Darka menoleh ke kiri, tidak ada Delin lalu mengedarkan tatapannya ke setiap penjuru kamar, tetap tidak ada.
Darka ingin Delin selalu ada saat dia membuka mata, namun keinginannya hanya sebatas ingin karena dia maklum, Ella perlu di urus tak hanya dia seorang.
"Udah bangun?" Delin datang dengan senyuman lalu menutup pintu.
"Dari mana?" Darka mengkode Delin agar menghampirinya.
Delin mendekat, duduk di pinggiran kasur dengan langsung perutnya dibelit Darka. Delin hanya bisa mengusap rambutnya.
"Urus Ella, sekarang lagi sama sus, ayo saatnya makan, kak.." Delin masih menyisir rambut Darka.
"Harusnya—" tidak, Darka tidak boleh kekanakan. Bukan maksud Delin selalu meninggalkannya saat tidur.
"Harus apa?"
Darka melepaskan pelukannya lalu mendudukan tubuh sambil meregangkan otot. Bercinta di lantai memang selalu berakhir lebih pegal.
"Ga." singkat Darka lalu tanpa banyak kata lagi pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi.
Delin tidak meninggalkannya. Dia menunggu lalu turun bersama dengan Darka berjalan lebih dulu.
"Ella mana?" tanya Darka sambil menarik kursi untuk Delin lalu untuk dirinya sendiri.
"Di bawa sus ke belakang ambil ASI," Denada melayani suaminya dan Delin pun sama, melayani Darka.
Darka balas dengan mengusap pahanya sekilas lalu memulai makan. Semuanya makan malam dengan tenang.
"Ayah dengar bisnis Delin dibantu kamu?" tanya Kevin setelah semua selesai dan tengah memakan buah-buahan sebagai penutup.
"Iya, hanya memantau, yah.. Selebihnya Deril yang urus,"
"Deril? Oh iya, ayah ingat."
"Deril sudah seperti keluarga, sangat terpercaya, yah.. Selama ini dia juga yang membantu,"
"Ayah tahu itu dari Darka, dia pasti hebat karena bisa memajukan desanya, begitu pun mantu ayah, kalian keren.." Kevin tak akan bosan memuji Delin.
Delin mengulum senyum, dia selalu saja tersanjung padahal baginya tidak terlalu banyak bergerak. Jasa Deril dan Darka lebih besar.
"Ella besar pasti akan bangga dengan orang tuanya,"
"Dan kakek neneknya," tambah Darka santai.
"Itu pasti." balas Kevin yang membuat sekeliling tertawa hangat.
***
"Ella tidur?" Darka menatap Ella yang lelap di tempat tidurnya. "Tumben bisa tidur di sini?" lanjutnya.
"Terlalu lama main, makanya lelap banget. Jadi waktu dipindahin juga ga terganggu, kak." Delin ikut menatap Ella sambil membenarkan selimutnya.
"Bukan kode mau adikan?" Darka melirik Delin.
Delin mendongak lalu mendengus geli. "Itu sih mau papanya aja," balasnya pelan.
Darka mengulum senyum samar lalu memepet Delin. "Kamu ga mau?" tanyanya tak santai, terkesan galak namun dibuat-buat.
"Nanti, tunggu Ella satu tahun minimal," jawab Delin pelan dan tak yakin. Mengurus Ella saja sudah harus dibantu sus.
"Kamu lelah?" Darka mengusap bawah mata Delin yang baru dia sadari.
Beberapa hari ini Ella memang selalu meminta ASI tengah malam, walau untungnya tidak lama pagi menjadi malam dan malam menjadi siangnya.
"Sedikit," Delin pasrah saja saat Darka membawanya ke dalam pelukan. Delin hanya menyandarkan pipi ke d*da bidang Darka.
Darka mengusap belakang kepala dan punggung Delin.
"Tidur yang banyak," Darka menggendong Delin lalu merebahkannya ke kasur.
Darka tidak akan egois. Malam ini akan membiarkan Delin tidur sebanyak yang dia mau.
Delin merasa sangat nyaman dan bahagia jika sedang di sayang-sayang Darka. Kegalakan, keegoisan dan seenaknya Darka seolah bisa Delin lupakan.
***
"ELLA!" Delin bangun dengan cepat, dia beranjak dari kasur menuju box bayi namun tidak ada dan dia baru sadar Darka pun sama.
"Kak, Ella.." Delin keluar kamar lalu menuruni tangga dan memelankan langkahnya saat sudah bisa melihat Darka dan Ella.
Mereka tengah berjemur dengan Kevin dan Denada. Semua menoleh menatap Delin yang berantakan, terlihat sekali baru bangun tidur.
Delin membenarkan rambutnya dengan cepat.
"Santai aja, hari ini aku libur." Darka kembali bermain dengan Ella yang duduk di perutnya tanpa kaos.
"Kamu tidur aja lagi, Ella aman." kata Denada pengertian.
"Aduduh, ini ibu-ibu.." Demian muncul dari belakangnya membuat Delin teramat sangat kaget.
Delin lupa soal pulangnya Demian.
"Demian!" Delin berseru senang bertemu teman sekaligus adik iparnya itu.
"Sana mandi, jorok! Untung Ella cakep," ledeknya.
Demian mendekati Ella dan meminta untuk menggendongnya, Darka berikan begitu saja.
"Kamu mandi terus ikut berjemur," ujar Darka yang diangguki Delin dengan malu.
Delin pun bergegas naik lagi dan bersiap untuk ikut kumpul dengan mereka. Delin pun tidak lupa menampung ASI agar saat di sana nyaman.
***
"Ella udah posesif, pelit banget," Demian meminta untuk meminjam mainannya.
Darka menatap anaknya yang memang persis seperti dirinya. Posesif pada apa yang dia sukai. Tak hanya itu, jika sudah melihat sesuatu dan menginginkannya jika tidak dituruti akan menangis kejang.
Entah sepintar apa bayi yang masih dalam hitungan bulan itu sampai berkembang sepesat ini. Kata dokter pun begitu.
Bayi spesial katanya. Saking cepat tanggap.
Darka tersenyum senang. Ella akan sangat cantik dan pintar. Tak perlu laki-laki untuk jadi penerus.
"Tuh, mimi dulu," kata Demian sambil merebut mainan di tangan Ella.
Ella tidak menangis dan menyambut riang Delin dengan dot s*su yang penuh dengan ASI. Ella sepertinya kehausan.
Ella langsung menyedotnya sambil memainkan jambang Demian. Demian mencoba mengajaknya bermain dengan pura-pura akan menggigit jemarinya.
Ella tertawa sampai dotnya lepas.
"Demi, nanti Ella tersedak!" tegur Denada.
"Biar dia habisin dulu," tambah Delin yang kini duduk bersama Darka mesra.
"Oke," Demian kembali menjejalkan dotnya ke mulut lucu Ella. "Lucu banget sih!" gemasnya tertahan.
"Ella akan sangat banyak digemari saat besar nanti, ayah yakin!" bangga Kevin.
"Siap-siap aja kak Darka terus jadi banteng lawan mereka semua," kekeh Demian geli membayangkan Darka keteteran karena anaknya banyak didekati pria.
Darka mengetatkan rahangnya. Membayangkannya saja membuat dia emosi.
"Lucu sekali," geli Denada yang ikut membayangkan betapa cerewetnya Darka nanti.
"Tak akan aku biarkan Ella disentuh pria apalagi pria hidung belang! Aku akan mencarikannya yang terbaik!" tegas Darka.
"Kasihan sekali, Ellaku.. Dia harus menanggung tittle jomblo lama.." kekeh Demian.
"Kak Darka jangan gitu, kalau memang Ella sudah menemukan—"
"Ga! Ella akan aku pertemukan dengan pria baik, tidak dengan pria tidak jelas yang dia temui kelak!" potong Darka.
Delin menggeleng samar. Benar, Ella akan kesulitan saat besar nanti jika papanya seperti Darka.
Tapi di sisi lain dia senang. Darka sangat sayang pada Ella sampai sebegitunya. Delin menghangat membayangkan masa depan.
Part khusus 36. Tidur siang atau tidur enak hanya akan ada dikaryakarsa bagi yang mau ya. Engga pun tetap bisa lanjut ke part selanjutnya. Makasih:)