MARVELO ANDROMEDES

By alyaa_rakus

511K 39.3K 1.3K

jiwa seorang pemuda yang gila karena mental nya yang kian hancur dan melebur. melakukan apapun tetap membuat... More

Satu
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Dua
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Tiga
Enam belas
Delapan belas
Empat
Lima
Tujuh belas
Sembilan belas
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Dua puluh
21. Dua satu
23. Duapuluh tiga
24. Duapuluh empat
25. Duapuluh lima
26. Duapuluh enam
27. Duapuluh Tujuh
28. Duapuluh delapan
29. Duapuluh sembilan
30. Tiga puluh
31. Tigapuluh satu
32. Tigapuluh dua
33. Tigapuluh tiga
34. Tigapuluh empat
35. Tigapuluh lima
36. Tigapuluh enam
37. Tigapuluh tujuh
38. Tigapuluh delapan
39. Tigapuluh sembilan
40. Empat puluh
41. Empatpuluh satu
42. Empatpuluh dua
43. Empatpuluh tiga
44. Empatpuluh empat
45. Empat lima
46. Empat enam
47. Empat tujuh
48. Empat delapan
49. Empat sembilan
50. Lima puluh
Extra part. 1

22. Duapuluh dua

8.9K 827 27
By alyaa_rakus

Hari ini juga Archie kembali dari rumah sakit. Namun bukan nya merasa tenang dan baikan, gadis itu justru selalu menahan amarah saat melihat Marvel yang tampak sangat di manja oleh James dan ketiga putra nya. Apalagi saat ini mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Marvel duduk di pangkuan James sedangkan dirinya duduk sendirian di sofa single, dan lagi saat dari rumah sakit dirinya malah di gendong oleh Kim, bukan James ataupun ketiga kakaknya.

"Daddy," Panggil Archie, namun James hanya berdehem singkat menanggapi ucapan gadis itu. Pria itu sibuk dengan laptopnya dengan tangan kanannya yang sibuk mengelus punggung sempit si bungsu. Tak menyerah, Archie terus berusaha memanggil James. "Dad, Chie mau di pangku juga," ucap gadis dengan tatapan sesendu mungkin.

"Daddy!!" Pekik anak itu terus menerus, hingga dengan kasar James menutup kasar laptopnya. Netra legam milik pria itu menajam saat itu juga, aura penekanan yang begitu terasa di sekitar mereka kian menyatu membuat Archie bergetar ketakutan tanpa sadar.

"Dad, mau itu." Cicit si bungsu dengan tangan yang menunjuk ke arah secangkir kopi susu milik sang Ayah. James langsung memberikan cangkir itu pada si bungsu. Tangan nya tak langsung terlepas dari gelas itu, namun telapak tangannya menahan ujung gelas itu agar tak terjatuh saat si bungsu memegang nya. "Enak!" Seru si bungsu. James mengambil tissue basah di atas meja, lalu mengelap bibir si bungsu dengan lembut.

"Urus dia," James berujar ke arah tiga putra nya dengan tatapan menuntun ke arah Archie. Namun justru Enigma lebih dulu meninggalkan ruang tengah dengan menenteng laptop milik nya, lalu tak lama Imanuel juga ikut menyusul, dan terakhir Alpha yang pergi ke luar Mansion entah kemana. Meninggalkan Archie dan Kim di ruang tengah.

"Permisi Nona, tapi saya harus mengambil kan Susu Tuan kecil," Kim berujar enteng dengan muka datar nya. Pria datar itu segera pergi ke dapur. Archie yang melihat kepergian mereka semua tampak langsung mengepalkan tangannya, gadis itu membanting tongkat nya ke sembarangan arah. Gadis itu juga menjambak rambutnya sendiri karena merasa sungguh kesal. Mata nya memanas dan terus menerus membuat rasa kebencian di hati nya. Hingga rasa benci itu menumpuk hingga gadis itu memiliki pikiran untuk menyingkirkan Marvel yang selalu saja menghalangi jalan nya.

Marvel memeluk erat perut kotak-kotak sang Ayah. Kepalanya ia taruh di atas paha James. James, pria itu sendiri kembali sibuk dengan laptopnya. Bukan karena apa, namun karena penjualan sengaja ilegal nya kini hilang di tengah jalan menuju tempat klien. Namun walau sedang sibuk, pria itu selalu melirik ke arah si bungsu yang tampak menutup mata walaupun anak itu belum tertidur.

"Mengapa belum tidur? Ini sudah larut malam, besok juga harus sekolah kan," James menutup laptopnya lalu beralih pada bungsu nya sepenuhnya. Bisa dirinya tangkap saat netra ice blue itu terbuka sedikit namun kembali tertutup saat anak itu tau jika sang Ayah tengah memperhatikan nya.

"Daddy tuh gak tau, ish. Aku itu mau minum susu dulu sebelum tidur," Si bungsu akhirnya membuka matanya dengan menatap garang sang Ayah. Namun James justru memberi nya seribu kecupan karena terlampau gemas dengan si bungsu nya. Entah mengapa bungsu nya ini sangat mewariskan bentuk fitur wajah dan kelembutan seperti mendiang sang istri. Bahkan sedikit demi sedikit ia tau jika si bungsu nya mewarisi hampir tujuh puluh persen sifatnya. Lalu sisanya semua nya adalah sifat mendiang sang istri yang menurun pada putra keempatnya itu.

Tangan kekarnya menangkup wajah si bungsu, hingga wajah mereka berdua berdekatan. Si bungsu nampak menatap nya polos sedangkan James menatap sang anak cukup dalam apalagi kelereng legam milik James nampak menyorot sosok kesayangan nya yang tepat di depan matanya. Hembusan nafas hangat dari James membuat kelopak mata itu semakin mengerjap polos. "Minum susu daddy saja. Dad, juga memiliki buah dada namun rata, tak masalah bukan--"

"Daddy!! Gajelas!" Pekik si bungsu yang langsung memukul perut James kuat namun yang terdengar hanyalah sebuah tawa berat James yang mengudara. Membuat bibir preach itu bertambah mencebik kesal. Ia kira James akan kesakitan namun pria itu justru tertawa lepas.

"Ayo," James membuka kancing kemejanya hingga memperlihatkan dada bidang pria itu, membuat rasa iri tiba-tiba saja muncul di hati si bungsu. Jika saja ia punya badan Atletis seperti James dan ketiga kakaknya. Diri nya mungkin akan banyak yang mengejar dan menyukai nya. Namun sayang seribu sayang saat melihat lengan putih mulusnya kini tampak sangat jauh berbeda dengan sang Ayah. "Mendekat lah, katanya mau minum susu," James menaik turunkan alis nya dengan tabiat tentang menggoda si bungsu.

"Gak!! Daddy kayak pedofil!" Si bungsu kembali berteriak keras, bahkan badan kecil anak itu beringsut mundur.

James menghentikan tawa nya. Pria itu dengan cepat bergerak ke arah si bungsu lalu menahan pinggang sang anak. Saat anak itu tadi hampir saja terjerembab ke belakang. "Perhatikan letak badan mu, Velo." James berujar dengan suara beratnya. Si bungsu tampak mendengus mendengar ucapan sang Ayah, yang berubah kembali dingin. Anak itu mendusel duselkan badan nya di dada bidang James dengan terus bergumam kata susu.

James berdiri dengan Marvel yang berada di gendongan nya. Di buka pintu kamar nya lalu terlihat Kim yang berdiri tegap di sana, namun saat presensinya terlihat membuat pria berwajah datar itu menunduk hormat di hadapan James. "Maaf menganggu, tapi saya hanya ingin mengantarkan susu untuk Tuan Kecil," Sepersekian detik kemudian botol susu langsung di ambil oleh Marvel.

Anak itu menyengir kuda. Membuat Kim berdehem singkat lalu beranjak pergi dari sana. "Bayi," James berceletuk dengan membawa langkah nya kembali ke kamar tak lupa mengunci pintu kamar nya melalui ponselnya. Namun si bungsu hanya anteng di pangkuan sang Ayah. Mereka tengah berada di balkon kamar James.

"Dad, nanti kalau aku sudah tamat SMA, aku mau kuliah di Rusia!" Si bungsu tiba-tiba berujar. James menunduk melihat wajah manis si bungsu. Tangan nya terulur merapikan anak rambut si bungsu.

"Jika aku tak mengizinkan, maka kau tidak akan bisa ke sana." James membuka suara nya. Pria itu menatap lurus ke arah langit malam. Lengan nya semakin mendekap erat badan si bungsu. Marvel yang akan berontak namun terhenti saat merasakan hangat nya dekapan seorang ayah. Tanpa sadar anak itu tertidur lelap.

"Kau itu anak ku, kemanapun kau berada. Aku akan selalu mengawasi mu, walaupun kau sudah memasuki fase dewasa sekali pun." James membelai lembut pipi si bungsu. Hingga cahaya bulan tepat mengenai wajah bungsu nya, membuat anak itu bertambah cantik dan indah secara bersamaan.

"Tetaplah bersamaku, apapun yang terjadi."

****

James menuntun keempat putra nya ke sebuah ruangan di Mansion James. Ketiga kakaknya memang sudah tau dan hapal apa saja seluk beluk dan fakta yang ada di ruangan itu. Namun tidak dengan Marvel yang justru tak tau apa apa sedikitpun. Pemuda itu hanya menurut saja langkah mereka berempat. Kedua tangan nya kini di gandeng oleh Alpha dan Imanuel di kanan-kiri, sedangkan sang kakak sulungnya berjalan di belakang mereka dan di depan mereka ada James yang berjalan angkuh di depan mereka. Tepat mereka sampai di sebuah pintu bercat coklat tua dengan ukiran seekor naga besar yang tampak melingkar badan nya. James menempelkan sidik jari nya tepat di sebuah kaca transparan kecil di sudut pintu itu. Hingga tak berlangsung lama pintu itu terbuka, namun di dalam sana tak langsung ada ruangan melainkan ada sebuah pintu lagi, James kini mengeluarkan sebuah kartu, dan suara sistem yang terdengar asing bagi Marvel terdengar. sampai akhirnya pintu itu terbuka.

Mereka kembali melangkah lebih memasuki ke ruangan itu. Ruangan bergaya klasik Eropa dengan ukiran naga yang berada di dinding dinding kokoh ruangan itu. Terkesan gelap namun terasa sangat nyaman walaupun aura di dalam ruangan itu terkesan penuh intimidasi dan penekanan. Dan lagi, ruangan ini berada di bawah tanah. Penjagaan di sini cukup ketat. Namun saat tepat di depan pintunya tidak ada yang berjaga, karena bagi James ini adalah ruangan privasi nya. James mempunyai cara tersendiri untuk menjaga ruangan ini. Bahkan seluruh CCTV menuju ke ruangan ini, semua nya sudah tersambung dengan perangkat canggih dan pintar milik nya.

"Daddy, ini tempat apa?" Si bungsu bertanya dengan hati-hati. Takut jika James akan marah pada nya, bahkan tangan kecil itu tampak menggenggam ujung kemeja yang di kenakan Imanuel. Apalagi saat ini wajah sang Ayah dan ketiga kakaknya nampak begitu datar tanpa ekspresi.

James berbalik lalu berjongkok di hadapan si bungsu membuat Imanuel dan Alpha segera menjauh dari sana. Seolah mereka tidak ingin menganggu waktu mereka dulu dan lagi, perasaan campur aduk yang kembali Alpha dan Imanuel rasakan setelah bertahun-tahun yang lalu terjadi. Kini kembali lagi.

"Kau ingin tau tentang istri ku, kan?" James berujar membuat Marvel terdiam kaku seketika, tungkainya terasa melemas saat itu juga. Di mana selalu ia dengar sosok seorang ibu adalah seorang malaikat yang selalu melindungi anak anak nya, dan rela mengorbankan nyawanya demi anaknya sendiri, namun berbeda dengan ibunya yang malah menjadi luka terdalam bagi nya. Netra bergulir ke segala arah, agar James tak melihat dirinya lemah. Tekadnya sudah bulat dirinya harus merubah alur kehidupan Marvel. "Sayang, kau dengar aku," James kembali bersuara membuat Marvel mengangguk mantap.

James berdiri. "Ayo, aku akan menemani mu." Marvel menerima uluran tangan dari sang Ayah. Mereka berdua berjalan beriringan, sampai mereka tiba memasuki sebuah lorong lorong di ruangan besar tadi. Marvel berjalan lebih dulu saat James mendorong pelan punggung nya ke sebuah ruangan. Menghembuskan nafas pelan, dirinya masuk secara perlahan ke dalam ruangan itu. Hingga langkah nya terhenti tepat di depan sebuah figuran besar seorang wanita yang nampak sangat cantik, anggun dan apalagi gaya anggota kerajaan sangat melekat apik pada wanita itu, tangan kecilnya terulur menyentuh figure itu. Netra nya bergulir ke bawah figure, terlihat sebuah nama terukir indah di sana.

𝓒𝓱𝓪𝓻𝓵𝓸𝓽𝓽𝓮 𝓔. 𝓐𝓷𝓭𝓻𝓸𝓶𝓮𝓭𝓮𝓼 .

Nama yang tertera di sana, membuat Marvel tersenyum tipis. Langkah nya kembali ia bawa pada sudut ruangan lainnya. Di sini sungguh banyak barang barang antik yang berharga fantastis dan langka. Foto-foto mendiang Charlotte kini terpajang rapi di ruangan elegan itu. Tak hanya figuran wanita cantik itu namun juga ada baju baju khas bangsawan yang juga tertata rapi di sana. Tangannya terulur menyentuh sebuah Rekaman suara yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Sedikit mengkerut kan dahi nya saat merasa penasaran dengan isi suara di dalamnya. Anak itu mulai memasukkan rekaman itu ke dalam Laptop yang berada di atas meja tepat sebelah James.

"Anak nya Mom, sembunyi di mana yah?" Suara seorang wanita yang begitu lembut dan memenangkan itu terdengar, saat rekaman itu terputar.
Marvel terdiam namun dirinya terus hanyut pada rekaman itu.

"Sayang! Anak nya mom, keluar dong. Mommy capek jalan terus nyari kamu,"

"Buahhh! Amy, Avel di sini. Amy! Kaki Avel di gigit nyamuk,"

"Astaga sayangnya Mom, sini duduk di pangkuan Mom. Mana yang sakit, mangkanya adek jangan main di semak semak. Kan jadi nya di gigit semut,"

"Mom, Avel sayang sama mom,"

"Sama dong, Mommy juga sayang sama anak bungsu nya mom ini. Apapun demi anak anak mom, mom bakalan lakuin semua nya."

"Sayang, bangun. Ini sudah jam 7 pagi, bukannya kalian ada sekolah pagi pagi ini. Adik kalian hari ini udah mulai masuk TK, kalian mau lihat Avel dulu gak,"

"Iya mom, kakak bangun nih. Evan bangun, kita hari ini harus ke sekolah Adik," Marvel tersenyum kecil saat suara sang kakak sulungnya tak pernah berubah dari dulu. Suara tegas, berat namun menenangkan itu kian terdengar.

"Avel, sayangnya mom. Katanya hari ini mau sekolah kan, ayo bangun. Utu tu tu. Sayangnya mom udah besar yah sekarang. Badan juga udah mulai berat."

"Amy~ Avel masih antuk. Lima belas menit lagi yah,"

"Gak bisa, sekarang waktu nya mandi. Daddy udah nunggu kamu di bawah,"

"Dadah mom, Avel sekolah dulu. Dadah kakak dadah Daddy!"

"Sayang nanti bekal nya di makan. Jangan makan sembarangan nya,"

Marvel mendongak menatap sang Ayah dengan kedua mata berkaca kaca. Tiba-tiba saja James mematikan rekaman suara itu. Rasa sesak di relung hati nya kian terasa. Namun tangan kekar sang Ayah nampak mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi nya. Netra nya memejam saat James mengecup pipi nya lembut. Segera anak itu merangkak dan langsung memeluk tubuh tegap sang Ayah. James terkekeh ringan melihat si bungsu. Tangan kekar nya melingkar di pinggang ramping sang anak, lalu mengangkat badan si bungsu ke gendongan koala nya.

"Maaf sudah membuat mu menangis,"  Bisikan Sang Ayah membuat Marvel bertambah menangis kencang saat itu juga.

"M-mau Mommy," James hanya diam mendengarkan penuturan si bungsu. Pria itu berjalan keluar dari ruangan itu namun langkah nya terhenti saat melihat Atensi ketiga putra nya yang lain kini berdiri tegap di hadapan nya. Namun James hanya melihat mereka tanpa minat. Marvel yang merasa langkah sang Ayah terhenti kini menyembulkan kepalanya ke arah depan, terlihat presensi ketiga kakaknya yang berada di depan nya.

Mulut nya semakin mencebik ke bawah membuat ketiga pemuda tanpa ekspresi itu tampak khawatir  melihat nya. Tangan Enigma terulur menghapus jejak air mata di pipi si bungsu.

"Kakak! Daddy tadi mengusir ku di ruangan tadi," Pekik si bungsu membuat James terbatuk seketika, apa ini? Si bungsu nya membuat sebuah hoax. Tapi baiklah, dia menerimanya.

"Yasudah, pergi lah sendiri ketempat pemakaman umum besok, aku tidak akan menemani mu." James menurunkan si bungsu dari gendongan nya. Pria berumur kepala empat itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu netra legam nya terus menatap datar si bungsu.

Marvel membalas tatapan datar sang Ayah dengan tatapan julid nya. Enigma yang melihat akan ada nya perang itu pun segera mengendong si bungsu. "Yaudah, aku juga akan pergi dengan Kak Law saja!" James hanya menatap datar putra bungsu bungsu nya itu, namun dalam hati dirinya tertawa keras melihat tingkah si bungsu

"Dia ingin menemui Mom?" Alpha membuka suaranya setelah tadi baru connect dengan apa yang di katakan James tadi. Ternyata Marvel ingin mengunjungi makam Sang ibu. James hanya diam menatap putra ketiga nya itu, Sepersekon kemudian pria itu memilih melangkah pergi dari sana.

"Apa? Aku tak salah bicara bukan," Alpha Tampak bingung karena sang Ayah tak merespon ucapannya, lalu berbalik menatap Imanuel yang juga hanya menatap nya datar lalu pemuda itu juga melangkah pergi
dari sana. "Si, sialan itu. Selalu saja pergi tanpa berucap," Desis nya mengepalkan tangan nya kuat. Sampai akhirnya memilih pergi dari sana.

****

Tengah malam menjadi tempat di mana sebuah kesunyian yang sesungguhnya tiba. Di mana semuanya tertidur, guna mengistirahatkan diri mereka, dan lagi melupakan sejenak tentang beberapa masalah yang timbul di kehidupan mereka. Bentangan Cakrawala malam kini nampak nya sangat memikat bagi seorang pemuda yang tengah berdiri di balkon kamar nya seorang diri. Kedua tangan putih itu nampak menggenggam lembut besi pagar pembatas balkon kamar nya. Besi itu terasa begitu dingin, namun telapak tangannya itu tetap tidak bergeming sedikit pun dari sana. Seolah menikmati apa yang di lakukannya sekarang. Hawa dingin menusuk badan nya karena celana yang ia gunakan adalah celana pendek sebatas atas lutut. Lalu baju kaos putih yang nampak kebesaran dan itu melekat sempurna di tubuh kecil Marvel.

Tangannya ia lepaskan dari besi pembatas balkon. Lalu ia naikkan ke atas. Berusaha mengawai bintang bintang yang tampak berkelip di malam hari. Begitu indah berada di dasar Bumantara. "Apa bintang itu adalah Mom?" Monolog nya dengan suara parau nya. Marvel tak tau jika saat ini dia tengah mengeluarkan air mata, tanpa isakan. Namun percayalah jika menangis tanpa suara itu menyakitkan, dan lagi tanpa ada rasa apapun. Tiba-tiba air matanya berlomba-lomba untuk keluar dari pelupuk matanya.

"Orang bilang, kasih sayang seorang ibu itu adalah yang paling tulus. Namun sedari dulu, aku gak tau bagaimana rasa kasih sayang setulus itu dari sosok ibu." Menjeda ucapan nya sejenak, kala rada sesak tampak begitu menyumbat suaranya. Memukul pelan dada kiri nya yang terasa sesak. Namun pemuda itu terus berusaha mencoba mengutarakan lagi perasaan kelabu nya saat ini.

"Namun aku tak terlalu mau menyalahkan takdir, karena pada dasarnya. Sekarang pun aku tetap harus berusaha, agar semua hak Marvel tetap kembali menjadi milik raga ini," Tertawa sumbang saat merasakan cahaya bulan menyinari wajahnya.

"Ayolah, apa malam ini juga wajahku di terangi oleh cahaya bulan. Walaupun benda itu sendiri tak bisa menghasilkan cahayanya sendiri," Marvel tau, jelas tau. Jika semuanya berusaha agar mendapatkan apa yang tidak pernah mereka dapat sebelum nya. Namun saat sebagian dari mereka sudah mendapatkan apa yang menjadi impian mereka. Mereka justru mempunyai keinginan untuk membantu orang lain walaupun hanya bantuan kecil sekalipun.

Marvel kembali merenung. Tatapan nya kosong namun bibir kecil itu masih menampilkan senyum kecil yang belakangan ini mampu membuat James dan ketiga putra nya merasakan perasaan dejavu, rasa hangat, senang, dan kelembutan secara bersamaan hadir. Kala bungsunya James itu tersenyum. Seolah debaran jantung mereka berpacu lebih cepat dari pacuan normal. Senyum yang membuat Sulungnya James seketika mengklaim jika si bungsu adalah milik nya. Dan tanggung jawab yang harus lebih utama ia prioritaskan, hanya untuk bungsu mereka.

Marvel mengerjapkan matanya cepat saat tiba-tiba dia barusan terlelap tadi. Anak itu berdiri dari duduk nya tadi, mengusap ngusap bahu nya. Segera anak itu keluar dari kamar untuk mencari sesuatu di dapur. Namun langkah nya terhenti saat berada di depan pintu kamar sang kakak sulung. Tekad nya yang tadi akan ke dapur untuk mengambil ice cream kini sirna saat mengingat wajah rupawan Enigma yang tadi menyuruhnya tidur. Tangan kecil itu menempel jempol nya di sudut pintu kamar si sulung hingga pintu itu terbuka. Langsung saja anak itu masuk tak lupa kembali menutup pintunya.

Netra nya bergulir ke arah kasur king size, di mana seseorang tengah tertidur pulas. Marvel sempat terpaku melihat wajah rupawan Enigma yang kini tepat berbaring miring menghadap ke arah nya. "Kakak, numpang tidur," Bisik si bungsu tepat di telinga si sulung. Membuat alis tebal sang kakak bertaut, segera netra legam itu terbuka sayup namun sorot mata tajam nya terus melekat pada pemuda itu. Melihat presensi kesayangan nya yang kini berdiri tepat di depan wajah nya.

Pemuda itu langsung terduduk di atas kasur membuat selimut yang tadi membungkus badan pemuda itu kini turun ke bawah. Marvel melotot saat melihat sang kakak yang tidak mengenakan baju atasan. Hingga menampilkan Perut kotak kotak yang cukup matang, dan lagi dada bidang yang begitu terlihat jelas itu. Ingin protes, namun Enigma lebih dulu meraih pinggang nya lalu membawa badan si bungsu ke atas kasur tepat di sebelah nya. Pemuda itu tetap diam, dengan tangan sibuk melilitkan selimut putih tebal itu ke area paha hingga kaki si bungsu yang tampak terekspos itu. Ia tak suka adik nya memakai pakaian seksi.

"Tidur lah, kakak akan memeluk mu. Agar tetap hangat," Marvel hanya mengangguk. Kebiasaan nya sekarang, menduselkan wajahnya di dada seseorang sebelum tidur. Bukan seseorang, namun hanya beberapa orang yang benar-benar ia sayangi dan menyayangi nya.

Hembusan nafas hangat dari si bungsu yang mengenai dada nya. Membuat Enigma tersenyum tipis dengan mata terpejam. Tangannya masih setia mengelus punggung sempit sang adik. "Aku menyayangimu, honey."


*****

.•♫•♬• Tbc •♬•♫•.

Siapa yang suka sama Enigma??
Yang suka sama Alpha??
Lalu yang suka sama Imanuel, si diam diam menghanyutkan.

Atau suka sama mas duda, James.

Gaje yah.

Udahan dulu, babay aku mau
Tidur dulu udan malem.

See you next part.

Continue Reading

You'll Also Like

260K 27.6K 17
Ace, seorang pemuda malas dan hobi menulis novel. Harus menerima sebuah fakta bahwa ia bertransmigrasi menjadi salah satu karakter antagonis yang per...
951K 77.8K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
430K 43K 55
APA? Masuk Kedalam Novel?! Kenapa harus aku!!!! #1 (Brothercomplex) #16 (Brothership) #2 (Brothercomplex) #9 (Bungsu) #15 (Brothership) #1 (...
SAMUEL By jvyo.n

Teen Fiction

7.7K 585 30
Di tengah hening malam yang sepi, bayangan-bayangan tersembunyi dalam kegelapan menunggu untuk muncul ke permukaan. Namun, di balik tirai malam yang...