Darka terbangun dari tidur siangnya. Di sambut Delin yang meringkuk dalam pelukannya. Terlihat lelap namun sudah saatnya bangun dan bersiap untuk bermain di pantai.
Darka mencapit pipi Delin hingga bibirnya mengerucut lalu mengguncangnya ke kiri dan kanan.
"Bangun!"
Delin tidak terusik. Semenjak video di hapus Delin memang berubah jadi sangat lelap jika tidur.
"Bangun!" jengkel Darka sambil mengguncangnya agak kuat.
Delin sontak tersentak dan langsung bangun. Dia mengunyah pelan dengan kebingungan.
Darka terdiam melihatnya. Itu lucu sekali. Seperti anak kecil. Astaga!
Darka menjauhkan tubuhnya. "Ayo, udah saatnya bangun, siap-siap!" perintahnya seraya turun dari kasur.
"Ke pantai ya, kak?" tanyanya agak serak.
"Iya emangnya kemana lagi!" ketus Darka.
Delin manyun sekilas. Respon Darka memang selalu menyebalkan apalagi jika kebutuhannya kurang terpuaskan.
"Ayo! Ngapain bengong!"
"Ha?" beo Delin tak paham.
"Mandi! Mandi bareng!" jengkel Darka.
Delin gelagapan. "Anu, akukan lagi dapet, kak." cicitnya.
"Udah ga banyak darahnya, ayo!" tegas Darka begitu keras kepala, egois dan seenaknya.
***
"Gue tahu lo udah beres," bisik Darka sambil membawa Delin yang malu-malu keluar kamar mandi.
Darka terlihat tersenyum senang. Mood naik begitu saja saat tahu Delinnya sudah tidak ada halangan lagi.
Delin yang murung. Dia tidak senang karena akan berbuat dosa lagi.
"Lo ga seneng?" Darka terlihat marah.
Delin menunduk tanpa mengangguk atau menggeleng.
"Lo ga jawab?" Darka terdengar semakin dingin.
Delin mendongak dengan kedua mata merebak basah. Jujur saja, Delin kadang keenakan tapi tetap saja dia tidak ingin terus menerus begitu.
"Ga usah pake air mata!" ketus Darka.
Delin kembali menunduk membuat air matanya jatuh begitu saja.
"Gue akan nikahin lo, itukan yang bikin lo begini? Ga mau terus gue nodai?" Darka menarik dagu Delin agar kembali menatapnya.
"Gue akan segera nikahin lo, gue serius!"
Darka menyesap air mata di pipi Delin, menyekanya menggunakan bibir. Delin terus menangis itu artinya bibir Darka akan terus menyekanya.
Delin pun berusaha menghentikan tangisnya agar Darka berhenti menggerakan bibirnya untuk menyeka air mata yang berjatuhan. Rasanya geli.
Darka menjauhkan wajahnya, menatap Delin tepat di kedua matanya dengan lekat dan penuh keseriusan. Tak lupa tajam dan mengintimidasi.
"Lo punya gue. Selamanya punya gue,"
Delin melemas. Itu artinya sampai maut?
"Lo harus biasain akan selalu ada gue di samping lo sampai maut memisahkan kita, bahkan di dalem lo," bisiknya di depan bibir Delin dengan begitu seksi.
Delin sampai merinding dan meremang.
"Malam ini lo harus makan banyak, sayang.." Darka membelai ringan garis rahang Delin. "Ga akan gue biarin lo tidur sampai pagi," bisiknya lagi dengan begitu seksi.
Delin sampai terpejam agak takut dan gelisah terangsang. Bibir Darka saat berbicara terus saja menggesek bibirnya tidak sengaja. Sentuham kecil yang menggelitik.
Apalagi bibir itu berpindah meniup telinganya.
"Sana ganti pakaiannya! Bukan merem melek terangsang!" bisiknya dengan begitu menyebalkan lalu pergi menjauh begitu saja.
Delin mengerjap lalu menelan ludah. Astaga! Apa yang dia lakukan?!
Delin pun bergegas dengan panik khasnya, agak salah tingkah juga karena sempat terbuai.
"Jadi, soal menikah itu serius ya," gumam Delin sambil mengobrak-abrik Koper.
Delin melotot mengangkat gaun aneh di kopernya. Sejak kapan barang itu ada. Tak hanya itu. Dalaman aneh pun ada. Bra yang aneh dan celana dalam macam apa yang hanya tali.
Delin merinding gelisah.
***
Darka melirik Delin yang terlihat gelisah di rangkulannya. Apa karena Delin memakai bikini untuk pertama kalinya?
Darka menilai penampilan Delin. Bahkan itu terlihat bukan bikini. Hanya celana pendek sepaha dan kaos tanpa lengan.
Darka agak protes awalnya tapi jika di pikir itu lebih baik dari pada bikini.
Apa iya Delin gelisah karena itu?
"Lo kenapa?" bisik Darka agak kesal. Dia ingin Delin menikmati liburannya bukan seperti orang tertekan.
Delin menggeleng cepat sambil memalingkan wajahnya malu. Pikiran Delin terlalu penuh di isi oleh pakaian menerawang nan aneh itu.
Apa dia nanti malam harus memakainya? Delin tidak mau. Lebih baik polosan dan langsung ke bawah selimut.
"Ck! Lo mau gue kayak dulu? Rekam—"
"Engga, kak." potong Delin cepat sambil meraih jemarinya.
Darka terdiam dan meluluh setitik saat merasakan jemari Delin menggenggamnya duluan.
Itu melemahkan Darka.
"Kenapa?" Darka tetap tegas ingin tahu.
"Itu," Delin menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Pakaian aneh di koper," cicitnya.
Darka langsung paham. Dia tersenyum miring dan terlihat senang. "Udah liat ternyata, itu buat nanti malem," bisiknya.
Delin menegang.
"Kalian udah dateng ternyata," Dikta menghampiri Delin dan Darka yang baru duduk di kursi jemur di bawah tenda.
"Lo semua lelet!" balas Darka malas.
Delin mencoba menenangkan diri dan menepis soal nanti malam. Saat ini laut terlalu indah untuk di lewatkan.
Delin menghirup angin yang menggerakan rambutnya sampai kusut itu. Begitu segar dan khas wangi pantai.
Darka sibuk berbincang dengan Dikta dan Akri yang baru datang tak lama dari Dikta. Untuk Lana katanya nyusul, dia masih bersiap.
Delin juga asyik sendiri. Dia mengoleskan sunscreen dengan santai di kakinya, membiarkan Darka sibuk dengan para sahabat.
Delin suka tempat ini. Andai saja dia bersama keluarga bukan Darka. Mungkin Delin sudah sangat aktif berlarian di pinggiran pantai.
Dikta dan Akri pun pamit untuk membeli kepala dan cemilan lain. Perhatian Darka pun kembali pada Delin.
"Sini, gue bantu!"
"Engga—"
"Nurut!"
Delin pun menyerah dan diam saja saat jemari besar Darka mulai mengusap kulit punggungnya, bahkan melingkar ke perut dan mengoleskannya sampai ke dalam bra.
Delin menggigit bibir agar tidak bersuara aneh saat jemari itu mencari kesempatan dalam kesempitan.
Darka memelintirnya lalu meremasnya. Delin nekad mencubit lengan Darka agar berhenti. Delin hampir mendesah.
Darka malah tersenyum samar. Puas sudah membuat Delin panik.
"Giliran gue," Darka merebahkan santai tubuhnya.
Delin meragu namun perlahan mengeluarkan cream itu ke tangannya lalu dia gosokan ke perut Darka.
Rasanya aneh. Perutnya tidak rata dan keras oleh otot. Wajah Delin sampai memerah padam. Dia juga salah tingkah karena Darka terus menatapnya lekat.
Delin ingin kabur rasanya.
"Lo cantik," puji Darka.
Part 21. Malam panjang berakhir lamaran usil hanya akan ada dikaryakarsa bagi yang mau. Engga pun ga masalah akan tetap bisa lanjut ke part selanjutnya. Makasih:)