Transmigrasi Ke Dalam Novel

By Zuraprilly

499K 28.8K 479

[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis c... More

Achasa Orphee
Atecna Azurra Warren
Peringatan Tecna
Masuk Sekolah
Teman Baru Dan Keributan
Gudang Dan Amira
Jebakan
Kebohongan Amira
Munafik
Masalah Lagi
Rei Arthur Davis
Dimas Jenna Clayton
Curhatan Gissel & Langkah Tecna
Teguran Untuk Bara
Di Jemput Tunangan
Keluarga Wijaya
Takdir Yang Tertulis
Bertemu
Takdir Berjalan
Pertemuan Pertama
Balas Dendam Cindy
Undangan
Cara Amira
Menjadi Pembicaraan
Persiapan
Acara
Penghinaan
Membatalkan Pertunangan
Pembicaraan
Di Jauhi
Nonton
Pembunuhan
Bertambahnya Musuh
Bincang Santai
Telepon Malam
Belanja Bersama
Lawan Ivana
Rahasia Menjijikkan

Amira Salfira Rinjani

17.8K 1K 8
By Zuraprilly

Gissel mengangguk membenarkan "pas aku masuk SMA, perlakuan mama sama papa berubah, di tambah kak Erick gak suka juga sama aku." katanya sedih.

"Alasannya?" dia mengelus pelan pipi merah Gissel yang di Terima baik oleh sang adik.

"Mereka bilang aku semakin gak bisa di atur sejak masuk SMA, aku jadi bandel dan suka melawan mama sama papa. Padahal kan aku begitu cuma mau menarik perhatian mereka." jelas Gisel, dia menatap kakak kembar nya seakan mengatakan dia benar-benar tidak bahagia.

"Mereka terlalu sibuk sama bisnis mereka sampai-sampai lupa kalo punya anak, di tambah kak Erick juga sibuk sama teman-temannya. Intinya gak ada yang peduli sama aku." mata Gissel berkaca-kaca,Tecna menghela nafas.

Tangan nya terulur mengusap rambut Gissel lembut "sekarang udah ada aku, jadi kamu gak perlu mereka lagi." wajah Tecna terlihat datar, tapi Gissel melihat kepedulian di sana.

Jadi Gissel pun tersenyum senang melupakan kesedihan nya tadi, dia mengangguk semangat mengiyakan perkataan Tecna. Dia bangun dan kembali memeluk Tecna dengan erat, Tecna sediri tak keberatan dan memeluk Gissel juga.

.

.

.

Saat ini keluarga warren sedang makan malam, tidak ada suara di meja selain peralatan yang di pakai.

Setelah selesai makan, kini mereka semua berada di ruang tamu. Sang nyonya yang sedang menonton TV, kepala keluarga yang sedang melihat ke arah tablet yang ia pegang, sedang kan parah anak yang sibuk bermain ponsel, kecuali Tecna.

Dia dari tadi sibuk memperhatikan kegiatan keluarga nya. Tidak ada keharmonisan, semua sibuk pada kegiatan masing-masing. Sangat berbeda jauh dengan keluarga nya di dunia aslinya Tecna mendenggus pelan, dia pun buka suara.

"Aku lanjut sekolah disini." kata Tecna tiba-tiba, dia berubah pikiran awalnya hanya sebentar tapi melihat kondisi keluarga ini dia mengubah rencana nya.

Semua yang tadi sibuk pada kegiatan masing-masing kini beralih menatap Tecna.

"Loh kamu mau tinggal lama di sini, Na?" tanya sang mama terkejut, jangan heran karna anak nya yang satu ini tidak pernah ingin pulang ke Indonesia.

Jadi tentu saja dia cukup terkejut mendengar ucapan Tecna tadi.

Berbeda dengan Ivana, Adam menanggapinya dengan santai.

"Kamu mau lanjut sekolah dimana?" tanya Adam pada Tecna.

Sebelum Tecna buka suara, Gissel lebih dulu menyela "di sekolah aku aja kak!" ucap Gissel semangat, dia sangat bahagia pas tau kakaknya akan tinggal lama.

Adam mengerutkan kening nya melihat tingkah anaknya yang tidak sopan "Jangan potong pembicaraan orang lain, GISSEL!!" tegur Adam dengan menatap tajam anaknya.

Erick yang melihat Gissel kena marah pun mendengus, dia sudah terbiasa akan kelakuan Gissel.

"Tidak papa, pah. Jangan marah hanya karna hal sepele." ucap Tecna datar, dia menatap dingin papa nya.

Kali ini Adam yang kena tegur oleh anak nya sendiri. Dia tidak suka tatapan dingin yang Tecna layangkan pada nya.

Erick cukup terkejut melihat respon adik nya, terlihat sekali kali dia membelah perbuatan Gissel dia jadi tidak suka.

Gissel yang cemberut kini diam-diam tersenyum, sekarang akan ada yang membelah nya.

"memang aku mau sekolah di tempat Gissel dan kak Erick. Aku juga sudah mengurus semua keperluan, seperti berkas dan baju sekolah." jelas Tecna melanjutkan topik utama.

Dia menatap satu keluarga nya "oh satu lagi aku bakal tinggal di sini sampai lulus, atau mungkin sampai aku lulus kuliah juga." lanjut nya.

Adam menganggukkan kepalanya. "bagus kalo gitu, sudah seharusnya kamu tinggal dengan keluarga asli mu." ucapnya santai.

Sedang kan Tecna mendecih secara batin, munafik pikir nya.

Karena jam sudah semakin larut, Adam menyuruh mereka semua untuk segera tidur. Yang lain pun segera bangkit dan pergi ke kamar masing-masing.

Gissel mendekati Tecna "kak tidur sama aku ya?" minta Gissel.

"Yaudah." Tecna menyetujui. Gissel pun senang, dan segera menggandeng tangan sang kakak untuk menuju kamar.

...

Saat ini Tecna sedang berada di mall bersama Gissel. Adik kembar nya ini minta jalan-jalan sekalian me-time katanya karena sudah lama tidak bertemu.

Tecna sih iya iya saja, ia juga perlu ke suatu tempat. "kak ini bagusan yang mana?" lamunan Tecna buyar ketika suara Gissel memasuki runggu nya.

Dia tengah melihat sang adik memegang baju yang sama tapi berbeda warna nya, keningnya berkedut kecil. "yang hitam." jawab nya singkat.

Gissel cemberut "Ishh, kalo hitam aku kaya orang mau ngelayat." Gissel tidak setuju dengan usulan sang kakak.

Tecna pening "Ya udah, yang putih." balasnya lagi.

"Kalo yang putih nanti cepat kotor."

Astaga Tecna ingin berteriak saja rasanya. Lalu kenapa adik nya menanyakan pendapat nya kalo itu di tolak mentah-mentah.

Mencoba tersenyum Tecna berkata "yang baby blue aja, lebih cocok sama kulit mu yang putih." sebenarnya itu hanya alasan agar drama pilih baju ini cepat selesai.

Gissel menimbang usulan Tecna, dia melirik dia baju yang iya pegang dan yang ada di gantungan lain kemudian dia meletakkan kedua baju itu dan mengambil baju yang di usulkan kakak nya tadi.

"Ada yang mau di beli lagi?" tanya sang kakak.

Gissel melihat sudah ada banyak belanja jadi dia menggeleng "Udah kok." cengir nya. Tecna mengangguk mereka langsung saja berjalan ke kasir.

Gissel meletakkan semua belanjaan nya untuk di hitung. Saat kasir nya menoltakan semua nya, Tecna memberikan black card nya. Gissel tersenyum senang. Hehe kakaknya rich rupanya. Biasalah, batinnya.

Tecna melihat senyum aneh di wajah adik nya pun menggeleng, setelah semua selesai mereka keluar dari toko.

"Siap, ini mau ke mana kak?" tanya Gissel.

"Ke salon, kakak mau cat rambut biar hitam." ucap Tecna sambil melirik sekitar, mana tau ada salon dia langsung ke sana.

Gissel mengerutkan kening nya "Loh kenapa di cat segala? Rambutnya nya kan udah cantik tu, pirang pirang." protes nya tidak suka kalo kakak nya mengganti warna rambut.

Tecna menyentil kening Gissel pelan.

"Aduhh!"

"Bentar lagi masuk sekolah, mana mungkin rambut ku pirang. Ini Indonesia." jelas Tecna sambil mengelus kening Gissel yang  ia sentil tadi.

Gissel cemberut tapi dia senang saat kakaknya mengelus kening jadi dia diam saja.

"Ayo ke salon langganan aku aja." tawarnya pada sang kakak, Tecna mengiyakan saja dia cukup lelah menemani bocah sebiji ini belanja baju.

Mereka pun langsung menuju ke salon dan mewarnai rambut Tecna menjadi hitam.

Tecna melihat penampilan nya di cermin, cukup bagus pikirnya. Walau agak sedikit tidak terbiasa, selama ini rambutnya pirang jadi agak rada beda Pakai rambut hitam.

Sedang kan Gissel mengangguk puas melihat tampilan kakaknya yang cantik.

Kakak gue tu, tampilan songong nya pada pekerja salon tersebut. Yang di songongin hanya memutar bola mata malas, sudah terbiasa dia melihat pelanggan satu ini.

"Kakak lapar~" Gissel merengek pada sang kakak.

Tecna melirik "yaudah siap ini kita makan" ucapnya setelah membayar.

Gissel semangat, dia akan memesan banyak makanan sejujurnya dia sangat lapar karna tadi pagi hanya memakan roti saja.

Mereka pun keluar dari salon dan menuju tempat makan.

.

.

.

"Pesan apa kamu?" tanya Tecna.

Gissel melihat menu makanan "Nasi goreng seafood, pasta, pizza, dan ayam pedasnya juga" Gissel menimbang apa lagi yang mau dia makan, "ah, ketang goreng ama burger nya, ekstra large~" ucapnya tampa wajah penuh dosa.

Tecna membulat kan matanya, dia melihat ke atas dan kebawa pada adik nya. "mau kamu taro di mana semua makanan itu?" dia tak habis pikir dengan Gissel.

Cengiran sebagai balasan atas pertanyaan Tecna tadi "Disini" mem puk puk perutnya.

Tecna hanya menghela nafas, segera dia memesan makanan Gissel dan juga dirinya.

Sembari menunggu pesanan, mereka mengobrol sambil membicarakan hal random. Terkadang Gissel akan bertanya bagaimana tinggal di Jerman, enak apa tidak. Dan di jawab enak oleh Gissel pikirnya makan, batin Tecna.

"Permisi ini pesanan nya" ucap pelayan yang membawa masakan mereka.

"Terimakasih" jawab Gissel dan Tecna.

"Sama-sama" pelayan itu pun tersenyum dan kembali bekerja.

Mereka berdua pun makan dengan nikmat, sesekali Gissel menawarkan makanan nya pada sang kakak dan di Terima baik oleh nya.

.

.

.

Kini Tecna dan Gissel sudah sampai di rumah, terdengar suara canda tawa di ruang tamu. Gissel berjalan duluan ke dalam sedangkan Tecna masih membawa sisa belanja mereka dia tidak ingin pelayan yang membawa nya.

Gissel dengan santai berjalan melewati ruang tamu, keadaan yang tadi ramai tiba-tiba sunyi saat kedatangan Gissel.

"Gissel kamu dari mana?" suara lembut Amira terdengar, sangat merdu di pendengaran yang lain tapi tidak dengan Gissel yang malah mendengus jijik.

"Bukan urusan lo!" jawab Gissel kesal.

Erick yang mendengar jawaban Gissel pun marah "Gissel!!,kalo orang nanya tu di jawab baik-baik!!" bentak nya marah pada sang adik.

...

Continue Reading

You'll Also Like

192K 5.5K 49
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...
1.9K 158 22
"Bukannya gue ketabrak pick up?" "Sas! Temen lo kayaknya makin geblek deh sejak pingsan tadi." "Andara, gue tau. Mungkin pas pingsan, Alda kerasukan...
711K 3.1K 1
(ON GOING) (REVISI) --o0o-- "kau mau ini??" "tapi ada syarat nya.." "untuk hari ini dan seterus nya panggil aku Ayah." "bagaimana??" --o0o-- "Adik ke...
29.7K 2.1K 27
Transmigrasi karena jatoh dari gerbang sekolah?! Yang benar saja! Dunia memang sudah gila. Bertransmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bermarga Laudh...