My Nerd Is Perfect

By VitaNori

94.1K 4.7K 691

👑Spin Off Ello Untuk Ola👑 (TAHAP REVISI & ON GOING) Karena kecantikan yang dimiliki Kaycia bisa membuatnya... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47

Bab 34

2K 121 31
By VitaNori

Happy Reading Guys
.
.
.
.


"Bukan gini caranya pulang, kak."
-Kaycia-
.
.
.

"Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Dia baik-baik aja, hanya ada beberapa luka goresan di bagian tubuhnya. Tapi, tidak serius." jelas sang Dokter setelah memeriksa Kaycia.

Semua orang menghela lega. Kekhawatirannya terhadap Kaycia berubah menjadi ketenangan. Namun, tidak seutuhnya ketenangan itu ada.

Mereka masih memikirkan keadaan Karl yang tak kunjung pulang. Menghubunginya pun tidak ada gunanya, karena ponsel Karl tidak dapat dihubungi.

Satu hari, dua hari, sampai tiga hari, tidak ada titik terang dari keberadaan Karl. Sedangkan Kaycia belum mengetahui bahwa kakaknya telah menghilang. Mereka sengaja menyembunyikan hal tersebut darinya, karena memikirkan kondisi Kaycia.

"Kak Keen, kenapa kak Karl belum juga pulang? Kak Karl marah ya sama Cia?" tanya Kaycia seraya memakan apelnya.

Kegiatan Keenan yang tengah mengupas kulit apel terhenti, "sebentar lagi kak Karl pulang, kamu gak perlu khawatir." hanya kalimat itu yang bisa Keenan ucapkan sebagai alasan.

"Kak Keenan gak bohong, 'kan?"

Keenan tersenyum kecil, mengelus lembut puncak kepala Kaycia, "makan apelnya banyak-banyak ... Supaya cepat sembuh."

"Kak Keen--- AH!!"

Suara petir mengguncang langit sore itu. Langit yang berwarna senja, berubah menghitam. Gorden-gorden melambai akibat angin yang cukup kencang menerpanya. Perubahan cuaca sore itu terlalu mendadak.

Hujan turun dengan derasnya. Pemandangan disekitar tak terlihat bentuknya, hanya bayangan semu yang diciptakan oleh hujan yang sangat lebat.

"Kak Ello, Ola ke kamar anak-anak dulu." ucap Viola, mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya di tengah badai ini. Apalagi hatinya tengah risau memikirkan Karl.

Viola mengambil langkahnya pelan hendak menutup knop pintu kamarnya. Namun, seorang tukang kebun keluarga Castelo menghampirinya.

Pak Yudo, nama tukang kebun tersebut. Dia, dengan tubuh menggigil karena baju yang basah terkena hujan memberitahu Viola jika di luar sana ada sebuah paket yang terbungkus kardus besar.

"Siapa pengirimnya?" tanya Viola sambil menuruni tangga.

"Saya kurang tau, di sana gak tertera nama pengirimnya." tutur pak Yudo.

Viola, meneliti kardus besar di depannya. Kardus itu tampak misterius.

"Panggilkan suami saya, pak."

"Baik,"

Tak berani membukanya seorang diri, Viola menunggu Rasello. Setelah suaminya itu datang, dia memintanya untuk membukakan kardus tersebut.

Perlahan, Rasello membuka kardusnya dibantu oleh pak Yudo. Saat tutup kardus sudah terbuka, Viola melihat tubuh suaminya membeku, dan wajahnya berubah pucat.

Penasaran dengan yang dilihat oleh Rasello, Viola ikut melihatnya. Matanya membulat, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dan jantungnya tiba-tiba saja tidak bisa menompa dengan normal.

Rasello menangkap tubuh Viola yang hampir terjatuh. Viola berkali-kali menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan mimpi ini. Dia, memukul dadanya yang kian menyakitkan.

"Kak Ello, bangunin Ola ... Bangunin Ola ... CEPET BANGUNIN OLA DARI MIMPI INI!!" Viola berteriak histeris, tak henti-hentinya memukuli dadanya.

Rasello menggeleng keras, meraih lengan Viola agar tidak memukuli dadanya. "sayang ..." Rasello terisak, memeluk erat Viola.

"itu gak mungkin Karl, kan sayang? Bukan 'kan? JAWAB!!"

"NGGAK!! ITU BUKAN KARL! BUKAN KARL!! BUKAN!!" Viola meraung histeris, "KARL!!" memeluk tubuh yang sudah terbujur kaku itu. Teriakannya membuat semua orang terkejut dan menghampirinya satu persatu.

"Ma, Pa, ada apa?" Keenan di ikuti Kaycia di belakangnya.

"Ada apa ini?" Mom Vee di ikuti Hans dan Roni.

Semua orang sangat terkejut dan tampak tak percaya, melihat tubuh kaku milik Karl yang terbungkus oleh kardus besar. Mami Vee sampai pingsan melihatnya.

Sedangkan Kaycia, dia terpaku. Terdiam sejenak sebelum menatap Keenan yang sudah bersimpuh menangis.

Kaycia menarik lengan baju Keenan, "bukannya kak Karl lagi cari Cia? Di--- dia siapa?" suara Kaycia bergetar, melirik sekilas pada tubuh Karl.

Keenan tak mampu berbicara.

"JAWAB CIA, KAK!! DIA SIAPA?!" air mata Kaycia mengalir deras.

"Cia ..." panggil lirih Keenan yang tengah menangis.

"Maaf,"

Tubuh Kaycia melemas, menatap sendu Karl. Tangannya terulur menyentuh pipi kakak keduanya yang penuh dengan luka lebam. Ada tahi lalat di bawah matanya, dan itu berarti benar bahwa tubuh yang kaku berselimut kardus itu adalah Karl.

Kaycia menghapus air matanya, "kak Karl lagi jailin Cia ya?" ia berusaha tersenyum dengan bibir yang bergemetar.

"Kak, ini gak lucu. Cia bakalan marah dan gak mau ngomong sebulan sama kak Karl, kalau kak Karl gak mau bangun!"

Kaycia menggigit bibirnya menahan isaknya, "akting kak Karl jelek! Muka kak Karl juga jelek di pakai-in make up gini!"

Keenan menyentuh pundak Kaycia, "Cia, kita bawa Karl ke rumah sakit."

Kaycia menghentak lengan Keenan, "kak Karl cuma jailin Cia, kak Keen. Dia baik-baik aja!"

"Cia ..."

"KAK KARL BAIK-BAIK AJA!!"

Keenan manarik Kaycia ke dalam pelukannya. Mereka semua menangis. Kepulangan Karl, ternyata membuka duka untuk mereka. Kepulangan yang dinanti dan diharapkan mereka, ternyata sebuah petaka.

Karl, pulang dengan diselimuti oleh kardus besar. Wajahnya penuh lebam, bercak darah hampir memenuhi seluruh tubuhnya, dan lubang di kepalanya tidak bisa mengharapkan Karl hidup. Dia telah mati dalam keadaan yang mengenaskan.

Sedangkan di luar sana, hujan dan petir terus menyambar seolah ikut menangisi Karl.

Mereka membawa Karl ke forensik, sudah sangat pasti jika kematian Karl adalah motif pembunuhan. Mereka semua tampak tidak baik-baik saja setelah penemuan Karl.

Bahkan, kesehatan Viola menurun yang mengharuskan dirinya masuk ke ruang ICU. Penyakit jantungnya menyerangnya, sedangkan semua orang duduk dengan penuh kesedihan di luar ruangan ICU.

"Ini pasti gara-gara Cia. Kalau kak Karl gak cari Cia, pasti kak Karl baik-baik aja dan Mama gak akan sakit." isak Kaycia.

"Jangan bilang kayak gitu. Ini semua udah digarisi Tuhan." timpal Keenan, yang terus memeluk Kaycia. Berusaha menguatkan Kaycia, walau hatinya terasa hancur lebur.

"Kamu tunggu di sini sama grandma, grandpa, kakek Roni."

"Mau ke mana?"

"Ada urusan sebentar,"

Kaycia mengangguk, mengiyakan. Setelah kepergian Keenan, dia meminta ijin untuk ke toilet. Tidak, dia bahkan tidak berbelok ke arah toilet, melainkan ke luar rumah sakit.

Hujan belum reda, dan Kaycia memaksakan diri untuk berjalan di tengah lebatnya hujan. Dia berjalan tak tentu arah, dia hanya ingin menenangkan dirinya. Rasa bersalah terus menyusup di relung hatinya.

Dia tidak menerima kematian Karl yang mendadak. Kematian Karl sangat membuatnya terluka.

"Kenapa kak Karl tinggalin Cia?"

"Cia memang mengharapkan kak Karl pulang, tapi bukan gini caranya pulang, kak."

🍭MNIP🍭

Tak peduli seberapa lebatnya hujan, Keenan melajukan motornya membelah jalanan.

'Karl, kakak janji akan bawa keadilan buat kamu.' batin Keenan seraya mengendarai motornya.

Keenan tiba di sebuah rumah besar bercat yang berdominan putih. Tak berselang lama, Fahri menghampirinya dari belakang.

"Keen, lo yakin? Di sana berbahaya." ujar Fahri.

"Karl mati."

Tubuh Fahri terhuyung, "itu alasan lo doang 'kan?"

Keenan tak menjawabnya, hanya tatapan penuh dendam dan sedih yang terlihat di matanya.

"BRENGS*K!!" Fahri menggeram.

Fahri menangis, kepergian sahabatnya begitu cepat. Ternyata malam itu adalah malam terakhirnya bersama Karl.

"Tunggu apa lagi, kita selesaikan malam ini juga!" ucap Fahri menggebu, menghapus kasar air matanya.

Keenan mengangguk. Lalu, mereka pun memasuki rumah tersebut. Banyak para penjaga yang menjaga rumah tersebut. Keenan dan Fahri tak kenal takut, mereka memberanikan diri untuk menerobos masuk.

Para penjaga itu mengerahkan pistol mereka.

"Siapa kalian?!"

"Panggil Vano!"

"VANO KELUAR LO!!" teriak Fahri.

"KELUAR BAJING*N!"

"Ada apa ini?"

Bukan, suara yang menjawab itu bukanlah Vano melainkan putrinya, Flora.

"Cih, bokap lo pengecut! Bisa-bisanya sembunyi dibalik putrinya!" seloroh Fahri.

"Di mana Vano?" tanya Keenan dengan wajah yang datar dan penuh amarah.

"Gak ada di sini."

Saat Flora mendekati mereka, tidak sengaja pandangan Keenan tertuju pada kalung yang dipakai Flora. Dengan gerakan cepat dan kasar, Keenan menariknya dari leher Flora.

"Kenapa ini bisa ada di lo?"

Kalung yang dipakai Flora merupakan milik Karl.

Flora menyeringai, "menurut lo?"

Keenan menggapai leher Flora dan mencekiknya sehingga semua penjaga di sana mengacungkan pistol mereka padanya.

"Lo yang bunuh Karl?!"

Flora memegang tangan Keenan, "kalau iya, kenapa?" senyumnya mengejek.

Keenan mengencangkan cekikannya, "lo bakal menyesal Flora!!" Keenan menghempaskan Flora ke lantai.

Flora menatapnya nyalang, "gimana perasaan lo kehilangan adik tersayang? Sakit? ITU YANG GUE RASAIN SIALAN!" lantangnya.

"ADIK LO PANTAS MATI! KARENA DIA YANG MENYEBABKAN MINA MATI!!!" teriak Flora.

Keenan memejamkan matanya erat, hatinya teriris pilu. Seharusnya Karl tidak mengalami cobaan seberat ini, seharusnya dia bongkar saja semuanya tanpa memperdulikan janji sialan itu.

"Lo udah bunuh orang yang salah!!"

Mendengar itu, gelak tawa Flora menggelegar, "gue, salah? Hahaha ..."

Keenan, melemparkan begitu banyaknya foto palaroid di wajah Flora. Seketika saja tawa Flora terhenti. Dia mengambil satu lembar foto palaroid tersebut.

"Lo mau nipu gue?!"

Seolah tahu jika Flora tidak akan segampang itu, Keenan menyerahkan sebuah cip padanya.

"Semua bukti ada di situ. Mina sendiri yang buat. Kita semua adalah korban dari kelicikan bokap lo!"

"Semua penderitaan yang dialami Mina bukan salah kita, tapi bokap lo sendiri. Dia pintar memainkan peran, sampe lo dibodohi bahkan jadi seorang pembunuh!" tambah Fahri.

"Mina sendiri yang gak mau lo tau, dia takut kakaknya kecewa dan sedih. Mina sahabat sekaligus kakak bagi anak-anak motor. Kita cuma memegang amanahnya, dan kita bukan pembunuh!" lanjut Fahri.

Dengan suara menahan amarah, Keenan dan Fahri mencoba menjelaskan semuanya. Disetiap bait kata yang mereka ucapkan, tersimpan rasa penyesalan yang amat dalam.

"Nggak, nggak!! Ka-kalian pasti mau bohongin gue!!"

Keenan menarik rambut Flora, "Flora ... karma selalu ada."

Kali ini Flora tidak berusaha membalas, dia menangis. Perasaannya kalut, takut jika apa yang dikatakan Keenan dan semua bukti itu adalah nyata.

"LO MEMBUNUH ORANG YANG SELALU JAGA ADIK LO!! LO MEMBUNUH ORANG YANG MENJAGA MARTABAT ADIK LO! BAHKAN RELA DI CAP PENYEBAB KEMATIANNYA!" Keenan menyentak kuat rambut Flora. Dia, meraung menangis pilu membayangkan betapa sakitnya menjadi adiknya, Karl.

Selama ini, Karl selalu menceritakan sosok Mina padanya. Karl memberitahunya jika Mina adalah cinta pertamanya, Mina adalah sosok yang membuatnya melupakan sikap buruknya.

Mina segalanya bagi Karl, sampai di mana Mina mendapatkan pelecehan dari Ayahnya sendiri. Karl sempat ingin menuntut Ayah Mina, Vano, ke pengadilan.

Namun, Mina mencegahnya. Mina tidak mau kakaknya Flora merasa sedih dan khawatir, karena Flora begitu menyayangi dan mempercayai sosok Ayahnya.

Hidup Karl seakan terhenti ketika dirinya mendapati sang pemilik hatinya meninggal bunuh diri. Dia merasa gagal menjaga Mina.

Bahkan ketika berbagai gunjingan yang menyerangnya, Karl tidak peduli. Dia menganggap itu adalah bentuk hukuman untuknya.

Karl memang sosok yang nakal dan periang, namun, di balik semua itu ada sosok lain yang Karl sembunyikan dari semua orang, termasuk keluarga.

Setiap malam, setelah kejadian mengerikan yang menimpa Mina, Karl selalu menyendiri di kamarnya dan menumpahkan semuanya dengan tangisnya setiap malam.

Karl tidak salah, Karl tidak nakal, Karl sangat hebat. Andai, kalimat itu didengar olehnya. Pasti dia akan sangat menghargai hidupnya.

"AAHHH!!!" Flora berteriak, mengacak rambutnya dengan frustasi. Sedangkan semua penjaga yang sempat mengarahkan pistol kepada Keenan, mereka menurunkannya.

"Gue seharusnya bongkar semua ini dari awal!! Gue seharusnya egois, lebih pentingin adik gue sendiri ketimbang adik lo!!"

"Gue harap, lo dan Vano membusuk di dalam penjara!! Nimati penyesalan lo!"

Setelah mengatakan itu, Keenan dan Fahri pergi.

Keenan tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, di tersungkur karena tubuhnya tidak berdaya. Tenaganya sudah terkuras habis, oleh rasa sedih yang teramat dalam.

"Keen ..." panggil Fahri, mencoba membantu Keenan untuk bangun.

"Kali ini, gue bener-bener gagal Ri ... Gue gagal jaga Karl. Gue kakak yang gak becus!" tangisnya.

"Karl udah tenang, Karl udah gak ngerasa sakit lagi. Jangan terus nangis, pasti Karl lagi ngetawain lo sekarang." tutur Fahri yang sesekali mengusap air matanya.

Keenan mengangguk, menepuk bahu Fahri, "thanks, udah selalu ada di sisi Karl selama ini."

Fahri mengangguk dan tangisnya semakin pecah. Sahabat yang selalu ceria dan jahil telah pergi meninggalkannya untuk selamanya, hanya menyisakan kenangan yang mungkin tidak pernah Fahri lupakan.
.
.
.
.
.

TBC

*KARL AINGGG😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

6.2K 581 11
Hanya kisah seorang farzana aurelia, perempuan yang memiliki tubuh sedikit berisi, dan karena itu lah dia mendapatkan perlakuan yang berbeda dari sau...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
21K 1K 26
Mevriano Raven Megantara, merupakan ketua geng Xlovenos yang kejam dan tidak takut apapun. Memiliki wajah tampan dan dikagumi semua orang tentu menja...
3.6K 2.4K 22
WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! AGAR KALIAN SEMUA TIDAK KETINGGALAN JADWAL UP NYA! HAPPY READING!💐