DELACEY & HER GUARDIAN

By sangrupawan

102K 10K 22K

❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞ ❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna tast... More

⋆༺ PROLOGUE ༻⋆
⋆༺ 01 - STRANGERS?
⋆༺ 02 - BODYGUARD
⋆༺ 03 - D FOR DIRTY
⋆༺ 04 - HOME FUCKING WORK
⋆༺ 05 - BETTER THAN HIM
⋆༺ 06 - ON A DATE?
⋆༺ 07 - SWEET MESSAGE
⋆༺ 08 - HELL
⋆༺ 09 - F'CK HIM
⋆༺ 10 - BEFORE PARTY
⋆༺ 11 - HALLOWEEN PARTY
⋆༺ 12 - BROKE UP
⋆༺ 13 - NIGHTMARE
⋆༺ 14 - FLASHBACK
⋆༺ 15 - BLACK TULIPS
⋆༺ 17 - I LOVE KISSES!
⋆༺ 18 - PUNISHMENT AND FIGHTING
⋆༺ 19 - DELACEY VS SAKURA
⋆༺ 20 - MY HEART BELONGS TO YOU
⋆༺ 21 - WISHLIST
⋆༺ 22 - THE AMUSEMENT PARK & BEACH
⋆༺ 23 - TRIP TO HELL
⋆༺ 24 - BURIAL

⋆༺ 16 - NASTY

3.3K 382 564
By sangrupawan

ayo bantu ramaikan biar bro semakin semangat, trims! komentar yang banyak dan jangan lupa share cerita ini! ·˚₊· ͟͟͞͞꒰➳
________________________________

"L-lo... apa yang lo lakuin ke Mama gue?!"

Suara yang tiba-tiba muncul itu lantas membuat perhatian Delacey tertuju ke arah cewek yang baru tiba ke kafe dengan raut wajah shock. Delacey mengernyit bingung ketika cewek itu mengatakan wanita yang merupakan selingkuhan Oscar dengan sebutan Mama.

"Mama lo?"

Mamanya Sakura.

Sungguh tidak terduga.

Sangat tidak terduga.

Delacey mendecih geli. "Oh, jadi wanita itu adalah Mama lo?" Delacey mendekat ke Sakura yang kini mengepalkan tangannya. "Jadi Mama lo selingkuhan mantan gue yang brengsek itu? What a shocking news."

Sakura merapatkan rahangnya, kedua matanya memicing tajam.

"Sakura Sayang." Delacey menyeringai lalu berbisik. "Tolong jaga Mama lo supaya gak liar dan gatal. Bukannya lo pernah bilang ke gue kalau lo itu anti sama orang yang keluarganya hancur? Jangan sampai lo anti sama diri sendiri karena Mama lo yang gak bisa nahan diri buat gak jadi wanita gatel."

Sakura hanya bermain ekspresi, entah, ia tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun sekarang.

Delacey menepuk bahu Sakura. "Duluan ya, bitch."

Sungguh tidak menyangka jika wanita dewasa yang menjadi selingkuhan dari Oscar adalah Mamanya Sakura. Delacey tidak habis pikir ternyata Oscar sebodoh dan semurahan itu sampai mengembat Ibu dari anak yang satu sekolah dengannya. Delacey sempat curiga jika Oscar selingkuh dengan Sakura, tapi siapa sangka apabila lelaki itu justru melakukannya dengan Mama dari perempuan itu.

Delacey menyentuh pipi kanannya. Rasa sakit akibat tamparan dari Corla masih berefek kepadanya. "Sial. Jalang itu..."decaknya bergumam jengkel.

Tamparan itu tiba-tiba membuatnya teringat dengan tamparan terakhir kali ia dapatkan dari wanita yang sangat ia sayangi. Delacey tidak mungkin lupa betapa perihnya tamparan yang pertama kali ia dapatkan dari Maminya ketika ia menangis tersedu-sedu, memohon supaya Maminya kembali setelah kejadian tragis yang terjadi di keluarga mereka. Delacey mengemis ketika bertemu kembali dengan Maminya supaya wanita itu bersamanya lagi. Alih-alih seperti diharapkan, Delacey justru mendapatkan tamparan menyakitkan dari Maminya.

"Sial," decaknya lagi ketika berjalan menuju parkiran. Mengingat kenangan buruk itu sanggup membuat matanya berkaca-kaca.

Delacey mengernyit bingung tatkala tidak menemukan Jeaven di lokasi parkir. Hanya mobilnya saja. Delacey mengedar pandang sambil mengirim pesan kepada cowok itu. "Jeaven ke mana?" gumamnya heran.

Sekelibat momen pelukan tadi terlintas begitu saja di kepala Delacey dengan cepat mengganti pikirannya mengenai Maminya. Cewek itu menggerutu dengan semburat merah seketika muncul di wajah tapi ia tidak bisa melihatnya. "Ah, Jeaven sialan!"

Tepat ketika ia memutarkan perhatiannya untuk mencari keberadaan Jeaven, Delacey menemukan hal mengejutkan ketika netranya jatuh pada padatnya jalan raya. Ia melihat mobil merah mengkilat berhenti karena di depannya lampu merah. Bukan mobilnya yang membuat Delacey terkejut.

Melainkan pengendaranya.

Delacey terbelalak.

"Ma... Mama."

Tanpa pikir panjang Delacey langsung masuk ke dalam mobilnya yang tidak terkunci bahkan kunci mobilnya masih ada di dalam sana. Sejenak Delacey mengernyit bingung, hal penting apa yang Jeaven lakukan sampai seceroboh itu. Delacey berusaha tidak peduli, justru ini adalah kesempatan bagus untuk ia mengejar pengendara mobil tersebut yang ia lihat sekilas seperti Mamanya.

Segera Delacey menyalakan mesin mobil, melajukan kendaraan mewah itu dengan kecepatan tinggi untuk mengejar mobil merah yang sudah jauh di depan. Delacey berkendara ugal-ugalan sehingga mendapat sumpah serapah dari penggunaan jalan lain, untung saja tidak terjadi kecelakaan.

Namun, secepat apapun mobilnya melaju, Delacey kehilangan jejaknya. Mobil merah itu sudah menghilang dari pandangannya. Ia tidak berhasil mengejar sosok Mamanya.

Mungkinkah ia salah lihat? Atau wanita yang ia pandang tadi memang Mamanya?

Delacey yang frustrasi berakhir di ruangan penuh sekumpulan manusia berdesakan, menari mengikuti alunan musik berdentum nyaring di bawah lampu kerlap-kerlip yang berpenerangan pekat memantul di lantai.

Sudah bukan hal istimewa jika Delacey mengunjungi tempat seperti itu ketika stress, tertekan, sedih, dan perasaan hancur lainnya. Tempat itu selalu menjadi pelarian untuk melampiaskan serta menghilangkan setiap rasa sakit walaupun hanya bertahan sementara darinya.

Delacey yang duduk di meja berhadapan dengan bartender, sudah menghabiskan enam gelas alkohol dalam waktu singkat begitu seorang pria tidak dikenalnya tiba-tiba duduk di sebelahnya. Pria berkemeja bercorak flora marun itu memandangnya lekat, terutama di bagian belahan dada dan paha Delacey yang membuat pria itu menerbitkan seringai nakal.

"Hei, cantik. Sama siapa?" tanya pria yang tidak berhenti menatap Delacey dengan mata mesum. "Sendirian ya?"

Dalam keadaan setengah mabuk, Delacey menoleh ke pria di sampingnya. Peristiwa itu bukan hal asing lagi baginya yang sering mengunjungi kelab. Delacey senang minum dan menari sebebasnya tapi bukan berarti ia murahan dengan membiarkan pria yang menemuinya di sana, mencicipi tubuhnya. Delacey tidak akan pernah sudi. Ia hanya akan bercinta dengan orang yang ia cintai.

Setidaknya, Itu prinsip seksual Delacey.

"Sama nenek gue!" balas Delacey berteriak, meneguk kembali gelas ketujuh. "Gue lagi badmood. Don't get close before your fucking dick splits into three!" ancamnya kemudian mengacungkan jari tengahnya.

Pria itu terkekeh, pandangannya masih tidak lepas dari Delacey yang baru saja beranjak bangun dan berdansa bersama orang-orang di sana tanpa ragu dalam kondisi yang sepertinya sudah mabuk.

Pria itu tersenyum nakal, menggigit bibir bagian bawahnya, menelan saliva penuh nafsu ketika memandangi gerakan panas Delacey ketika menari. Hal itu sungguh-sungguh mengundang 'adik' kecilnya beranjak berdiri dan tegang.

Ia mengeluarkan sebuah obat dari saku celananya. Kembali mencetak senyuman mesum.

"Malam ini, lo harus main sama gue, Seksi."

Delacey tengah asyik berdansa mengikuti dentuman musik di antara lautan manusia seketika terhenti tatkala pria yang tadi mendekatinya tiba-tiba saja sudah berdiri di sebelahnya. "Lo... gue udah bilang jangan deket-deket sama gue 'kan, jing?!" Delacey berteriak dalam kondisi jiwa sudah tidak normal, tubuhnya l sempoyongan kesana kemari, tetapi ia masih bisa menyadari pria tersebut.

"Jangan galak-galak gitu, Cantik."

"Gak usah deket-deket, Jelek, Burik. Sana. Hush. Hush. HUSH!"

"Gue cuma mau ngajak lo kenalan dan temanan, gak lebih kok." Senyuman pria itu terbentuk semakin licik. "Gue Brent." Pria itu menarik tangannya saat Delacey enggan menerima uluran dari tangannya. Pria itu tertawa. "Gue tau lo ke sini pasti karena lagi sedih 'kan? Kenapa? Cerita sama gue aja. Gue pendengar yang baik kok, Cantik."

"Gak usah sok tau!" teriak Delacey jutek. Tubuhnya yang terhuyung-huyung, nyaris saja jatuh dan kehilangan keseimbangan, tapi itu tidak terjadi karena tangan Brent berhasil menangkapnya. "Babi! Gak usah pegang-pegang, berengsek! Jauh-jauh sana! Shibal saekkiya!" teriaknya makin nyaring.

Namun, Brent tidak menyerah melancarkan aksi cabulnya. Cowok itu menyodorkan gelas minumannya kepada Delacey. "Ini. Gue punya minuman yang ampuh buat meredakan sakit hati, gelisah, galau, dan kesedihan lo. Minum dulu, Cantik."

Delacey menatap minuman itu sejenak. Mungkin jika dalam keadaan normal, Delacey sudah tidak akan percaya dan justru menyirami cowok itu tanpa pikir panjang. Tapi situasi saat ini berbeda.

Menghilangkan sakit hati?

Delacey tiba-tiba saja terpengaruh kata-kata pria tersebut. Perlahan, Delacey menerima minuman pemberian Brent, menenggaknya tanpa ragu hingga cairan itu kandas dalam hitungan detik.

"Good girl." Brent menyeringai. "Mari kita bermain."

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Klakson-klakson kendaraan sekarang saling bertempur begitu mobil yang dikendarai Jeaven melaju ganas. Saking khawatirnya terhadap Delacey, cowok itu sampai tidak memerhatikan dua penumpang yang duduk di belakang, Agatha dan Larissa.

Mobil yang sekarang dikendalikan Jeaven adalah milik Larissa. Ketika Jeaven mendapati mobilnya sudah dibawa pergi oleh Delacey, tanpa pikir panjang Jeaven langsung menerima tawaran dari sahabat Delacey untuk meminjamkannya mobil, mencari Delacey yang tiba-tiba menghilang.

Karena turut cemas, Larissa dan Agatha pun ikut menumpang. Kini mereka rasanya ingin memuntahkan isi perut karena Jeaven menyetir seperti sedang mengantarkan mereka mengunjungi maut.

Persetan. Terpenting adalah menemukan Delacey sebelum terjadi sesuatu yang buruk kepada perempuan itu.

Jeaven merasa menyesal setengah mati karena lalai dalam tugasnya mengawasi dan menjaga Delacey—apalagi seseorang yang ia kejar, gagal cowok itu tangkap.

Masih ada kata beruntung muncul di benaknya sebab mobil miliknya terpasang alat pelacak, sehingga ia bisa mendeteksi posisi Delacey. Perhatian Jeaven terbagi ke arah jalan serta ke alat pelacaknya untuk memantau pergerakan Delacey.

Ternyata titik berhenti Delacey adalah salah satu kelab terdekat.

"Sial," desis Jeaven, mendadak berfirasat buruk.

Jeaven meningkatkan kecepatan mobilnya sehingga dua penumpang itu berteriak kaget sambil menggenggam tangan satu sama lain dengan mata terpejam saking takutnya. Mereka sampai latah menyebut semua Tuhan dari berbagai agama supaya memberikan keselamatan meskipun merasa seperti sudah ada di ambang kematian.

Tidak butuh lama mini cooper kuning milik Larissa sampai di parkiran kelab. Jeaven menatap dua cewek itu bergantian. "Kalian berdua, pulanglah lebih dulu. Delacey biar gue aja yang urus," perintahnya tegas.

Menyadari ditatap Jeaven, kedua cewek yang sedari tadi berpelukan secara konyol langsung melepaskan diri satu sama lain, mengubah posisi menjadi lebih anggun.

"Sungguh? Kalau begitu, tolong pastikan Delacey baik-baik saja ya," sahut Agatha.

Jeaven mengangguk sekilas. "Dan terima kasih atas mobilnya," lanjutnya langsung meninggalkan dua perempuan itu dengan langkah tergesa mencari Delacey.

Penjagaan di kelab itu tidak terlalu ketat, hanya karena penampilan Jeaven yang tidak seperti anak sekolahan membuat ia masuk dengan mudah ke area itu tanpa pemeriksaan—selain pengecekan barang bawaan. Jeaven langsung mengedarkan pandang gelisah mencari keberadaan Delacey begitu cowok itu bergabung di dalam gerombolan mahluk bumi yang tenggelam dalam pengaruh alkohol serta iringan musik keras mengguncang ruangan.

Mata Jeaven sibuk menjelalah ke segala arah, bergerak ke setiap sisi, memerhatikan satu per satu manusia di sana. Pandangan serta langkahnya sangat gencar mencari posisi Delacey. Saking paniknya, Jeaven sampai salah orang karena mengira itu adalah Delacey karena dilihat dari bentuk tubuh dan gaya rambut mirip sangat mirip dengan Delacey, jika dilihat dari belakang.

Jeaven mengerang frustrasi. "Sial... Delly. Where are you?"

Jika sampai ia gagal melindungi Delacey, Jeaven tidak akan pernah memaafkan dirinya.

Sampai matanya berbelok ke sudut timur, berpusat ke salah satu titik dan menemukan pemandangan yang sanggup membuatnya mengepalkan tangan kuat dan matanya memerah marah. Bahkan rahangnya pun mengeras tatkala menemukan pria sialan merangkul Delacey masuk ke dalam lift yang sekarang tertutup.

Jeaven terpancing murka. "Keparat bangsat itu!"

Dengan terburu dan amarah membara, Jeaven langsung berlari menggunakan tangga darurat untuk naik ke lantai atas. Ia bahkan tidak tahu bajingan itu membawa Delacey ke mana. Sampai Jeaven tiba di lantai dua yang ternyata menyediakan banyak kamar—mungkin untuk para pengunjung club yang terlalu mabuk sehingga tidak bisa pulang atau memang khusus untuk orang-orang menginap dan melakukan hal dewasa lainnya di sana.

"Bangsat!" Jeaven mengumpat karena terlambat. Keparat itu sudah keluar dari lift lebih dulu dan sudah dipastikan mereka telah memasuki salah satu kamar di sana.

Jeaven semakin mengeratkan rahangnya. "Kalau lo berani menyentuh Delacey, gue pastikan lo mati sekarang, bedebah anjing."

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Brent tersenyum penuh kemenangan begitu perempuan yang menolaknya tadi kini telah tenggelam dalam permainannya.

Brent memerhatikan sedetik paras cantik cewek yang terbaring tak berdaya di atas ranjang, sebelum melepaskan jaket bulu milik Delacey perlahan. Kemudian Brent menyentuh wajah Delacey, merasakan betapa lembutnya kulit perempuan itu yang membuatnya memasang raut wajah terangsang menyebakan lagi.

"Kulit luarnya sebening dan semulus ini... pasti yang di dalam juga seperti ini," komentar Brent menjijikan. Sungguh layak didorong ke neraka.

Brent membelai kembali wajah dan rambut cewek yang tak berdaya bahkan terbuai karena pengaruh obat. Brent menjilat bibirnya. "Aku sudah tidak tahan. Aku harus melepaskan dahagaku dan mencicipimu, Jalang kecil."

Perlahan, Brent melepaskan satu per satu kancing kemeja, membuka pakaian yang kemudian ia lempar sembarangan ke lantai. "Ayo kita mulai." Dengan agresif, bibirnya sudah hampir menyosor ke milik Delacey.

Nyaris saja Delacey diserang oleh bibir cabul dari manusia hina itu. Hanya saja pergerakannya berhasil terhenti ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka secara paksa dan kasar.

Brent terbelalak ketika menemukan cowok yang tidak pernah ia temui sebelumnya kini tampak di sana, menunjukkan raut wajah murka. Tatapan cowok itu mematikan.

Bahkan Brent seolah sedang melihat malaikat pencabut nyawa sekarang.

Cowok itu, Jeaven, menarik Brent menjauh dari Delacey. Membanting badan Brent ke lantai dengan sangat kasar, bahkan laki-laki cabul itu langsung mengerang sakit yang seketika diterima.

"Lo udah berani nyentuh cewek gue, berarti lo siap mati sekarang, Keparat bangsat."

Dan Brent telah menemui ajalnya.

Sebab sekarang ia sedang berhadapan dengan dewa kematian.

"Gerbang neraka siap terbuka."

𝄡𝄢𓆩TO BE CONTINUED𓆪𝄡𝄢

400 vote and 1k comments for
next baby ྀ࿐ ˊˎ-

tembus target langsung update! <3 bantu promosi cerita ini yuk, biar dikenal dan diketahui sama yang lainnya! ^^

update secepatnya kalau tembus target, bantu share cerita ini ke media sosial kalian ya! thanks everyone!

spam next di sini ˚ · .

jangan lupa follow ya buat informasi
lebih lanjut!

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 278K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.8K 118 21
Arden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan...
5.5M 293K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.8K 255 9
[Genggam tanganku selagi kamu menunggu] *** Kisah ini bermula dari pertemuan tak sengaja di sebuah danau. Seorang Elian Marvis yang dengan keputusasa...