KATRESNAN [END]✔

By wsosh_jh

510K 32.4K 441

Abian atau biasa di sapa Bian adalah bocah berusia 11 tahun, tubuhnya mungil dan berwajah manis. Hanya anak j... More

01
02
03
04
05
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Anak Baru👋

06

18.8K 1.1K 8
By wsosh_jh

¤¤¤

Siapa menyangka Abian si bocah terlantar dibawa makan disalah satu restoran kelas atas. Arrow benar-benar penuh dengan kejutan.

"Ini makan-nya gimana? Gak ada nasinya Om?" Tanya anak itu polos.

Untung mereka berada di area private, jadi aman hanya Arrow dan Bian saja isinya. Arrow memang tipikal tidak begitu nyaman dikeramaian.

"Ini namanya steak, makannya seperti ini" Jawab Arrow lalu mulai mempratikan pada Abian.

Anak itu ikut mencoba apa yang Arrow lakukan, memegang pisau dan garpunya.

"Susah" Lirih Abian saat tak terbiasa.

Entah sadar atau tidak hal itu mengundang senyum dari Arrow.

Pria itu ambil alih pisau dan juga garpu milik Abian. Lalu memotong steak milik Abian dengan baik.

"Ayo dicoba, tinggal tusuk pakai garpumu" Ujar Arrow.

"Makasi Om" Ucap Abian lalu menyuap satu potongan daging itu.

Mata Abian berbinar cerah.

"Enak?" Tanya Arrow dibalas anggukan semangat oleh Abian.

"Habiskan" Ucap Arrow.

Keduanya menikmati steak mereka, sebelum di susul dengan menu penutup.

•••

Abian melambai kecil kearah perginya mobil Arrow, setelah diajak makan dan membeli pakaian baru, serta korannya yang diborong Arrow. Abian diantar pulang sampai kedepan gang seperti hari itu.

Senyum Abian tak bisa lepas dari belah bibirnya, merasa begitu beruntung bisa bertemu dengan Arrow, pria itu juga memberikan Abian kartu namanya. Kata Arrow, Abian boleh menghubunginya jika membutuhkan bantuan.

Padahal sebenarnya percuman saja menurut Abian, lah dia gak punya ponsel atau sejenisnya. Tapi tetap Abian simpan buat jaga-jaga jika memang ada hal genting nantinya, siapa yang tau kan.

"Wah bocah tengil gue, dari mana aja lu gue cariin di lampu merah buat diajak makan siang malah gak ada" Sembur Geri yang berkacak pinggang di depan pintu. Sejak tadi ia berdiri menunggu adiknya itu pulang.

"Hehe Ian ketemu Om baik lagi Bang, nih lihat dibeliin baju sama dikasi uang" Ujar Abian sambil menunjukan dua paper-bag ditangannya.

Geri menghela nafas pelan.

"Jangan ajak gue makan enak lagi, uangnya mending beli obat lo aja" Seru Geri saat tau isi otak adiknya itu.

Abian itu tidak bisa ada uang sedikit sudah mau foya-foya saja isi kepalanya.

Abian cemberut mendengarnya.

"Uangnya lebih banyak ini, ada lima lembar. Nanti beli inhaler sisanya kita nanti malam makan-makan ya Bang" Ajaknya.

Geri hanya bisa menghela nafas dengan pemikiran Abian yang hanya makan. Anak itu memang suka makan, sampai-sampai jika ada uang pikirannya hanya makan dan jajan saja.

"Bandel banget dibilangin" Lirih Geri.

Abian hanya tersenyum mendengar lirihan abangnya.

Anak itu melenggang masuk kerumah. Lalu menyimpan pakaian barunya, bahkan yang ia kenakan sekarang pakaian baru juga dari atas sampai bawah. Sedangkan baju yang tadi siang Abian pakai entah dikemanakan ia tak tau. Mungkin dibuang pemilik toko atas perintah Arrow.

•••

Geri memungut butiran nasi yang menempel disudut bibir adiknya. Keduanya tengah menikmati nasi pecal lele dipinggiran jalan kota. Sesuai kemauan bocah kesayangannya Geri itu, mereka makan enak diluar.

"Pelan aja nanti keselek" Ujar Geri saat melihat adiknya itu makan terlalu cepat.

Abian hanya nyengir ketika di tegur abangnya.

"Abis makan kita ke apotek ya, beli obat lo. Jangan dihabisin semua buat jajan, ini juga butuh bantuan" Ucap Geri lalu menyentuh sekejap dada adiknya.

Abian menunduk melihat dadanya sendiri, lalu mengangguk pelan. Anak itu mulai melanjutkan makannya yang tertunda.

Sekitar dua puluh menit keduanya menyelesaikan makan dan juga duduk-duduk sejenak. Akhirnya Geri memutuskan untuk pulang sekarang, takut terlalu malam dan apotek juga tutup.

Keduanya berjalan kaki, ya memang selalu seperti itu. Lagian tempat makannya tidak jauh dari pasar, sedangkan tempat mereka tinggal juga ada dibelakang pasar.

Ruko-ruko kios para pedagang juga banyak di sepanjang jalan pulang, termasuk apotek tempat biasa Geri membeli obat hirup adiknya bila ada uang.

Keduanya sampai di apotek, Abian mendudukan tubuhnya di kursi kayu panjang didepan apotek, membiarkan abangnya membeli inhaler untuknya.

Abian pandangi kendaraan yang sesekali melintas, karena memang jalan didepan deretan ruko dekat pasar hanya ramai saat hari terang, karena banyak yang belanja dipasar, sedangkan malam hanya beberapa saja yang lewat, karena pasar disini hanya beroprasi hingga menjelang sore. Malam hanya para pemilik ruko yang masih buka, dan kebanyakan bukan menjual bahan pangan.

"Udah yuk" Ajak Geri.

Abian mengangguk.

"Mau Abang gendong?" Tanya Geri sambil tersenyum pada Abian.

Anak manis itu langsung mengangguk cepat.

Geri tersenyum hangat, lalu berjongkok didepan adiknya. Abian langsung naik keatas punggung tegap itu, punggung yang banyak menampung beban.

Abian peluk leher abangnya, merebahkan kepalanya dibahu sang abang.

"Obatnya besok mulai dibawa, jangan lo tinggalin dirumah. Jangan kepikiran buat hemat juga, kalau sesak langsung pakai. Ngerti Dek?" Ujar Geri.

"Iya tau" Jawab Abian pelan.

"Abang..." Panggil Abian lirih.

"Hmmm" Respon Geri.

"Makasi banyak ya, udah mau besarin Ian. Udah mau jadi saudara Ian" Ucapnya pelan.

Geri tersenyum tipis.

"Sama-sama..." Balasnya lirih.

"Langit banyak bintang" Seru Abian saat menadah dan melihat banyak bintang dilangit yang gelap.

Terilat cantik berkilauan.

Geri ikut menadah menatap langit malam.

Pria itu mengangguk pelan.

"Cantik ya?" Tuturnya.

Abian mengangguk merespon, membernarkan penuturan abangnya.

"Itu yang paling terang" Tunjuk Abian pada salah satu bintang yang paling terang.

"Iya, terang kaya Ian" Balas Geri lembut.

"Ian jadi malu" Lirih Abian membuat Geri terkekeh.

"Gitu aja malu" Goda Geri membuat Abian menyembunyikan wajahnya dileher Geri.

Geri semakin tertawa melihat tingkah malu-malu adiknya.

•••

Seminggu berlalu begitu saja, semuanya berjalan normal seperti biasa. Syukurnya seminggu ini kerjaan Geri selalu ada, kerjaan halal maksudnya. Walaupun uang upah sehari-harinya pas-pasan buat mereka makan sehari-hari juga, tapi tetap harus bersyukur gak sampai nyopet.

"Duduk sana, gak usah ngangkut lagi" Ujar Geri sambil menunjuk bangku kayu didepan ruko. Sejak tadi pria itu sedikit risih dengan batuk yang Abian keluarkan.

Sejak dua hari yang lalu anak itu memang kerap sekali kambuh, mungkin karena perubahan cuaca. Sudah mulai masuk musim hujan sekarang, jadi udara lebih dingin dan lembab, wajar jika adiknya itu sering kambuh.

Abian nurut karena dadanya juga mulai terasa tak nyaman. Anak itu semprotkan inhaler yang ia kantongi.

Sambil mengusap dadanya pelan, Abian pandangi abangnya yang masih bolak-balik mengangkat karung beras dan beberapa kardus berisi pesanan pelanggan.

Lalu Abian pandangi obat hirup ditangannya. Benda yang bisa dibilang menjadi penolongnya kala merasa sesak.

"Masih sesak gak?" Tanya Geri membuat lamunan Abian buyar.

Anak itu menggeleng, sesak memang hilang tapi dadanya masih terasa tidak nyaman. Anak itu hanya tak mau abangnya terlalu khawatir padanya.

"Naik biar Abang gendong" Ucap Geri lalu berjongkok didepan adiknya.

Abian langsung menaiki punggung itu, membenamkan wajahnya diceruk leher abangnya.

"Hangat" Lirih Geri saat dahi dan nafas adiknya terasa hangat menerpa kulitnya.

Hari sudah sore, barang-barang juga sudah semua diangkut ke mobil untuk diantar trip terakhir hari ini sebelum toko ditutup.

Geri juga sempatkan mampir ke warung membeli beras, ia hendak membuat bubur untuk adiknya. Meski Geri tak jago masak, mentok-mentok ia jagonya masak air, tapi setidaknya masak bubur ia bisa, soalnya pernah belajar sama tetangga kontrakan, walaupun buburnya hanya berbumbu seadanya dan juga kecap manis agar tak hambar.

Sesampai dirumah Geri langsung merebahkan tubuh adiknya dengan pelan, anak itu bahkan jatuh tertidur digendongan abangnya.

Geri tempel plaster penurun panas yang ia beli selembar di warung tadi, untung saja ia ingat membeli benda itu tadi.

Setelah merasa adiknya nyaman, Geri bergegas kedapur, pria itu bersiap perang dengan alat dapur yang bahkan seadanya dirumah. Karena hanya hidup berdua, jadi barang pun tidak banyak. Apalagi mengingat keduanya hanya dirumah saat menjelang malam, jadi jarang masak karena makan siang pasti dipasar, sedangkan sarapan tidak ada kata sarapan.

Tak lama bubur jadi, Geri menyiapkan di dua mangkuk satu lagi untuknya. Terlalu malas untuk masak yang lain lagi, sekalian saja makan bubur dengan adiknya.

"Dek bangun dulu" Ujar Geri pelan membangunkan adiknya.

"Makan dulu biar minum obat, nanti lanjut tidur lagi" Timpal Geri sambil membantu Abian duduk menyender pada dinding. Tidak ada kepala ranjang, kasur mereka hanya kasur sederhana dan seadanya.

Abian menerima dengan baik suapan abangnya, meski indera pengecapnya sedang terganggu akibat sakit, tetap Abian paksakan untuk makan, ia juga tidak mau lama-lama sakit dan membat abangnya kerepotan.

"Minum obatnya" Titah Geri setelah adiknya menghabiskan bubur seadanya itu.

Abian menerima obat demam warung yang abangnya berikan. Setelah itu Geri membantu adiknya kembali rebahan.

Geri usap lembut surai adiknya yang sedikit lepek. Menyentuh ceruk leher adiknya untuk memeriksa suhu tubuh Abian.

"Masih hangat..." Lirih Geri.

Setelah melihat adiknya memejam kembali, Geri pun bergegas keluar kamar untuk makan bubur bagiannya. Membiarkan adiknya istirahat lebih dulu.

¤¤¤

•••

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN🙏

Continue Reading

You'll Also Like

248K 20.4K 22
Piyo, kisah si bocah polos yang disayang oleh abangnya. "Abang jelek! " "Kamu mirip monyet! " "Abang induknya! " "Dasar gendut! " "HUWEEEE, IBU, ABA...
322K 25.4K 28
Hanya Rafka, seorang anak kecil yang mengerti bahwa dunianya tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Semua seakan menjauh dari Rafka, sejauh jarak a...
92.5K 5K 42
Kisah anak kembar yang membenci sosok pria yang memiliki gelar ayah di hidup mereka, tumbuh dewasa dengan didikan keras dari sang Opa membuat anak ke...
297K 32.4K 24
Dia anak tengah yang menggemaskan Elbio namanya. Anak menggemaskan yang rajin menabung untuk membeli apapun yang ia inginkan. Anak selugu Elbio harus...