tolong jangan dikasih tau dulu Mas."

"Twins jadi anak baik kok, enggak perlu khawatir mereka aman. Besok pagi aja kalau mau ngasih tau. Ketimbang nanti repot kamu, mereka pasti merengek mau lihat Papanya." ucap Algan

"Ya, enggak kepagian kamu Mas masuknya?" tanya Jena

Kebetulan Ardi di rawat di rumah sakit tempat Algan bekerja. Algan bekerja sebagai apoteker di RS ini sudah lama, shiftnya selalu pagi terus karena jabatannya. Jam 5 tentu kepagian untuk Algan, biasanya masuk jam 7 kurang.

"Enggak, sengaja mau nemenin kamu jaga Ardi dulu. Kamu udah bawa apa aja ada yang kurang biar Mas yang keluar cari." ucap Algan

"Cuma bawa baju aja Mas. Bisa tolong belikan washlap, ........" pinta Jena melist semua barang yang dibutuhkan.

"Tunggu ya, kamu makan dulu sana mumpung Ardi tidur. Bunda masak semur ayam kentang." ucap Algan

"Ya." Jena hanya mengiyakan ucapan Algan. Jujur Jena mau makan saja tidak selera, melihat suaminya lemas terbaring siapa sih yang bisa santai makan.

"Yang..." Ardi memanggil Jena dengan suara seraknya.

"Ya Mas? Mau minum." Jena cepat-cepat memberikan Ardi minum.

"Ngilu sayang." ucap Ardi

"Apanya Mas? Perlu dipanggilkan dokter?" tanya Jena

"Rahangnya pas minum, kelamaan tidur kayaknya." ucap Ardi

"Gimana masih lemes? Mau makan tadi Mas Algan mengirim makanan dari Bunda." tanya Jena

"Masih lemes, belum laper nanti aja. Kamu tadi tidur to sayang?" tanya Ardi

"Tidur Mas, tadi sambil memegangi tangan Mas Ardi gini." Jena mempraktekan tidur bohongnya. Dia tidak mau membuat Ardi tambah pikiran ditengah sakitnya.

"Beneran?" tanya Ardi lagi.

"Iya Mas, ih sudah istirahat lagi. Kalau makanan sama obatnya dateng Jena bangunin Mas."
.

.

.
Percekcokan rumah tangga pun terjadi tanpa melihat kondisi. Hal sepele yang menyebabkan cekcok kecil di kamar rawat Arditya. Ardi kekeh untuk berbersih badan di kamar mandi, sedangkan Jena juga kekeh untuk suaminya itu berbersih saja di atas kasur. Alasannya nanti kasur basah lah, kurang bersih lah ya ada aja alasannya.

"Mas Ardi sayangku, nurut Jena bisa kan. Mas itu belum boleh jalan, harus istirahat tau. Berbersih di sini atau kamar mandi sama aja, bedanya Mas harus berjalan kan bikin Mas capek. Kenapa malu? Udah Jena kunci pintunya tirainya juga udah ditutup apalagi?" tanya Jena

"Mas malu ngerepotin kamu terus. Biar Mas sibin sendiri saja di kamar mandi." ucap Ardi

"Ya Allah, Jena tidak merasa direpotin Mas. Kamu suami aku, wajib tentunya aku rawat saat sakit. Susah senang sehat sakit harus dilalui bersama bukan? Udah Mas Ardi nurut saja okay." jelas Jena

"Mas bau asem loh sayang." Ardi masih membuat alasan lagi.

"Maka dari itu harus disibin Mas, waktunya enggak banyak Mas. Sebentar lagi pasti makan malem Mas bakal dianter jadi ayo segera sibin dulu. Kalau Mama ke sini yang malu itu Jena dong, belum merawat Mas Ardi jam segini."

"Sayang." ucap Ardi sambil menatap penuh permohonan.

"Jena buka bajunya." ucap Jena tidak memperdulikan tatapan permohonan dari Ardi.

Tangan Jena mulai melepas baju rumah sakit yang dikenakan Ardi. Perlahan supaya tidak mengenai infus yang akan berujung copot atau berdarah. Pertama-tama tentu Jena langsung membasuh muka suaminya, baru seluruh badan. Tidak lama-lama sekitar 10 menit saja takut suaminya kedinginan.

Srekk
Tirai kamar rawat Jena buka.

"Gini kan selesai dari tadi Mas. Udah ganteng nih suamiku." Jena tersenyum puas memandang Ardi yang sudah bersih.

"Mau kamu tambahin bedak enggak biar kaya twins bayi." ucap Ardi

"Boleh tapi sayangnya enggak ada bedak bayi. Tapi ada gantinya taraaaa." Jena menempelkan plester pereda demam di dahi suaminya.

"Wes mirip bayi aku." ucap Ardi

"Ya ya bayinya Jena. Kalau dipakai Mas Ardi plesternya kelihatan kecil. Coba kalau Jena pakai udah nutupin sejidat sampai alis ini. Enak kan rasanya dingin-dingin." ucap Jena

"Iya, pantes Twins suka kalau ditempelin ini." Ardi berkomentar setelah merasakan dinginnya plester di dahinya.

Tok tok
Suara ketokan pintu ruang rawat Ardi. Ternyata makan malam suaminya sudah dibagikan. Jena dengan sigap menerima nampan yang diberikan.

"Bubur?" tanya Ardi

"Iya, lauknya semur bistik tahu tempe. Sayurnya sop biasa. Bosen ya bubur terus? Mau makan apa emangnya Mas?." tanya Jena

Jenuh tentu Ardi rasakan, dari pagi menunya bubur terus. Cuma ganti lauk dan buah saja membuatnya cepat bosan. Mau gimana lagi namanya makanan rumah sakit, kalau Jena icip sih enak-enak saja rasanya. Memang jatah Jena dari tadi pagi menghabiskan makanan Ardi, biar tidak mubazir.

"Nasi goreng seafood yang." pinta Ardi

"Kaya kamu kuat ngunyahnya Mas, tadi ngeluh rahange sakit." sindir Jena

"Kok ngece, enggak boleh gitu sama suami sendiri. Nanti aku bales kalau sembuh ampun-ampun." Ardi lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Hii!" Jena bergidik ngeri membuat Ardi tertawa.

Cklek
Suara pintu ruang rawat Ardi terbuka.

"Koyo wong sehat nok Ma, ngapusi yae Ardi ki." ucap Adi
(Kaya orang sehat tuh Ma, bohong kali Ardi itu.)

"La ndak tau, wes mendingan kayae Pa." ucap Retno ( Ya enggak tau, udah mendingan kayaknya Pa.)

"Sehat kok diinfus Pa, seng tenan wae." ucap Ardi (yang benar aja.)

"Ini buat Jena, Nasi goreng seafood dan Ardi buah wae yo ben ndang mari. Jena lek dimakan, jaga bayi gerang juga butuh tenaga." ucap Retno (Ardi buah saja biar segera sembuh.)

"Iya, makasih Ma. Kebetulan Mas Ardi pengen itu." ucap Jena

"Aneh-aneh men, yo Mama enggak tau cuma beli satu tok jadinya. Kok bisa Ardi kena DBD, kan mau kemarau kok malah kena penyakit musim hujan?" tanya Retno

"Santai Ma, buat berdua cukup kok. Sepertinya karena kegiatan bebersih komplek Ma. Semua kan dipotongi, dikurasi, nyamuk jadi keluar semua. Enggak kenal musim Ma kalau itu, bisa terjadi kaya gini." jelas Ardi

"Twins gimana? Masih di rumah Bundanya Jena kan. Kalau semisal Bundamu kerepotan biar Mama dan Papa saja yang merawat twins. Pasti capek mengurus 3 cucu sekaligus sendirian lagi, Algan juga kerja to." ucap Retno

"Iya Nduk, kasian." tambah Adi

"Nanti biar Jena bicarakan Ma, Pa. Mungkin besok sekalian diantar kemari. Mereka belum tau juga Papanya sakit." ucap Jena

Maksud mertuanya memang baik, saling meringankan beban. Cuma tinggal twinsnya saja nanti mau ikut atau enggak. Soalnya posisi Gamma dan Alpha belum tau kalau Ardi sakit. Pasti besok akan merengek ikut menginap di rumah sakit.

"Ya sudah Mama dan Papa pamit, enggak bisa berlama-lama juga karena jam besuk mau habis. Lek mari ya anakku lanang, Jen besok Dilan kesini mengantar makanan." ucap Retno

"Iya Ma, makasih ya. Maaf kalau Jena dan Ardi merepotkan Mama dan Papa." ucap Jena

"Enggak ada yang direpotkan Nduk, Mama mu itu khawatir sama kamu kalau jajan pagi gimana? Pasti tidak banyak pilihan. Ya sudah, semoga Ardi cepet sembuh, sabar ya Nduk kalau ngurusin bayi besar." ucap Adi

"Iya, Mama dan Papa hati-hati pulangnya." ucap Jena yang mengantar mertua sampai ke depan pintu.

"Enggak kamu, enggak Mama dan Papa selalu bilang Mas itu bayi besar." cibir Ardi yang mendengar percakapan Jena dan mertuanya tadi.

"Emang bayi besar kamu Mas, lihat merajuk kaya gini. Yuk makan katanya tadi mau makan nasi goreng seafood aaaa buka mulut Mas sayang." ucap Jena mulai menyuapkan nasi goreng seafoodnya.

.
.
.

Tbc
Follow instagram author di @hi_jhyura
Sumber foto dari pinterest

Jika kalian suka cerita ini bisa vote, share dan ikuti akun aku supaya tidak ketinggalan update. Oh iya dimasukan dalam perpus kalian ya guys. Bisa ramein di kolom komentar yuk.

Oh iya jangan lupa mampir dicerita JH lainnya.

Continue Reading

You'll Also Like

190K 767 5
Kocok terus sampe muncrat!!..
922K 15.4K 44
Story Pertama๐Ÿ˜˜ Renata dan kawan-kawan datang ke Desa Kamboja hanya untuk melakukan kegiatan KKN yang sudah ditentukan oleh pihak kampus, projak yang...
833K 25.7K 72
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
61K 10.5K 40
Edisi BeckFreen...