Dark Obsession (TAMAT)

By chanie1001

2.6M 83.6K 944

#Dewasa More

1. Mulai Terobsesi
2. Darka Mulai Beraksi
3. Berhasil Memiliki
4. Gara-Gara Luka
5. Di Kenalkan
6. Kejutan Dan Mobil
8. Darka Tega Dan Mengantar Delin
9. Mampir Ke Hotey Dan Hukuman Kejang
10. Di Sambut Bahagia Walau Sebentar
11. Darka Gila Tak Pernah Lelah
12. Di Terkam Pagi
13. Gara-Gara Senyum
14. Main Cepat Dan Kecantikan Delin
15. Kehangatan Dan Ketahuan Kiss
16. Pengalaman Pertama Dan Kemarahan Darka
18. Berangkat Liburan Dan Paha
19. Menikah? Dan Delin Suka
20. Suncreen Dan Kostum Nanti Malam
22. Darka Si Usil M*sum
23. Darka Terpikat
24. Club Malam
26. Deril Dan Mau Anak
27. Kesibukan
28. Rencana Tuhan Dan Anak Kita
30. ASI Dan Kiss Tulus
31. Bayi Besar Dan Main Cepat
32. Akhirnya Menikah
34. Predator Dan Ella
35. Protektif Papa
37. Gaun Tidur
38. Menidurkan Darka Setelah Ella
39. Main Di Kantor
40. Papa Mesum Dan Main Sebentar
41. Melepas Rindu Dan Olah Raga
42. Kecemasan Dan Obatnya
43. Sempurna

17. Akhrinya Video Di Hapus

55.1K 2.2K 13
By chanie1001

"Dasar! Pacarnya lagi sakit datang bulan malah pergi!" gerutu Denada sambil menyelimuti Delin dengan selimut yang ada di kamar Darka.

"Ga papa, bunda. Sebentar lagi juga ga sakit," Delin tersenyum tipis. "Makasih dan maaf ngerepotin," lirihnya.

"Apanya yang ngerepotin! Adanya kamu rasanya bunda ke bantu, bunda bahkan sempet putus harapan,"

Delin yang merasa hangat mulai tidak terlalu merasakan sakit yang ketara. Dia diam mendengarkan Denada.

"Satu tahun, satu anak bunda nakal banget gara-gara patah hati, coba bayangin. Darka ga pernah pulang, sekalinya pulang mabuk parah,"

Denada menatap lurus sambil mengingat masa-masa penuh kekhawatiran itu. Dia dan sang suami sampai nekad menyuruh orang untuk mencari keberadaan Darka lalu saat tahu dia seret pulang.

"Darka punya masa lalu gara-gara patah hati itu. Dia hampir jadi pemakai tapi beruntungnya insting bunda cepet saat itu, yang lebih buat bunda marah itu saat Darka menolak ke kampus padahal sebentar lagi akan lulus," sebalnya di akhir.

"Makanya Darka sering banyak di rumah, kelur pun paling jam 11 malam sudah di rumah, bunda ga mau Darka melakukan seks bebas, obat-obatan terlarang,"

Delin sampai lupa dengan rasa sakitnya. "Apa namanya Selena?" tanyanya ragu.

"Hm, Darka cerita?"

Delin mengerjap gugup lalu menggeleng. "Ga sengaja liat kak Darka balas pesan ke nama itu, aku kira pacarnya," jawabnya pelan.

"Apa?! Jangan sampai Selena deketin Darka lagi, Delin! Bunda ga mau, bunda titip anak bunda sama kamu. Kamu jangan lepasin Darka ya.." mohon Denada.

Delin menelan ludah gugup. Dia tidak bisa menjawab soal itu. Dia justru ingin terlepas dari Darka dan bebas melakukan apapun tanpa perlu izin.

"Dem—loh.. Demian mana? Ngapain kamu ke sini?" sindir Denada pada anaknya yang datang begitu saja.

Jika sedang memasang wajah datar, Darka begitu mirip suaminya saat muda dulu. Dengan rambut blondenya yang alami. Bedanya Darka hitam.

Denada melirik plastik obat di tangan Darka. "Bukannya, Demian yang beli?" tanyanya.

"Dia ga jadi beli, aku yang beli." singkat Darka.

Denada mendengus. Anaknya itu kenapa selalu saja nyeleneh. Bilang saja mau beli obat bukannya melemparkan kata-kata yang membuat salah paham.

"Yaudah, bunda tinggal ke bawah mau bikinin Delin bubur, jaga jangan diketusin!" peringat Denada lalu beranjak dan meninggalkan kamar Darka.

Delin tidak berani menatap Darka. Jika diam rasa sakitnya baru terasa lagi. Dia hanya butuh Denada untuk mengalihkan fokusnya dari rasa sakit.

Bukan mendatangkan sumber yang membuatnya sakit. Sakit hati lebih tepatnya.

"Ga usah jadi tukang ngadu," Darka mendudukan tubuhnya di pinggiran kasur dengan menatap ke arah Delin.

Delinnya begitu pucat. Peluh menghiasi keningnya. Apa sangat sakit? Dulu jika mengeluh datang bulan Delin tidak separah ini.

Apa dulu dia menahannya?

Jelas. Delin menahan mati-matian. Apalagi menghadapi Darka yang uring-uringan saat bertanya sudah selesai belum tamunya.

Darka menyeka peluh dan keringat di leher Delin. Menarik dagunya agar menghadap dan menatapnya.

"Jangan bikin gue gigit lo!"

Delin pun menyerah. Menatap Darka yang menatapnya galak lalu perlahan meluluh. Delin hanya diam saat dagunya di usap.

"Lo ga pernah bilang, apa lo sebodoh itu untuk selalu patuh?"

"Kak Darka selalu marah, gimana bisa—" nyalinya hanya sebatas itu. Dia takut. "Kalau videonya di hapus, aku bisa ngeluh, selagi masih ada akukan cuma bisa patuh," suara begitu pelan dan bergetar.

Delin menjadi sensitif sampai tidak bisa menahan air mata. Dia tidak bisa membendung air mata.

Darka mengetatkan rahangnya lalu beranjak. Sudah hampir setahun lebih dia dekat dengan Delin.

Darka mulai muak melihat Delin yang selalu tertekan dan kadang membencinya. Darka sudah memiliki kelemahan lain yaitu desa tempat tinggal Delin.

Rasanya video itu sudah tidak berguna lagi. Video itu memang terlalu menjerat Delin.

Darka meraih kamera dan ponsel lain yang berisi video itu. Dia menyalakannya membuat Delin memalingkan wajahnya sedih.

"Gue hapus." Darka berujar setelah Delin di paksa menonton setengahnya.

Delin menatap Darka terkejut dengan penuh jejak basah.

"Semuanya." Darka mengangsurkannya, membuktikan bahwa semua sudah kosong bahkan saat Delin tertidur tel*njang bulat pun hilang.

Darka menyimpan semuanya di nakas. "Lo bebas ngeluh. Bohong dan tahan semuanya kayak hari ini, lo siap aja! Gue hukum!" tegasnya begitu mengintimidasi.

Delin mengangguk haru dengan full senyuman. Delin mendudukan tubuhnya lalu memeluk Darka tanpa aba-aba.

Darka agak terkejut walau berhasil menahannya. Merengkuh tubuh Delin yang hangat.

"Makasih, kak. Makasih! Aku janji akan patuh, aku janji ga akan kabur. Makasih," isaknya terharu.

Delin merasa rantai yang mencekik di lehernya terlepas. Dia tidak gelisah setiap saat. Dia tidak merasa takut semua akan tersebar dan keluarganya hancur.

Semua pikiran buruk terlahir karena video ancaman itu.

Akhirnya semua terlepas. Delin begitu lega sampai malamnya tertidur pulas tanpa terganggu dan terbangun walau Darka bolak-balik naik turun kasur.

Jiwa Delin sebegitu tenangnya sampai tidak mengganggu Delin.

Darka menatap Delin dalam diam. Ternyata itu yang membuat Delin selalu tidak fokus, gelisah dan takut. Semakin hari wajahnya semakin kurus dengan kantung mata mulai tampak.

Ternyata kepolosan, kepatuhan dan kediaman Delin hanya topeng semata.

Darka memilih turun dari kasur. Dia jadi tidak bisa tidur mengingat kebahagiaan Delin dan senyumnya yang benar-benar merekah bahagia dan tulus walau disertai air mata.

Terlalu cantik sampai mengganggunya.

Darka memilih merokok di balkon. Menatap kolam yang ternyata Demian tengah berengang.

"Sini gabung!" ajak Demian,

lalu Darka bisa melihat Denada yang tengah bersantai.

"Masih jam 8 malem, biarin Delin tidur, jangan cup cup terus.."

Denada berseri-seri. "Cup-cup?" tanyanya rempong.

"Itu, bun.. Mereka kepergok,"

BYUR!

Demian sontak mengusap wajahnya yang terciprat air. Denada pun tersentak kaget.

"Kebiasaan banget ya! Bunda bilang jangan lompat dari lantai dua! Bahaya!" omel Denada sambil mendekat dan berkacak pinggang.

Demian menggeleng samar. "Bunda, kakak ga akan denger, lebih baik sabar nanti kerutannya muncul lagi di wajah," kekehnya. 

***

Darka membuka selimut agak kaget. Ternyata Delin tembus. Dia pikir ada adegan pembunuhan. Dasar otak orang baru bangun.

Darka mengukung Delin untuk turun dari kasur dan berdiri di sampingnya. "Bangun." ditepuk pipi Delin sekilas.

Delin menggeliat pelan lalu membuka matanya dan mengerjap.

"Tembus." tunjuk Darka dengan dagu.

Delin sontak melotot dan mendudukan tubuhnya cepat. Melihat ke kasur dan benar saja, cukup banyak.

Mungkin karena semalam banyak tidur dan nyaman bergerak ke sana ke mari makanya bocor.

Wajah Delin memerah. "Maaf, kak." cicitnya seraya menunduk.

"Mau gue gendong atau turun sendiri?"

"Turun sendiri, aku juga mau cuci sendiri."

"Pelay—"

"Engga, kak!" refleks Delin. "Ma-maksudnya, malu. Biar aku cuci darahnya abis itu biar mereka cuci sampai bersih." jelasnya tetap menunduk malu.

Darka mendekat, mengendus leher Delin dengan menahan kedua sisi bahunya agar diam lalu mengecupi belahan Delin.

Hanya sebatas itu. Dia gemas. Bagaimana bisa bangun tidur saja cantik.

Darka membenarkan piyama Delin yang terbuka kancingnya. Darka tidak fokus karena terus melihat ke dua bulatan yang indah itu.

"Apa liat-liat, sana bersih-bersih!"

Delin tersentak pelan lalu menunduk dengan menekuk bibir. Justru Delin menunggu Darka pergi. Dia malu.

Darka pun memutar kakinya lalu pergi menuju kamar mandi. Hanya untuk cuci muka dan gigi, setelah sarapan barulah mandi. 


Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 20.4K 39
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
4.9M 180K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.6M 279K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
122K 10.7K 29
"Semua udah berakhir, tolong lepasin aku. Aku mohon." "Gak akan, sebelum aku menyiksa mu seperti di neraka." ____ WARNING! CERITA INI 1821+ GUYSSS! K...